Duapuluh Enam

5.5K 200 6
                                    

Marisa baru saja sampai di parkiran setelah mengantar pangeran tampannya seperti biasa ke sekolah.

"Marisa," seseorang memanggil nama Sasa membuat sang pemilik nama melihat ke arah tersebut dan ternyata Alven yang memanggilnya. Ia berjalan menuju Sasa.

"Al pagi-pagi sudah ada disini," ujat Sasa ketika Alven berada di depannya.

"Gue ada keperluan," Ia tersenyum yang membuat Sasa menahan nafas saat itu juga.

Jangan senyum gue bisa diabet, batin Sasa.

"Ohh begitu,"

Mereka berjalan bersamaan menuju lift, tapi tentu saja arah mereka berbeda Sasa harus ke lantai 5 sedangkan Alven harus menemui sahabatnya.

"Sa makan siang bareng gue," Ujar Alven ketika Sasa hendak melangkah ke luar dari lift.

"Oke," Sasa tidak bisa menahan rasa bahagianya mendengar Alven mengajaknya makan siang bersama. Ia sudah berambisi tidak akan mau tau lagi tentang Billy setelah ia melihat bahwa Billy sudah punya pacar jelas sudah bahwa apa yang ia katakan kepada Billy untuk menjauh darinya adalah keputusan yang benar Sasa tidak harus merasa bersalah lagi.

"Pagi Alma," Sapa Sasa ketika sampai di meja kerjanya.

"Pagi Sa," Alma terlihat sibuk dengan laptopnya.

"Sibuk banget Bu, ada yang bisa di bantu?" Sasa mendekatkan kursinya ke meja Alma dan melihat pekerjaan apa yang ssdang di kerjakan Alma.

"Gue harus revisi ulang pengeluaran 2 bulan yang lalu," Alma terlihat frustasi.

"Maksud lo gimana?" tanya Sasa binging.

"Kayanya gue gak fokus deh waktu ngetik jadi salah masukin data, trus Bu Mirna negur gue," Alma menghelang nafas.

"Bu Marisa di panggil ke lantai 20," ujar Nandi yang masih rekan kerja Sasa.

"Lantai 20? bukannya lantai Pak Billy?" Ujar Alma mengalihkan fokusnya kepada Nandi.

"Gue kesana dulu Ma," Sasa pergi dengan laporan yang sudah ia perbaiki semalaman.

Awas saja kalau gue di suruh ngetik ulang lagi, Ucap Sasa dalam hati.

*-*

Ketika sampai di ruangan Billy, Sasa tidak melihat Gilang sekertaris Billy disana. Ia memutuskan mengetuk pintu.

Tok tok tok...

"Masuk," ujar suara dari dalam.

Marisa kaget ternyata disana ada Alven yang sedang duduk bersama Billy di sofa yang besar berwarna hitam.

"Sasa," ujar Alven senang karena bisa melihay Marisa lagi.

"Alven," Sasa membalas dengan senyuman sedangkan Billy hanya memandangi Alven dan Sasa begantian.

"Ada apa?" tanyanya kepada Sasa. Billy membuat wajahnya kembali datar.

"Saya mengantarkan laporan yang Bapak minta," ujar Sasa.

"Simpan saja di meja," segera Sasa meletakan laporanya di meja kerja Billy dan segera berpamitan untuk ke ruang kerjanya lagi, sebelumnya ia tersenyum manis ke arah Alven yang membuat Billy semakin geram dan memikirkan ada hubungan apa antara mereka berdua.

"Lo kenal Marisa?" tanya Billy ketika Sasa sudah lenyap di balik pintu. Ia sudah tidak dapat menahan rasa ingin tahunya.

"Dia Sasa Bil," ujar Alven dengan senyum yang terus terlukis di bibirnya.

"Iya Sasa lo kenal dimana?" tanya Billy rasa penasarannya sudah memuncak dan ia sedikit geram melihat senyuman sahabatnya.

"Di Bandung dia cinta pertama gue cinta monyet cinta kura kura gue lo tau dulu gue sering cerita tentang Sasa," jelas Alven.

My Secret RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang