“sudah pulang?” suara itu menggema ditelingannya, membuatnya menatap wanita yang sudah berada diambang pintu menatapnya.
“iya.”
Perlahan wanita itu melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar, menutup pintu pelan lalu duduk dimeja riasnya.
“saya tidak tau kamu sudah pulang, saya tidak melihat mobil kamu terparkir digarasi.” ucapnya, melepaskan anting berbentuk kupu-kupu. Juga membersihkan sisa riasan bedak diwajahnya. Baru kali ini Fahri memperhatikannya dan menyadari bahwa wanita itu cantik alami.
“ya, mobil saya di bengkel.”
“lalu tadi kamu pulang naik apa?” sebenarnya bagi Fahri pertanyaan ini tidaklah penting, namun aneh rasanya ketika mulutnya terus menjawab.
“taxi online.”
“apa karena mobilmu rusak, kamu jadi pulang cepat?”
“tidak,kenapa?”
“biasanya kamu akan pulang larut malam, bahkan saat masakanku sudah dingin.” hening.
“tapi saat mobilmu rusak, kamu bahkan pulang sebelum aku memasak untuk kamu.” Fahri terdiam.
“pekerjaanmu bagaimana”
“baik.”
“tidak ada lagi tugas yang harus kamu bawa kerumah?”
“tidak.”
“kalau begitu, istirahatlah. Mandi, lalu berbaring sesukamu. Saya memasak dulu, lalu kita makan malam bersama ibu.” Fahri diam, memandangi punggung Sasi yang bergerak menjauh.
Hingga diujung pintu Sasi berbalik menatapnya. “kamu sudah tahu ibu ada?”
“ya.”
“kali ini kita harus bahagia, Fahri. Sejenak saja melupakan semua yang pernah terjadi. Kali ini kita harus bahagia, agar ibu juga bahagia.” lalu sosok itupun menghilang dibalik pintu, meninggalkan Fahri yang menatap kedepan tanpa tujuan objek yang pasti.
“bahkan saat saya baru saja menyakiti kamu, kamu masih memikirkan perasaan ibu saya.
... Saya menikahi manusia atau malaikat?”
Dimeja makan sudah tersedia beberapa lauk pauk juga nasi yang masih mengepul. Makan malam kali ini Sasi merasa sudah sempurna. Disela-sela tatapannya Sasi bisa tersenyum bahagia, seperti katanya. Untuk kali ini ia mau melupakan sejenak semua rasa sakitnya. Untuk kali ini saja, ia ingin berada bersama Fahri tanpa luka yang pria itu berikan padanya.
Selesai dengan makan malam yang mengesankan Sasi beserta Fahri mengantarkan ibu sampai memasuki mobil yang menjemput ibunya.
“ibu yakin mau pulang saja? Sudah larut malam begini, lebih baik menginap disini ibu. Ini juga rumah ibu.” ujar Sasi, menggenggam lengan ibu yang sedari tadi tersenyum tulus.
“ibu tidak bisa meninggalkan ayah sendirian dirumah, bisa-bisa ia merengek seperti balita.” keduanya tertawa sebentar.
“sehat terus ya, nak. Ibu akan lebih sering mengunjungi kamu agar kamu tidak kesepian. Setiap kali kamu membutuhkan sesuatu, hubungi ibu saja ya.” Sasi mengangguk patuh, memeluk ibu erat.
“Sasi sayang ibu.”
“ibu lebih menyayangi kamu, nak.” disemua percakapan tadi, Fahri berada dibelakang mereka tanpa mengucapkan apapun. Semua perkataan Sasi sudah mewakilinya.
“Fahri..” panggil ibu, mengalihkan tatapannya pada anak sulung yang sangat kaku itu.
“jangan buat ibu mengambil keputusan jika nanti ibu kesini lagi, kamu mengerti kan?” Fahri mengangguk singkat. Memeluk ibunya sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SASIKIRANA
ChickLitIni bukan pernikahan yang terjadi karena perjodohan, kawin paksa atau bahkan pernikahan kontrak. Ini murni menikah, secara sadar. Hanya bedanya, yang satu benar-benar mencintai namun yang satunya justru hanya ingin melindungi dari cinta palsu dan pe...