TIDAK BERTEMU

2.8K 155 2
                                    

Fahri Arizal Hardjanto pov

Aku menatap punggung wanita yang kucintai mulai menjauh. Cinta? Sekarang aku mengakui bahwa aku mencintainya. Emosi tengah menguasai jiwanya. Tapi sudahlah, dia pantas marah.

"Besok temui dia, berikan uang ini." kata ayahku sambil menyodorkan 5 lembar seratus ribuan. Ayahku memang terlihat garang dan arogant, tapi dia sangat royal dan dermawan.

"Kurasa ayah belum tuli. Dia ikhlas melakukan semua ini. Berhenti merendahkan dia ayah. Tak bisakah lihat dari sudut yang berbeda? Dia idaman sekali yah " kataku berapi api. Ibu mengelus bahuku pelan. Mencoba meredakan emosiku.

"Apa yang di idamkan dari wanita seperti dia? Kerjanya cuma pelayan kereta, pasti dia lulusan SMA. Gak level Ri sama keluarga kita. Ngapain sih kamu belain dia, biasanya cuek cuek aja "

"Ayah liat sendiri kan Nino begitu jinak dengan Alfi, sifatnya sangat keibuan. Apa ayah temukan sisi sopan, ramah, bisa memasak di diri Jennifer dan Andien ibunya Nino?"

Andien adalah ibu kandung Nino. Kejadian menguras air mata kembali terngiang diotakku. Melihat kakakku memohon meminta restu ayah untuk menikahi Nisa kekasihnya sampai berlutut dikaki ayah. Nisa hanya lulusan SMA, dia hanya staff admin di Pabrik tekstil.  Ayah dengan kasar menolak memberi restu. Sampai sampai ayah melakukan segala cara agar Nisa dipecat dari pekerjaannya dan meninggalkan kota Surabaya. Hingga di umur 30 tahun ini, kakakku telah menduda. Dia terpaksa menerima perjodohan ayah dengan Andien anak rekan bisnisnya. Tapi sekuat apapun mencoba, Fian tak pernah bisa mencintai Andien. Andien sama sekali bukan sosok wanita yang baik, dia tak bisa memasak dan mengurusi rumah. Dia selalu sibuk dengan pekerjaannya dikantor.

"Cukup Fahri, semua pilihan ayah adalah yang terbaik buat masa depan kamu nanti"

"Oh ya? Kalau terbaik tak mungkin diumur 30tahun ini aku sudah jadi duda" Fian tiba tiba datang lalu melepas sepatunya.

Ayah kelihatan malas menatap 2 anak lelaki yang tak pernah sepemikiran dengannya. Dia lalu pergi ke ruang kerjanya sambil membawa serta nasi, gurame bakar dan sambel mateng bikinan Alfi.

Keluarga ini tak pernah punya atmosfer hangat.

"Apa aku salah bu? " tanyaku pada ibu dan dia hanya menggeleng.

"Kenapa ayah pikir semua nya bisa dibeli dengan uang?" ibu hanya diam.

____

Kujambak rambut cepak ini kasar, berharap kemudin ada ide muncul diotakku. Tapi nihil, justru kepalaku bertambah pening.

Sudah 5 hari Alfi mendiamkanku, dia hanya membaca semua pesanku dan tak berniat membalasnya. Ini semua garagara Ayah! Tak melihat Alfi 5 hari saja aku sudah resah begini. Ah, cinta memang gila.

"Hey Fahri, ini giliranmu menembak" kata Ucok sambil memukul kepalaku dengan senapan.

Aku bersiap siap menembak dengan lemas. Tembakanku selalu meleset, ini gara gara aku memikirkan Alfi sebagai sasaran tembakku. Mana mungkin aku bisa menembak orang yang kucintai. Kuubah sasaran tembakku sebagai ayah.
Tepuk tangan pun langsung mengudara, tembakanku tepat mengenai sasaran.

"kau ini kenapa?" tanya ucok sambil menenggak minumannya.

"Pusing aku Cok mikirin Alfi"

Byuuuuuuufffftttttt .
Ucok menyemburkan minumannya lalu menatapku.
"Kenapa rupanya sama anak itu, jangan bilang kau suka dia"

"Sekuat apapun ku tolak, aku ini memang suka dia Cok"
Kemudian kuceritakan semua pada Ucok, dia menatapku kasihan. Dari dulu kisah cintaku sudah berakhir di tangan ayah.

LUCKY GIRL~(PRIVATE ACAK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang