.Delvian Putra Mapareza.
-In Mulmed-Aretha berdecak saat dirinya harus bersusah payah menahan degup jantungnya yang tidak karuan. Perasaan paling menyebalkan yang membuat Aretha mengeluh sepanjang hukumannya.
Cuma Pak Joko, cuma guru itu yang berani menghukumnya dan Arden layaknya murid nakal. Oke. Mereka bukan hanya berdua, tapi berempat, termasuk Delvian dan Kanoa. Sedang dalam masa dimana seluruh otot mereka pegal karena mendapat hukuman lari mengelilingi lapangan basket selama setengah jam dengan mengenakan name tag konyol khas Pak Joko.
"Pantes banget lo." Ledek Kanoa pada Aretha yang mengenakan name tag 'Saya kurang pintar'.
Aretha mengangkat jemari tengahnya keatas, sambil mengatur nafas ia membalas perkataan Kanoa. "Ngaca setan!" Liriknya pada name tag milik Kanoa 'Saya kurang kerjaan'
Kanoa mendengus. Lalu Delvian, yang berlari mendahului ketiga orang itu karena tidak mau bersanding dengan Aretha. Ah, maksudnya tidak enak dengan Aretha. Ia memiliki name tag 'Saya kurang sopan'
Dan terakhir, siswa paling sial. Arden, mendapat name tag terakhir yang amat sangat menyebalkan dan memalukan, 'Saya kurang kasih sayang'
"Buahahahaha." Senka mengibarkan bendera putih saat dirinya sudah keluar dari kelas dan langsung mendatangi sahabatnya di lapangan basket.
Istirahat sudah dimulai. Dan keempatnya menggerutu sambil mengumpat mengabsen nama binatang. Siapa yang tidak malu jika keempat orang paling most di sekolah mendapat hukuman memalukan seperti itu. Siapapun tidak akan mau. Apalagi Arden, siswa tersial yang mengenakan name tag tidak berbobot dan paling memalukan sepanjang abad.
"Bangsat si Senka." Umpat Arden pelan seraya memasang wajah dingin seperti biasanya. Seperti Aretha, Arden dikenal menjadi orang berbeda jika belum ada yang mengenalnya dekat.
Arden, si cowok dingin dan cuek. Dan bisa menjadi orang berbeda jika berhadapan dengan Hairin. Ditambah Senka, Fanya dan Amanda. Tentu saja, juga Aretha-kembarannya.
"Cie yang kurang kasih sayang. Cekiwir!" Ledek Senka lagi-lagi membuat Arden menggeleng tertahan. Matanya melotot tajam kearah sahabatnya, memberi kode supaya mulut Senka diam jika tidak mau ditonjok oleh Arden.
Sedangkan beberapa siswi yang lewat sudah menjerit tertahan karena ketiga cowok ganteng mendapat hukuman. Dan secara gratis mengindahkan mata mereka. Jika seperti ini terus mungkin Pak Joko akan mendapat taburan bunga oleh para siswi SMA Alber sebagai ucapan terimakasih atas pemandangan ini.
"Yan, jangan cepet-cepet. Salting lo ada Aretha." Kanoa mempercepat langkahnya, ia mengejar Delvian yang jauh beberapa meter darinya. Sedangkan Aretha sudah mengepalkan tangan akibat ledekan dari Kanoa.
"Mulut lo pingin gue cekokin alkohol!" Tandas Aretha dibalas kerlingan tidak takut oleh Kanoa.
Benci, mungkin itu yang dirasakan Aretha saat ini. Seperti dia sedang menahan untuk tidak mengeluarkan alat kesayangannya. Gunting besi, alkohol, betadin, perban dan lainnya untuk menyayat seorang Delvian menjadi kelinci percobaannya. Sebal, kenapa Aretha harus terjebak berlari bersama Delvian. Membuatnya muak dan merasakan sakit hati yang tidak diinginkan.
"Sudah cukup!"
Keempatnya berhenti berlari ketika Pak Joko datang dengan ekspresi tajam khasnya. Beliau berceramah, membuat keempat orang itu memandang jengah kesesama.
Usai sudah. Semua kembali ke tempat masing-masing seraya membanting name tag mereka sembarangan ke lapangan.
"Sayang!" Panggil seseorang membuat Aretha mengepalkan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Twins [COMPLETE]
Teen Fiction[BUKU 3] Arden dan Aretha adalah satu kesatuan yang gak bisa dipisah kayak magnet dua kutub. Saling tarik menarik dan saling mempengaruhi. Mereka murid kembar yang menggemparkan seisi sekolah. Sebut saja sekolah hening tanpa mereka. Siapa yang gak...