BRAK

3.1K 179 3
                                    

TERIMAKASIH BUAT YANG SELALU NGASIH BINTANG.
MAKASIH JUGA SILENT READER KU
SEMOGA TETEP MAU BACA CERITA INI.
SEMOGA CERITANYA GAK GARING.

Setelah kejadian siang itu. Tak ada satupun yang berubah. Aku dan Jenni tetap berteman.
Kini aku sedang di koridor salah satu Rumah Sakit. Duduk sendirian .
Aku sakit?
Tidak, aku sedang menunggu Jenni.

Jenni datang, dia langsung duduk disampingku. Tak satupun yang mau membuka suara.
Kupeluk erat tubuh Jenni dari samping. Dia mengelusnya pundakku lembut.

"Don't angry please" kataku sendu.

"Weits, siapa yang marah?" jawabnya ceria sambil melepaskan pelukanku.

"Kamu"

Dia hanya mengernyit tak paham.
"Jangan salah paham, aku gak cinta Fahri. Aku gak bakal rebut dia dari kamu"

"Oh no no no honey, aku paham semua. Siang itu aku cuman shock aja."
Ah lega, dia gak gak paham.

"Cinta gak bisa dipaksain ya Fi. Fyuh..."
Jenni menunduk sambil membuang nafas pelan.

"Aku mau stop merjuangin cinta Fahri aja" lanjutnya lagi.

"What??"
Jenni mengangguk pelan.

"Sekarang aku tanya, udah berjuang sejauh ini terus mau nyerah? Alasannya apa??"

"Ya itu tadi, cinta gak bisa dipaksain. Aku capek berjuang sendirian." setetes air mata keluar tak terbendung lagi.

"Aku pengen kayak cewek lain yang mati matian diperjuangin. Nah aku?"

"Cup...cup... Sebenernya aku setuju. Gak ada kamus cewek ngejar ngejar cowok. Tapi usahanya udah sejauh ini loh. Sayang,"

"Lagian dari jaman Nabi Adam, sel sperma ngejar sel telur. Bukan sebaliknya kan"

Benar sih, kemudian kami tertawa keras sampai semua mata tertuju pada kami.

"Aku setuju kalau kamu sama Fahri." ucap Jenni.

"Gak lah, gak like aku kalau sama bekas sahabat sendiri."

"Dia belum pernah jadi pacar aku tauk"

"Berarti suatu saat bakalan jadi pacar kamu wkwkwk"

Obrolan tak jelas diatas berakhir dengan berdengungnya cacing diperut kami masing masing.
Alhasil kini kami sedang di perjalanan menuju salah satu Rumah Makan Padang dekat Rumah Sakit.

Kring.....Kring......

Demi apa ini Bagas telpon? Mau ngajak balikan?
Segera kuangkat teleponnya tanpa mengucap salam.

"Bagas....???"

Tak ada jawaban.
Jenni langsung heboh sendiri setelah aku mengucap nama itu. Dia langsung ikut ikutan nempelin kuping di ponselku.

"Aku kangen," lanjutku lagi.
Kudengar hembusan nafas kasar yang kuyakini itu punya Bagas.
Ah pria itu, aku rindu hembusan nafasnya di pipiku. Seperti saat kami berciuman dulu.

"Minta nomer rekening kamu"
Suara yang paling aku rindukan akhirnya kudengar lagi.

"Buat apa??" tanya ku bodoh sambil menjilati jariku yang penuh kuah rendang.

"Aku bakal balikin semua uang yang pernah kamu kasih buat aku."

Sontak kata kata itu membuat ku dan Jenni kaget. Aku masih biasa saja, tapi kelihatannya Jenni marah dan tak terima tapi amarahnya masih bisa ditahan.

"Uang apa? Aku gak pernah ngasih uang apa aga buat kamu."

"Uang perabot yang kamu beli in dulu, uang jajan zaman aku belum kerja dan kalo makan kamu yang bayar, uang baju, tas sama jam yang tiap bulan kamu paketin kalau lagi jalan jalan terus liat merk kesukaan aku. Dan satu lagi, uang cicilan perum aku balikin juga, kamu cicil sendiri!"
Jawabnya lantang dalam satu tarikan nafas.

LUCKY GIRL~(PRIVATE ACAK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang