Setelah Teh Karin meninggal dunia, Kenzo menjadi tanggung jawab gue. Saat ini gue sudah pindah ke Jakarta lebih tepatnya ke Rumah Mila. Gue sangat berterimakasih kepada Om Agra dan Tante Kemala karna sudah berbaik hati membiyayai kuliah gue sampai gue lulus.
Orang yang menabrak Teh Karin sering memberi uang bulanan untuk Kenzo sebagai bentuk pertanggung jawabanya, gue tidak pernah memintanya dan menyelesaikan masalahnya dengan cara kekeluargaan, gue tidak menuntut apapun dari pihak yang menabrak Teh Karin karna mungkin sudah takdir dari Yang Maha Kuasa semuanya akan terjadi sesuai kehendak-Nya.
" Sa gila parah gue bakalan gagal move on kalau gini caranya." Mila terus mondar mandir di dalam kamarnya.
" Ada apa sih mil lo gak cape apa kaya setrikaan." Gue memelankan suara karena Kenzo sedang tertidur dengan lelap di gendongan gue.
" Gue gak tau kalau bakalan satu jurusan sama David, Hell please."
Ujarnya Histeris." Sutt pelan dikit anjir, Ken nanti bangun."
" Sorry." Mila melankan volume suaranya.
" Emang yang mana lo kok gak bilang tadi waktu jelajah kampus dia pasti ada barengan kita?" Tanya gue.
" Itu yang tadi pake Kaos warna item yang cakep banget."
" Plis deh tadi banyak yang pake kaos warna item dan cogan semua." Gue mengingat wajahnya satu satu.
" Pokonya tadi ada yang paling paling paling tamvan." Dia gregetan sendiri sambil terus mondar mandir.
" Lo bisa berhenti gak sih? Gue pusing liatnya."
" Sa ke club yu ada party." Ajaknya.
Demi neftunus gue gak mau ke club lagi dan bayangan satu tahun yang lalu kembali berputaran di kepala cantik gue. Membuat fue ngeri sendiri.
" Big no."
" Ayolah kita have fun, sebelum ospek kampus yang membuat gue pengen buat jalan dari anyer ke panarukan." Mila gendeng.
" Ogah nanti baby Ken sama siapa?" Gue mencari alasan.
" Ada Bu Darmi sama Bi Yanti Sa."
" Ngga titik."
" Ayolah."
" No No No."
" Oke gue besok ngga jadi nganter Lo magang di resto milik Alven." Anjir dia ngancam.
" Yah jangan gitu dong Mil, terus gue sama siapa perginya besok buat interview. " Gue memasang wajah memelas.
" Asal sekarang ke club." Dia menyeringai mirip penyihir.
" Oke."
Gue berdoa di dalam hati semoga saja tidak terjadi sesuatu yang tidak gue harapkan.
*-*
" Sasa lo mau clubing atau mau ke pemakaman?" Sinis Mila ke gue.
" Emang kenapa?" Tanya gue.
" Lo ngapain pake baju kaya gini." Dia menperhatikan gue dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.
Gue mengenakan baju hitam lengan panjang dan celana hitam panjang dan ramut gue yang hitam sengaja gue urai.
" Ayo dong Mil katanya mau ke club." Gue sengaja sebenarnya memakai pakaian tertutup.
" Are you kidding me? ikut gue ganti baju lo." Ujar Mila menyeret gue menuju kamarnya.
Mila memilihkan gue dress yang melekat pas di tubuh gue. Oh May God help me please. Gue takut mengundang banyak perhatian jika gue memakai dress seperti ini terlebih lagi gue takut ditatap lapar oleh kaum pria.
" Mil ganti yah yang agak panjang dressnya." Gue memohon kepada Mila.
" Ayo berangkat gue gak mau telat ke acara perpisahan Alven."
" Maksud lo?"
" Alven mengadakan pesta di Club miliknya , pesta perpisahan dia Kuliah di London. Ayo buruan Sa."
*-*
Gue gak nyangka pesta perpisahan Alven bakalan semeriah ini banyak sekali yang datang. Apa dia mengundang orang se Indonesia. Dance Floor di penuhi oleh manusia yang enari tak karuan Gue elihat takut takut ke arah DJ gue harap bukan cowok itu yang menjadi DJnya.
Puja kerang ajaib...
Sepertinya kerang ajaib berpihak ke gue, karna bukan dia yang menjadi DJnya.
" Hai sa."
Gue melihat siapa yang menyapa gue dan ternyata dia...Alven.
" Hai Al." Gue tersenyum.
" Lo cantik malam ini."
" Lo bisa aja." Gue malu pipi gue tolong.
" Kalau gini caranya gue gak jadi pergi ke London deh."
" Why?" Tanya gue.
" Karena ada lo di Jakarta, tau gini gue kuliah di indo aja deh." Dia Tersenyum yang bisa bikin cewe kesurupan.
Ponsel gue bergetar sepertinya ada telpon.
Bu Darmi is calling...
" Hallo Bu ada apa?"
" Hallo non ini Kenzo kebangun Ibu gatau dia nangis terus."
" Iya bentar Sasa pulang."
" Hati hati non."
Aduh gue panik pasalnya Mila gatau kemana, gue bisa naik Taksi tapi gue takut di culik. sekarang sudah tepat tengah malam.
" Ada apa Sa?" Tanya Al.
" Gue harus pulang, tapi Mila kemana ya." Gue mulai gelisah.
" Gue antar Sa, Mila lagi have fun sama temen sekolahnya."
" Al ini pesta lo dan masa iya lo pergi nganter gue. Gue naik taksi aja bilang ke Mila gue pulang." Gue bangkit dari kursi.
" Gak bahaya buat lo, ayo gue antar." Dia mengenggam tangan gue.
*-*
" Makasih Al dan maaf gue ngerepotin lo." Gue cepat cepat turun dari Mobil sport milik Al dan melambaikan tangan.
" Hati hati Al."
Gue memasuki rumah dengan terburu buru perasaan gue gak enak takut ada sesuatu dengan Kenzo, gue sayang sama dia karna bagi gue Kenzo segalanya.
" Sayang kamu kenapa nangis." Gue mengambil alih Ken dari gendongan Bu Darmi.
" Bu udah di kasih susu?" Tanya gue.
" Sudah non tapi nangis lagi." Ujarnya.
" Ya sudah Ibu tidur aja biar Sasa yang jagain Kenzo maaf merepotkan Ibu." Gue tersenyum tulus.
Bu Darmi adalah kepala pelayan di rumah Mila dan sudah mengurus Mila sejak dia kecil. Rumah Mila sangat besar jadi banyak sekali pelayan disini meski kedua orang tuanya jarang pulang dan satu lagi Mila memiliki seorang Kaka yang tinggal bersama Neneknya di Singapura.
Kenzo mulai berhenti menangis dia menatap gue dengan kedua matanya yang lucu.
" Maaf Sasa ninggalin Kenzo kan ada Bu Darmi, Baby Ken gaboleh nakal disini yah."
Kenzo tersenyum . Sungguh tamvan pangeran kecil gue.
" Sekarang kita tidur sayang sudah malam."
*****
Kalau suka Vomen yo. Kritik dan sarannya di tunggu. ♥♥♥Salam
-Ican-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Romance
RomanceMarisa terbangun disebuah kamar yang jelas bukan miliknya ini seperti kamar hotel, dia berusaha mengingat kejadian semalam apa yang membuatnya tiba-tiba berada di sebuah tempat asing. Dia bangun dan menemukan sebuah note di meja samping tempat tidur...