56| Regret

343 45 6
                                    

Jangan lupa Vote, Thanks!

Anna's POV
Hatiku hancur lebur bagaikan kepingan piring yang pecah jatuh di lantai berserakan dimana-mana.

Pemandangan yang baru saja ku lihat membuat diriku lulu lantah dan hatiku ambruk ke tanah.

Untuk kesekian kalinya aku terus di sakiti oleh para pria, apakah ini sebuah garisan tangan yang tak bisa aku hindari? Ingatanku masih tajam, ketika Lee dengan mudahnya mencampakkanku karena seorang wanita yang membuat hubungan pertemanan yang sudah lama kami jalin berantakan.

Bahkan untuk menyapanya aku tak sudi setelah ia begitu menyakiti hatiku, dengan mudah aku keluar dari bayang-bayang Lee karena Joe.

Pria tinggi, sombong, kasar dan yang tidak mudah untuk tersenyum akhirnya menyembuhkan luka yang digoreskan Lee padaku.

Walaupun ia kasar dan arogant namun ia telah mebuatku menjadi tidak waras. Aku tak mengerti apa yang membuatku jatuh hati padanya, karena dia bukanlah pria ramah.

Setelah lama aku memendam perasaan ini, kupikir hari ini ketika ia mengajakku untuk makan malam  ia akan mengutarakan perasaannya padaku, namun ternyata aku salah.

Sebelum kami bertemu untuk makan malam ia malah sedang bergairah dengan wanita lain.

Air mataku terus berderai membasahi pipiku dengan cepat tak kala aku mengingat semua hal tentangnya.

Jonathan Warren, pria itu kini kembali menggoreskan luka di hatiku setelah benar-benar sembuh dari lukaku yang dulu.

"Maaf nona, kita akan kemana?" Suara sopir taksi memaksaku untuk berbicara walaupun sebenarnya aku sedang ingin berdiam diri.

"Bisakah kau membawaku ke Ellison Suites?" Jawabku singkat.

"Baiklah nona." Sih pengendara taksi seakan tahu, jika aku sedang tidak ingin banyak berbicara.

Air mataku terus jatuh dengan sendirinya tanpa henti membasahi pipiku, entahlah apa yang terjadi aku tak terisak namun airmataku seperti banjir bandang yang terus mengalir dan tak tertahankan.

Aku semakin berat membuka mataku, kurasakan beban yang berat di atas kelopak mataku sepertinya mataku sudah mulai membengkak, padahal perkiraanku aku baru saja 1 jam lebih menangis tanpa henti.

Setelah satu jam mengadakan perjalanan kini aku sampai di sebuah hotel.

Aku segera memaksa diriku untuk menghentikan airmataku, aku mengusap airmataku dan mengambil kacamata hitam yang berada dalam tasku.

"Ini." Aku menyodorkan beberapa lembar uang dollar pecahan 5 dollar kepada supir taksi.

"Terima kasih, semoga harimu menyenangkan nona." Aku tersenyum kecut mendengar ucapan sih supir taksi.

Aku kemudian berjalan masuk ke Ellison Suite sebuah hotel yang megah yang berdiri tepat menghadap pantai Venice.

Aku segera melangkahkan kaki masuk ke dalam hotel.

"Selamat sore nona." Seorang petugas sedang menyapaku.

"Aku ingin satu kamar."

"Mohon maaf nona apa anda sudah membuat reservasi?" Kata pegawai wanita yang berambut pirang berdiri tepat di hadapanku.

"Umm... belum."

"Maaf nona tapi hari ini penginapan kami sedang full."

"Baiklah terima kasih." Aku segera keluar dan mulai melangkahkan kakiku menyusuri pantai.

Stuck Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang