Perjalanan mereka terasa sangat lama, belum lagi keduanya masih diselimuti rasa marah yang belum benar-benar tersampaikan satu sama lain.
Di sisi pengemudi Fahri hanya bisa duduk tegak memperhatikan jalanan dari Bogor ke Bandung, disampingnya Dika fokus mengemudi. Sesekali melirik Fahri dari balik kaca. Tidak ada suara radio, benar-benar suara jalan yang terdengar menemani mereka.
Pikiran Fahri berkelana, mengenai Sasi, Salsa juga pria yang disampingnya. Fahri tidak begitu mengerti kenapa hanya untuk menyayangi seseorang sesulit ini? Banyak pihak yang seolah menghalangi jalannya untuk bersama dengan seseorang yang membuatnya bahagia. Ketika ia tidak memperdulikan Sasi dulu, seakan semua baik-baik saja. Kini, ketika ia mulai menginginkan Sasi untuk terus berada di sisinya semua orang seakan ingin memusnahkan Fahri, semua seakan ingin membawa Sasi jauh darinya. Semua membuatnya seperti pria yang tidak tahu bagaimana caranya menjaga mawarnya agar tetap menjadi miliknya seorang. Tapi sungguh demi apapun, Fahri hanya menginginkan Sasi sekarang. Disisinya, seperti dulu. Selalu seperti itu.
Tanpa sadar mobil yang mereka tumpangi berhenti disebuah apartemen kawasan kota bandung, Fahri mengikuti Dika yang sudah keluar lebih dulu tanpa banyak berkata-kata.
Sampai keduanya di depan pintu yang Dika buka begitu saja, tanpa dipersilahkan masuk Fahri mengikutinya sampai diruang tengah apartemen pria itu.
Fahri tidak melepaskan pandangannya, masih mengikuti gerak-gerik pria yang kini menggulung kemeja hitamnya. Hingga saat pria itu menghadap padanya Fahri masih diam tidak berkutik.
"Gue kasih lo kesempatan."
"Untuk apa?"
"Pukul gue, sertai alasan kenapa." Tanpa banyak bicara Fahri melayangkan kepalan tangannya tepat mengenai pelipis pria itu.
"Itu karena kamu menyebalkan."
Satu tinju lagi melayang. "Itu karena kamu membawa Sasi pergi dari Saya."
Pukulan kali ini mengenai sudut bibir Dika hingga sedikit berdarah. "Itu karena saya tidak suka kamu."
Dika tertawa sinis, kini ia maju selangkah. Tanpa aba-aba ia melayangkan dua pukulan sekaligus yang tidak Fahri hindari. "Itu karena lo menghancurkan semuanya dan membuat Sasi bersama lo, sekarang."
Dua pukulan lagi mengenai sisi kiri, membuat pelipis Fahri berdarah. " Itu karena lo sering membuatnya menangis dan karena lo brengsek."
Satu pukulan terakhir, mengenai hidung Fahri hingga mengeluarkan darah. "Itu karena gue, gak suka sama lo."
Dika memperhatikan jari-jari tangannya yang kini terluka hingga mengucurkan darah segar. Di depannya Fahri tidak bergerak sedikitpun, tatapannya hampa seperti ia kehilangan segalanya.
"Lalu mau kamu apa?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari pria yang satu tahun lebih muda darinya.
Dika hanya tersenyum sinis, sedikit meringis karena sudut bibirnya yang perih.
"Kalau gue bilang, gue mau lo lepaskan Sasi, bagaimana?"
"Tidak." Tegas namun Dika bisa melihat keraguan dimata pria itu.
"Untuk apa mempertahankan ketika lo sudah tau, jika Sasi bisa bahagia tanpa lo?"
"Karena selama ini, saya membuatnya bahagia meski hanya berdampingan dengan saya. Selama ini saya sering membuatnya sedih karena saya tidak memperlakukan dia dengan baik. Maka saya ingin tetap bersama dia, sekarang. Saya mau membuktikan bahwa saya, pria yang memang layak mendapatkan hatinya."
"Lo mempermainkan dia, tau?"
"Saya tidak pernah berniat mempermainkan siapapun. Ketika saya sudah berhasil meyakinkan diri bahwa saya hanya menginginkan Sasi untuk menemani saya, kalian hadir. Kalian seolah menghalangi saya."
"Gue hanya mempertahankan apa yang gue punya."
"Tapi kamu meninggalkannya begitu saja tanpa kepastian kapan akan kembali, kamu membiarkannya sendirian. Lalu apa salah saya ketika saya menawarkan dia untuk bersama dengan saya?" Kedua tangan Dika mengepal hebat, ia kehilangan kata karena memang ia meninggalkan Sasi sendiri.
"Lalu sekarang ketika kamu kembali, kamu masih mengharap bahwa Sasi masih seperti Sasi yang dulu kamu tinggalkan?"
"Lalu kamu mengadakan ajang siapa yang lebih pantas untuk Sasi ketika Sasi sudah jelas istri sah saya secara hukum dan agama."
"Kamu kembali hanya untuk menghancurkan rumah tangga kami?"
"Gue, hanya nggak mau lo di sisinya hanya membuatnya menangis. Karena tangisan Sasi membuat gue ikut hancur."
"Gue gak terima dia bersama lo sekarang, gue gak percaya kalau gue terkalahkan sama seorang pria brengsek seperti lo. Gue gak habis pikir, tujuh tahun yang gue jalani bersama dia kandas begitu saja ketika gue pergi dan lo mengambilnya begitu saja."
"Lo menghancurkan semuanya, dude. Dan gue gak suka itu." Dika menatap Fahri tajam, rahangnya mengeras. Sedangkan dihadapannya Fahri membalas tatapannya dengan kosong.
"Tapi yang lebih gue sesali adalah ketika melihat sorot putus asa di mata Sasi, sorot mata yang sudah lama gak pernah gue lihat tadi terlihat lagi. Gue benci itu. Gue membenci sisi egois diri gue sendiri, dan yang paling gue benci ketika gue harus dengan terpaksa mempersilahkan lo maju lagi."
Kini Fahri menatap Dika dengan bingung. "Apa maksud kamu?"
"Gue mundur, lo maju."
"Semudah ini?"
Dika tertawa sinis. "Semudah ini? Lo kira ini mudah buat gue? Gue hanya mau dia bahagia, karena tujuan gue hanya ingin membantunya meraih apa yang membuatnya bahagia. Kalau bahagianya memang lo, untuk apa memaksakan diri?"
Dika mendekat, menepuk bahu Fahri pelan. "Pergi dari sini, kejar dia seperti apa yang lo mau. Katakan semua yang belum lo katakan selama ini, dan pertahankan."
"Bilang sama dia, gue sudah tahu jalan mundur sekarang." Lalu Dika berbalik menuju pintu kamar, meninggalkan Fahri yang masih mematung ditempatnya berdiri.
"Tutup lagi pintunya." Kata Dika sesaat sebelum pintu kamarnya benar-benar tertutup rapat.
Tidak semua wanita mengerti dengan perasaan mereka.
Dan ada banyak pria yang lupa menggunakan logika.-Unnamed
Aku pikir kamu milikku,
Ternyata tidak.
Sudahlah,
Aku hanya perlu untuk lebih tahu diri.-Dika
Tuhan menciptakan penyesalan agar kamu tahu,
Bahwa tidak semua hal bisa di ulang.-Fahri
KAMU SEDANG MEMBACA
SASIKIRANA
ChickLitIni bukan pernikahan yang terjadi karena perjodohan, kawin paksa atau bahkan pernikahan kontrak. Ini murni menikah, secara sadar. Hanya bedanya, yang satu benar-benar mencintai namun yang satunya justru hanya ingin melindungi dari cinta palsu dan pe...