“Serius?”
“Iya.” didepannya Nala tersedak, tangannya dengan cepat meraih gelas lalu meneguk isinya hingga tak tersisa. Sangat jelas sekali keterkejutan dari raut wajahnya.
Mengabaikan Nala, Elvin memilih menatap Sasi dengan tatapan menghibur. Tak lupa senyum unjuk giginya.
“kabar baik itu, kamu harus banyak persiapan.”
“nggak, nggak mungkin deh!” ucap Nala sedikit menaikan volume bicaranya, melupakan dimana mereka berada. Juga baju dinas yang sedang ia kenakan.
“apa sih, Na? Temen dapat lotre juga.” ujar Ara yang jengah menghadapi sikap Nala sejak pertama kali Sasi menceritakan apa yang dialaminya selama pernikahan. Tidak. Selama mengenal Fahri, suaminya.
“tapi, bisa aja itu jebakan.”
Kali ini Ara mendengus kasar, diikuti bola matanya yang berputar malas. “ya ampun, drama banget Lo. Suami ngajak istrinya liburan apa salahnya sih? Jebakan dimana?”
Sasi terdiam, membiarkan semuanya berlalu tanpa banyak mengucap kata. Memang benar, ia sengaja meminta para sahabatnya makan siang di sebuah restoran di sekitar tempatnya bekerja. Kebetulan juga Nala baru saja selesai dengan urusannya di daerah itu.
Di sini, Sasi menceritakan jika Fahri mengajaknya liburan ke Bali. Dua tiket sudah ada dikamar mereka, waktu liburan disana hanya lima hari. Jadi Fahri berpesan agar Sasi menyiapkan semua yang diperlukan selama disana. Juga mengingatkan Sasi agar menyelesaikan semua pekerjaan yang belum beres lalu mengalihkan sementara posisinya pada rekannya di kantor. Hanya itu.
“gimana kalau disana Sasi ditinggalkan sendiri?”
“Sasi udah 25 tahun, Nala.. Apa yang harus dicemaskan?”
“ya.. tapi kan..”
Ara menghempaskan tangan didepan Nala. “Udah lah, Na. Gak ada yang perlu kita cemaskan. Ini kesempatan langka buat Sasi dekat sama Fahri selama penantian bertahun-tahun.”
“memangnya selama jadi suami istri mereka jauh-jauhan?”
“maksudnya, punya waktu berdua.”
“jadi sudah ada persiapan apa aja nih?” tanya Elvin memecah perdebatan kecil Nala juga Ara.
“ya baju sama peralatan mandi.”
“jangan lupa bawa lingerie!” seru Ara bersemangat. Elvin tersenyum geli. Sedangkan Nala yang sedari tadi berpikiran yang tidak-tidak ikut mengangguk pelan dan terbit senyum jahil. Menyetujui perkataan Ara.
Sontak Sasi menggeleng cepat. “gak akan pernah gue bawa!”
“Si, berpikir logic. Bali itu indah. Tempat liburan keren, juga jangan lupa suasana romantisnya buat para kalangan suami istri atau pasangan. Hotel tempat menginap yang pas untuk melepaskan lelah.”
“juga buat ena-ena. Gitu aja diperpanjang.” sambung Nala cepat.
“baju polwan, pikiran masih aja mesum. Na.” ucap Elvin pelan.
“gak ada lingerie, disana kita cuma liburan. Buang kepenatan kerja juga lelah.”
“alah, kalau emang gak ada maksud tertentu. Liburan di Villa Lembang aja udah cukup kok.” timpal Nala menyanggah.
Kini Sasi yang mendengus, meratapi kenapa ia punya Nala yang bukan polwan biasa.
***
Pukul delapan malam Sasi baru saja pulang, ada beberapa tugas yang ia kerjakan hingga membuatnya lembur. Seperti kata Fahri, ia menyelesaikan tugasnya dan mengalihkan sementara semua pekerjaannya pada rekannya.
Sekarang, setelah selesai mandi Sasi memasukan beberapa pakaian hangat juga benda apa saja yang wajib dia bawa. Salah satunya novel Siti Nurbaya karangan marah roesli kesayangannya itu.
“itu selalu harus dibawa ya?” Sasi tersentak kaget. Memandang Fahri yang sudah berdiri diambang pintu yang sedari tadi terbuka.
“ha?”
Fahri berjalan masuk, duduk ditepian kasur. Melonggarkan dasi yang cukup mencekik.
“mungkin saya harus punya novel itu, supaya saya tahu apa yang ada didalam sana sampai membuat kamu tertarik sedalam itu.”
Sasi tersenyum simpul, menunduk menatapi novel ditangannya. “sebenarnya bagi kamu pun, jiga tidak menghayati ceritanya akan menganggap semuanya biasa saja.”
“disini, saya ikut merasakan apa yang dirasakan penulis. Bukan istilahnya baper, hanya perasaan saya pun ikut jatuh.”
Fahri mengacak rambutnya pelan, suatu hal yang tidak pernah ia lakukan pada siapapun. “saya mandi dulu.”
Dibiarkannya Sasi terdiam, mencoba menyadarkan diri atas apa yang baru saja Fahri lakukan.
Ketika pintu kamar mandi tertutup, Sasi meloncat ke tempat tidur. Menutupi mukanya dengan bantal lalu berteriak kencang meski terengah-engah setelahnya.
“ya ampun, labil banget!” ucapnya dalam hati.
Jika keadaannya seperti ini, Sasi jadi tidak mau melepaskan pria itu.
Apa yang harus dilakukan supaya syarat satu bulan itu gak ada? Hatinya bertanya.
Didalam kamar mandi pun, yang pria itu lakukan terdiam lama. Mencoba mencari tahu, kenapa ia jadi serileks itu pada Sasi.
Mengacak rambut perempuan dan setelahnya ia senang. Apa maksudnya?
Pada sebuah senja, aku adalah matahari.
Yang menolak tenggelam selain di matamu.—Sasikirana
Akhirnya saya mengerti.
Hujan tak selamanya hujan.
Ia akan berhenti, mengembalikan cahaya matahari.
Menghapus mendung dilangit-langit hati.—Fahri
Kalau kata Raisa; kamu itu pemeran utama dihidup aku.
Eaea.—Naladhipa
Adakalanya hati ingin sendiri.
Bukan karena tak ingin memiliki,
Tapi sekedar ingin menikmati sepi.
Sambil berpikir, apa yang salah dari diri ini.—Arabella
Istirahatlah.
Karena jatuh hati dan berharap pada orang yang tak kunjung peka itu juga membutuhkan banyak tenaga.—Elvina
Jadi, sudah suka sama siapa disini?😅
KAMU SEDANG MEMBACA
SASIKIRANA
ChickLitIni bukan pernikahan yang terjadi karena perjodohan, kawin paksa atau bahkan pernikahan kontrak. Ini murni menikah, secara sadar. Hanya bedanya, yang satu benar-benar mencintai namun yang satunya justru hanya ingin melindungi dari cinta palsu dan pe...