XI-Hari Buruk

1.2K 85 7
                                    

Beberapa kali ia dengar umpatan yang ditujukan padanya, atau hanya sekedar tatapan sebal dari orang-orang disekitarnya karena ia mengendarai tidak cukup benar. Baru kali ini, Fahri tidak bisa menghilangkan perasaan tak enak itu dari hati juga pikirannya. Ia terlalu kurang ajar menyakiti Sasi, itu yang terus hatinya gumamkan.

Fahri tidak pernah berfikir sebelumnya jika malam tadi berdampak sangat kental untuk harinya pagi ini, ia tau ia salah dan ia sengaja tidak ingin membenarkan kesalahannya selama ini. Tapi pagi ini, meski Fahri sangat benci jika harus mengungkap. Sasi merajai pikirannya.

“sialan!” umpatnya, memukul stir mobil sambil menahan gejolak hatinya.

Fahri sudah biasa melihat tatapan terluka itu, bahkan tangisan wanita itu karenanya. Namun kali ini ia merasa tercubit. Sasi memang benar, ia hanya sebagai sang penghancur tapi bukan berarti ia tak berhati. Ia punya tapi bukan untuk Sasi.

Fahri memejamkan matanya berat kala mobilnya sudah terparkir disalahkan satu hotel bintang lima dimana dua bulan ini akan menjadi tempat kerja kedua setelah kantor Arsitekturnya.

“brengsek!” bahkan saat ingin menenangkan diri bayangan Sasi dengan tatapan terlukanya terus hadir seolah tak ingin melepaskan Fahri dari rasa bersalahnya.

Meski belum bisa tenang, ia tetap harus bersikap profesional apalagi dihari pertama kerjanya dihotel ini untuk merenovasi satu persatu ruangan agar terlihat lebih elegant dari sebelumnya.

Fahri berjalan pasti menuju ruang kerjanya, pikirannya masih belum bisa menghapus semua kejadian pagi ini. Dan sangat sial ketika seseorang menabraknya sekaligus menumpahkan kopi tepat mengenai kemeja putihnya.

“maaf.” Fahri memejamkan mata sesasat. Bad day 100%.

Perempuan dihadapannya berusaha mengelap kemeja Fahri dengan tisu yang dibawanya, meski Fahri mengatakan tidak perlu lewat bahasa tubuhnya.

“tidak usah.” tapi tidak di dengar sama sekali.

Fahri mencekal lengan perempuan itu hingga gerakannya terhenti, tatapan mereka beradu tepat saling mengunci hingga Fahri merasa terlempar kemasa lalu.

“Salsa.”

November, 2010.

Fahri berjalan membawa semangat yang ia punya hari ini, tepat tanggal 4 November ini Salsa berulang tahun dan Fahri sudah menyiapkan kado ulang tahun terbaik yang bisa ia berikan.

Teriknya matahari tidak menyurutkan semangat Fahri, meski lelah berjalan kaki menuju sekolah Salsa yang cukup jauh dari sekolahnya bagi Fahri itu bukan masalah. Laut bahkan gunung ia siap lewati hanya untuk menemui Salsa jika perlu.

Gerbang SMA negeri favorite itu sudah terlihat, tidak banyak murid yang masih tersisa. Hanya beberapa yang mungkin ada jadwal ekstrakulikuler atau hanya memilih diam disekolah menunggu jemputan.

SASIKIRANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang