LIII-Salsa Mundur?

998 62 6
                                    

"Serius?" Tanya Nala tak percaya.

Sasi mengangguk setelah menceritakan berbagai kejadian yang ia alami kemarin, semua yang berkaitan dengan Fahri.

Mereka sengaja berkumpul bersama di jam istirahat. Meski Taufan tidak bisa hadir bagi para ladies itu tidak masalah.

"Lo percaya kalau dia memang serius kali ini?" Sasi diam, tidak menjawab pertanyaan Ara.

"Setahu ku, Fahri bukan tipe pria yang main-main."

"Kata siapa?" Nala tak percaya.

"Taufan, Fathir, Satria juga. Mereka sudah sahabatan sejak lama, nggak pernah aku dengar Fahri main-main soal perempuan."

"Tapi awal mula pernikahan mereka main-main." Ucap Ara datar, membuat Sasi balik menatapnya datar.

"Sorry." Ara meringis, mengusap tengkuknya.

"Ya secara pribadi, aku lebih percaya kalau Fahri nggak main-main. Mungkin benar Salsa menjebak, perempuan dan sakit hatinya itu berbahaya." Kali ini Ara mengangguk.

"Iya, setahu gue Salsa memang cewek nekat. Dari dulu dia nggak pernah mau kalah, apa yang dia mau harus jadi miliknya. Mungkin itu juga yang terjadi kemarin-kemarin. Dia nggak terima Fahri pilih Sasi, karena dia merasa kalah dia coba menang dengan segala cara."

Nala mencibir. "Dasar cewek ular."

"Menurutku kali ini kamu harus benar-benar percaya sama Fahri, ini ibarat maju selangkah untuk kebahagiaan." Elvin tersenyum, mengelus tangan Sasi lembut.

"Tapi rasanya berat, mungkin karena terlalu sering dipermainkan?" Sasi tersenyum getir, semua tahu itu.

"Perasaan itu rumit ya? Bahkan ketika jalan sudah dimudahkan ada saja hal yang membuat kita ragu. Padahal bahagia untuk kita, sakit juga kuta yang ciptakan." Nala berucap, membuat semua orang di kursi menatap kearahnya serentak.

"Nal, lo nggak apa-apa?" Ara yang pertama bertanya.

Nala tersenyum canggung. "Nggak apa-apa gue, itu gue pernah baca di instagram quotes begitu."

"Sejak kapan lo baca panjang-panjang?" Ara menatap curiga.

Nala mengibaskan tangannya. "Udah lah, ini lagi bahas Sasi kenapa jadi gue?"

Elvin menghela nafas pelan, kembali memandang Sasi yang kini menatap hampa di depannya.

"Kamu hanya harus yakin sama apa yang hati kamu mau, jangan salah langkah supaya kamu nggak sakit lagi. Mungkin memang nggak mudah buat kamu yang melakukannya, mungkin menurut kamu kita yang bicara seolah menyepelekan tapj tolong percaya. Ikuti saja apa yang kamu mau."

"Meski pada akhirnya gue memilih berpisah? Pada akhirnya gue mengalah atas apa yang selama ini gue usahakan?"

Elvin mengangguk pelan. "Iya, apapun yang hati kamu mau itu tandanya harus kita setujui. Baik atau buruk dipandangan kami, hanya kamu sendiri yang tau bagaimana memilih jalan untuk kebahagiaan kamu juga hati kamu."

"Itu si cewek ular, kan?" Nala mencekik tajam, membuat semua mata tertuju pada pintu restoran yang baru saja terbuka.

"Ngapain dia kesini?"

"Ngaji, ya makan lah." Sinis Ara menimpali pertanyaan Nala.

Mereka berusaha tidak peduli, namun perempuan yang sedari tadi mereka perhatikan justru berjalan kearah mereka juga tatapan matanya mengarah pada Sasi yang memandangnya tidak berselera.

"Sorry, bisa kita bicara?" Sasi menatapnya sekilas.

"Silahkan."

"Hanya berdua, bisa?"

"Kenapa? Memangnya kalau kita dengar semesta berserta isinya akan hancur berantakan?" Sinis Nala yang kemudian mendapat sikutan Ara disampingnya.

"Please." Sasi menghela nafas pelan, berdiri dari duduknya.

"Saya cuma punya lima menit." Sasi beranjak keluar, diikuti Salsa dibelakangnya.

🌜

"To the point karena saya tidak punya banyak waktu buat kamu."

"Gue mau minta maaf soal kejadian di bali tempo itu."

Sasi diam.

"Lo mungkin sudah dengar kalau gue menjebak itu semua, dan ya memang benar."

"Apa kamu memang suka menggunakan cara kotor untuk mendapatkan apa yang kamu mau?"

"Kalau itu berhasil, kenapa tidak?"

"Gila."

"Ya?"

"Kamu gila, tidak semua yang kamu mau bisa menjadi milik kamu. Apa kamu pikir seisi dunia ini bisa kamu miliki jika kamu mau?"

"Ya, gue akui gue salah. Makanya gue mau meluruskan kalau Fahri korban, dan gue harap kalian baik-baik saja."

"Kamu pikir itu mudah?"

"Lo bisa sabar mencintainya selama ini dengan penuh sakit dan sesak, kenapa sekarang menjadi sulit?"

Sasi terdiam.

"Mungkin gue hina untuk mengatakan ini, tapi gue sudah berhenti. Gue sudah ditampar kenyataan dan gue tau caranya mundur. Tujuan gue sekarang cuma mau lo baik-baik sama Fahri setelah semua yang gue lakukan untuk menghancurkan kalian, gue sudah menyerah untuk merebut Fahri."

Sasi menghela nafas pelan.

"Mungkin gue nggak perlu lagi bilang ini, tapi gue tetep mau memastikan lo mempercayainya. Bahagia lah sama dia karena gue nggak pernah lihat dia melakukan hal yang kepada siapapun, termasuk gue."

Salsa hendak berbalik, namun kalimat terakhir yang ia ucapkan membuat Sasi terdiam lama.

"For your information, bukan cuma gue antagonis di sini. Orang yang lo percayaipun ikut andil."

Sudah tak ada hubungan apa-apa,
Tapi aku masih cinta.

-Salsabilla

Aku hanya ingin lupa dari segala tentang yang menyakitiku,
Termasuk kamu.

-Sasikirana

Muka cantik tapi suka ganggu hubungan orang lain percuma,
Udah kelihatan nggak terdidiknya.

-Arabella

Semanis apapun masa lalu,
Ia tetap masa lalu.

-Elvina

Mengganggu hubungan orang lain,
Sangat tidak berkelas.

-Naladhipa

SASIKIRANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang