Senyum serta canda menghiasi ruang tengah dengan balon juga hiasa-hiasan khas perayaan ulang tahun, masih dengan baju kantor masing-masing mereka memperbincangkan segala hal yang bisa mereka ungkap.
"gue beneran kesel ya sama lo pada, bawa-bawa Satria buat ikut-ikutan ngeselin gue." yang lainnya terkekeh.
"elah, Na. Ya masa kita harus libatin si Nandar buat rayain ultah lo? Gak masuk kali." wanita ramping dengan make-up serba ada itu menyahuti dengan jail, membuat yang lainnya terkekeh kembali sementara yang berulang tahun dibiarkan menekukan wajahnya kesal.
"ya kan masalahnya Satria juga pasti mau rayain ulang tahun lo, daripada dia pusing-pusing mikirin cara rayain ulang tahun lo ya mending kita ajak join bareng." perkataan Sasi diangguki tiga sahabatnya.
"eh, by the way Satria kasih kamu apa? Aku penasaran." wanita dengan identitas pegawai travel sebagai translater itu mendekatkan wajahnya pada Nala, lebih dekat daripada yang lainnya.
Seolah melupakan kekesalan akibat sahabatnya Ara, Nala mengambil kotak kecil dengan bungkus kado tentara berwarna hijau. Dibukanya perlahan hingga menampakan sebuah bandul dengan inisial NS dihiasi pertama kecil disetiap sisinya. Sangat cantik.
"wow."
"gila, belum juga nikah lo udah dikasih ini itu. So sweet semua. Gue mau deh punya calon kayak Satria. Udah ganteng, romantis lagi." Ara girang, memandang kalung digenggaman Nala penuh hasrat.
"aku juga mau dapetin cowok kayak Satria." timpal Elvina.
"inget suami sama anak kali, mbak." Nala mengerlingkan matanya, membuat Elvina terkekeh canggung menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"dan Ra, sadar juga sih. Lonya kayak begini, siapa yang mau? Jadi maenan emang lo jagonya, kalau buat diseriusin gue sih ragu ya." Ara hanya bisa mendengus mendengar sindiran Nala, tidak ingin menjawab karena akhirnya dia juga yang kalah. Pasti.
Sasi disamping kanan Ara hanya bisa tersenyum sambil mengelus punggung Ara, meski Nala sering kali mengingatkannya dengan sindiran berbasis tajamnya Sasi selalu ada untuk bisa meyakinkan bahwa Ara harus sabar dan berubah perlahan.
"guys, gue pulang dulu ya. Karen minta dijemput." Taufan, sahabat lelaki satu-satunya itu berpamitan dengan kepala menyembul dibalik tembok. Lelaki itu tadi ijin keluar karena ada panggilan masuk, ternyata Karen memintanya untuk menjemput. Ya Taufan selalu mementingkan Karen yang sudah menjadi kekasihnya sejak dua bulan lalu. Model terkenal, siapa yang tidak akan bertekuk lutut?
"yaudah, gue ikut balik sama Opan. Gue ada jadwal malam ini, gak mungkin gue pake baju kayak begini." yang lain menghela nafas, padahal penampilan Ara cukup untuk mendampinginya sebagai Disk Jokey disebuah club malam. Tapi namanya Ara, harus bagaimana keinginannya sendiri yang lain hanya bisa diam dan berdoa Ara selalu baik-baik saja.
Setelah mendapati anggukan dari ketiga kawannya, Ara mengikuti Taufan. Arah kantor Karen searah dengan tempat tinggal Ara, dan itu sudah menjadi kebiasaan.
"gue gak nyangka, tahun ini gue udah masuk 24 tahun. Udah berhasil capai cita-cita gue jadi polwan, dan terus bareng sama kalian." Sasi dan Elvin mengangguk tersenyum, berpelukan bak teletubies. Tidak ingat jika mereka sudah dewasa, yang mereka rasa mereka tetap seperti pertama bertemu dihari pertama memakai seragam putih abu. Polos juga masih belum mengerti kejamnya dunia, seperti sekarang ini.
Elvina Nadira. Tidak disangka paling manja diantara yang lain sudah menikah juga sudah dikaruniai satu putri. Sudah selesai dengan pendidikan strata sastra inggrisnya, meski tidak terlalu bersusah payah karena biaya kuliahnya dibantu orang tuanya tapi Elvin merasakan bagaimana sulitnya mencari pekerjaan sampingan sambil kuliah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SASIKIRANA
ChickLitIni bukan pernikahan yang terjadi karena perjodohan, kawin paksa atau bahkan pernikahan kontrak. Ini murni menikah, secara sadar. Hanya bedanya, yang satu benar-benar mencintai namun yang satunya justru hanya ingin melindungi dari cinta palsu dan pe...