XL-Akhirnya

985 77 5
                                    

Pagi ini Fahri sengaja mengajak wanita itu lari pagi, selain untuk menyehatkan tubuh juga alasan lainnya hanya karena Fahri tidak ingin Sasi sibuk dengan handphonenya. Jadi pria nakal itu tidak menghubungi Sasi-nya. Sasi-nya?

"Kamu mau minum?" Tanyanya setelah peluh mulai membanjiri tubuh keduanya.

"Boleh."

"Tunggu disini." Sasi mengangguk, membiarkan pria itu meninggalkannya.

Fahri membeli dua botol air mineral. Berjalan pelan menuju Sasi yang kini sedang bercengkrama dengan seseorang yang Fahri rasa agak familiar.

"Ada apa?" Sesampainya disamping Sasi Fahri langsung menunjukkan gelagat tidak suka pada orang yang kini ada di depannya.

"Ini Andi.."

"Ya saya tahu dia adik kelas kita, maksud saya untuk apa dia di sini?" Sasi terdiam, sedangkan Andi tertawa pelan. Seperti mengejek.

"Ini kan jalan umum, bebas siapa saja berkeliaran. Saya lagi olahraga, kebetulan ketemu Sasi."

"Kalau gitu sudah ya, kita mau lanjut lari lagi."

"Saya ikut, kebetulan saya cuma sendiri." Ada sorot tajam dimata Fahri, Andi menyadarinya namun Sasi tidak.

"Ayo kalau gitu, semakin ramai semakin seru kan?"

"Iya, haha.." tawa Andi senang, semakin membuat Fahri menajamkan sorotnya.

"Ini minumnya."

"Terimakasih."

"Memang kamu suka?" Tanya Andi tiba-tiba disamping kiri Sasi.

"Apanya?" Kini Fahri bertanya disisi kanannya.

"Ya minumannya, Sasi kan suka minuman dingin. Memang kamu sebagai suaminya nggak tahu ya?"

"Saya gak masalahin minumannya dingin atau nggak, yang penting hausnya hilang." Sasi menengahi. Kali ini ia merasa tidak nyaman dihimpit kedua pria yang entah kenapa auranya menimbulkan ketidaksukaan satu sama lain.

"Sasi menikah sudah lama?"

"Bulan depan satu tahun pernikahan."

"Kenapa aku nggak dapat undangan ketika kamu menikah?"

"Memang kenapa kalau kamu nggak diundang?" Kini Fahri menimpali Andi dengan pertanyaan yang terdengar sewot.

"Ya, aku kan pengen tahu seperti apa laki-laki yang Sasi pilih. Juga kenapa Sasi memilih laki-laki itu."

"Kan sekarang kamu sudah tahu saya lelakinya, lalu mau apa?" Seperti menantang.

"Ya aku mau tahu apa lebihnya kamu dari aku?"

"Andi..?"

Andi tersenyum tipis pada Sasi yang kini sudah melotot padanya. "Nggak apa-apa kan? Sambil ngobrol, biar tambah dekat."

"Kelebihan saya karena Sasi mencintai saya, karena kalaupun kamu merasa punya segalanya tapi tidak punya hatinya kamu tetap kalah." Kini Sasi menatapnya, tatapan tak percaya Fahri mengatakan hal seperti itu.

Disampingnya Andi terdiam, raut mukanya menunjukkan ia memang kalah sedangkan Fahri mulai mengembangkan senyum. Menandakan ia menang. Segalanya.

"Sasi, saya mau mengajak kamu ke suatu tempat."

"Sekarang?"

"Ya."

"Andi, kami duluan ya ada urusan. Saya senang kita bertemu, see you soon.." Andi mengangguk pelan sambil tersenyum. Merelakan kepergian Sasi kesekian kali, bedanya saat ini ia mengaku kalah telak untuk semuanya. Pria itu membawa Sasi digenggamannya, juga memenuhi isi hati perempuan yang sejak dulu ia sukai.

SASIKIRANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang