Duapuluh

6.2K 219 0
                                    

Ting nong ting nong...

Siapa yang bertamu jam segini di saat keadan gue kacau, gumam gue dalam hati.

Ceklek...

Gue sangat kaget dengan sosok yang menjulang di pintu Apartment gue dan damn it dia sangat tamvan...

Entah setan dari mana gue langsung memeluk sosok yang ada di depan gue yaitu Billy si cowok rese,  saat ibi gue hanya butuh seseorang untuk menumpahkan tangis gue dan rasa sakit.

"Sa... lo kangen banget ya sama gue."

Sial pasti dia salah paham, batin gue.

Gue segera melepaskan pelukannya dan mendongkakan wajah cantik gue dan melihat Billy mengangkat kedua alisnya dan memasang wajah tengil miliknya.

Ketika gue berbalik untuk masuk kedalam apart gue, Billy memeluk gue dari belakang dan menenggelamkan kepalanya di lekukan leher gue , gila ini geli banget.

"Lepas ish nanti ada yang lihat," ujar gue.

Dia melepaskan pelukannya kemudian menutup pintu dan menarik tangan gue menuju ruang tv, Billy melihat sekitar banyak tisu yang betebaran di atas meja dan lampu yang sengaja gue matikan.

"Kenapa lo nangis?" suaranya berubah menjadi lembut meskipun dalam kegelapan gue masih bisa melihat wajah khawatir Billy.

Gue hanya menggeleng sebagai jawaban.

Billy menarik gue kedalam dekapannya dan mengelus rambut panjang gue ,  mengapa gue merasa nyaman diperlakukan seperti ini olehnya? Jika seperti ini kegantengan Billy naik berkali kali lipat.

"Gue gak suka lihat lo nangis, lo jelek."

"Hwaaa lo di-diam sa-saja hiks hiks hiks..."

"Suttt ini sudah malam. gue tanya sekali lagi lo kenapa nangis ngabisin tisu sebanyak ini?" gue yakin pasti Billy sedang mengamati sekitar apartement gue.

Gue menggeleng lagi

"Lo baru pulang dari pesta pertunangan boss lo kan?" tanyannya.

Gue mengangguk malas sekali untuk mengeluarkan suara.

"Jadi lo nangis karna ditinggal tunangan sama Boss lo?" gue bisa mendengar nada kesal dari suara Billy.

"Bu-bukan."

Billy melepaskan pelukannya dan menatap tepat kedalam mata gue dia menggengam kedua tangan gue dengan lembut, kemudian kedua ibu jarinya menghapus air mata gue yang seperti hujan deras, dia tersenyum.

"Gue gak akan maksa lo buat cerita, tapi gue mohon lo berhenti nangis okey, gue takut lo mirip boneka yang ada di film horor jelek banget."
Hampir saja gue bilang bahwa gue suka dengan perlakuan Billy barusan tapi kalimat akhir yang dia ucapkan rasanya gue ingin membunuhnya detik ibi juga.

"Rese lo." Gue pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka dan berganti pakaian.

*-*

Billy POV

Malam ini gue sudah tidak bisa menahan rasa rindu pada Marisa sehingga tengah malam begini gue nekat pergi menuju Apartemen miliknya, sempat berpikir gua akan mengganggunya tapi gue harap gue bisa melihatnya walau hanya sebentar.

Sudah dua minggu gue manahan rasa rindu yang menggunung ini, gue harus menemui pemegang saham yang tersebar di Eropa, sungguh jika bukan untuk menambah kekuatan perusahaan gue sendiri gue lebih baik meminta Roy orang kepercayaan gue dari pada gue harus turun tangan sendiri dan meninggalkan Marisa.

My Secret RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang