Aretha menggelengkan kepalanya saat melihat kedua kakak perempuannya kembali berdebat di dapur. Aretha memencet tombol water cold di dispensernya, lantas menyeruput air putihnya dari gelas ke mulut. Gadis itu menaikkan alis, kemudian mengangkat kakinya menengahi kedua kakaknya.
"Dateng-dateng bikin rame sih. Emang ini pasar." Aretha meletakkan gelasnya di meja lalu melirik kedua kakaknya dengan intens. Rapih, dari atas sampai bawah. "mau kemana?" Tanya Aretha dibalas dengusan sebal keduanya.
"Mau dinner, sama pacar." Senyum sinis salah satu kakaknya, Alena. Seperti menantang untuk beradu.
"Oh." Aretha mengangguk, "kak Elena juga?" Tunjuk Aretha pada kakak satunya, Elena.
Mereka, kembar. Iya.
"Gue lebih dari dinner dong, sama tunangan lagi." Balas Elena memeletkan lidah pada kembarannya. Sontak saja membuat Alena menggeram menahan amarah.
Aretha memutar bola matanya, dia sudah hafal, bahkan sangat hafal kenapa kedua kakaknya berdebat. Pasti karena salah satu dari mereka ingin nampak unggul. Selalu, dan selalu saja Elena membawa kata 'tunangan' sehingga membuat Alena geram dan mungkin juga iri pada kembarannya.
"Yaudah kenapa masih pada disini." Ujar Aretha ingin meninggalkan kedua kakaknya namun segera dicegah.
"LO NGUSIR!" Teriak kedua kakaknya membuat telinga Aretha pengang.
Aretha mendengus, "dibilang ini bukan pasar. Udah ah, lagian rumah di kalibata gak nyaman apa pake mampir kesini segala. Berisikin rumah sih heran." Dumel Aretha kepada kedua kakaknya.
Alena dan Elena mengernyit, selalu saja Aretha mampu membuat keduanya kompak kembali. Perdebatan kecil itu berujung ingin membuat suatu kerjasama untuk mengerjai adiknya. Keduanya mengangguk, lantas Alena menarik bahu adiknya untuk diapit didadanya. Sedangkan Elena sudah mengacak-ngacak rambut Aretha karena sebal.
Aretha sempat berteriak, namun segera saja mulutnya dibungkam oleh Alena. "Bebbhhhhh.." Aretha melotot. "Lephhhhh."
Alena dan Elena tertawa, mereka sangat menyukai sensasi mengerjai adik nakalnya satu ini. "Mangkanya jadi adek yang nurut jangan songong." Alena merunduk ingin melihat reaksi Aretha, saat tiba-tiba tangannya digigit oleh benda tajam berupa taring kecil dari gigi Aretha. "Anj,-"
"ALENA.." potong sang empunya rumah, Vanda. Sang mama dari ketiga cewek tersebut yang berteriak gusar dari ruang tamu depan.
"Sakit gila." Kesal Alen menempeleng kepala Aretha kesal. "IYA MAH SEBENTAR." teriaknya dari dapur.
Aretha mendengus, mengusap kepalanya lantas memeletkan lidah panjang. "Bodo amat. Abisan resek sih lo berdua." Cicit Aretha.
"Elo? Anjer emang ini anak gak tau diri. Kita kakak lo loh Tha. Sopan dikit dong." Kali ini Elena seperti ingin mencakar adiknya yang tidak sopan.
Aretha memutar bola matanya lagi, kali ini jelas dia ikut kesal. "Gimana mau sopan kalau gue dibully terus."
"Disebelah mananya coba kita ngebully?" Tanya Alena merapikan ujung rambutnya.
"Lah itu tadi main bekap-bekap. Emang gue apaan. Korban pemerkosaan." Ceplos Aretha membuat kedua kakaknya lagi-lagi melotot.
"Yawoh, udah bagus lo di Bandung aja sama nenek gak usah pake pindah kesini. Ngerepotin tau." Ujar Alena menggosok rambut Aretha kasar. "Yaudah gue keluar dulu. Pacar gue udah jemput. Bye."
Alena keluar, disusul Elena yang kini sudah mencubit pipi Aretha gemas. "Untung cuma beda tiga tahun. Kalau beda umur 10 tahun dari elo mah, gue yakin lo langsung didepak ke neraka sama Tuhan karena gak sopan sama gue sama Alena."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Twins [COMPLETE]
Novela Juvenil[BUKU 3] Arden dan Aretha adalah satu kesatuan yang gak bisa dipisah kayak magnet dua kutub. Saling tarik menarik dan saling mempengaruhi. Mereka murid kembar yang menggemparkan seisi sekolah. Sebut saja sekolah hening tanpa mereka. Siapa yang gak...