NAMA

3.4K 181 6
                                    

Bang Izan langsung ngiprit kekamarnya untuk bergegas mandi. Sambil curi curi adegan mencium pipiku sebelumnya dan berucap 'I Love You' .

Pie nanas buatan ku sudah matang 2 toples. Semua itu pastinya pesanan bang Izan kesayanganku.

Sore ini tetiba Papa mengajakku ngobrol serius dengan Mama dan bang Izan juga pastinya. Waduh mau ngomongin apa ini? Hubunganku sama bang Izan ketauan ya??

"Ehem, dedek" kata Papa membuka suara dan semua mata langsung fokus ke arah Papa.
"Papa punya ide bagus" lanjutnya.

"Apa Pa??" tanyaku antusias .

"Gimana kalau kita buka toko kue saja??"

"Heh?! Serius?? " seriuslah, Papa ku kan otak nya isinya bisnis semua.

"Iya, daripada kamu bikinin abangmu kue gak dapet duwit, adanya cuman ngluarin duit aja."

"Aish Papa, dedek bikinnya juga ikhlas kok " sahut bang Izan. Aku hanya tersenyum simpul, tentu saja aku sangat sangat sangat ikhlas bang.

"Papa juga gak tega tiap hari kamu bangun pagi buat bikin kue terus dititipin ke kantin kantin sekolah, keteteran sendiri kalo ada yang pesenan. "

Memang benar, sudah 2 bulanan ini aku mulai mencoba jualan kue kecil kecilan. Cita citaku memang ingin punya usaha sendiri, tapi entah itu apa. Dan berkat usaha kue ini, Papa punya ide untuk mewujudkan cita citaku, yaitu punya toko kue.

Cita cita ku yang lain juga sepele, hanya ingin jadi juragan kontrakan dan jadi istri bang Izan hehehegegege. Pokoknya aku mau jadi istri yang santai mengurus rumah tangga. Tak mau terikat dengan pekerjaan dikantor manapun. Sesederhana itu, semoga terwujud.

"Tapi Pa, gak ada dana " sahutku menengahi karena kalau ada dana aku gak mungkin jualan kue kecil kecilan pastinya jualan kue besar besaran.

"Mulai lagi. Jangan kuatir masalah dana. Tinggal mau apa enggak?" tanya Papa tegas.

"Mau sih Pa" jawabku sambil menggaruk kepalaku yang tak gatal.

"Oke ntar Papa urus semuanya. Kamu tinggal minta mau desain konsep toko kayak apa sama arsitek Papa yang mana aja . Kamu juga tinggal mikirin mau jual kue apa aja. Oh ya, ada request mau bangun toko kue daerah mana?"

"Gimana kalau deket kampus ku? Strategis banget kan, deket rumah sakit tempat Jenni kerja juga. Cocok jadi tempat nongkrong buat abg abg, cocok juga buat bingkisan kalau mau jenguk orang sakit tuh"  oh ya, Jenni sekarang sudah kerja lagi di Rumah Sakit dekat kampusku. Gak sulit buat dia cari kerja, Papa nya kan kepala Rumah sakit. Btw gimana kabar Jenni ya? Udah isi belum ya? Ah nglantur kan.

"Deket batalyon abang aja. Ntar yang beli ibu ibu persit. Pasti laris tuh" bang Izan ikutan nimbrung. Jangan tanya Mama, Mama pokoknya seutuhnya wanita yang diwanitakan sama Papa. Gak boleh ikutan cari uang, tugasnya cukup mendampingi dan mencintai Papa.

"Ish abang, kejauhan lah kalo dari rumah"

"Enggak lah dek deket ini. Cuman setengah jam dari kampusmu"

"Kalau dari rumah kan jadi sejam. Gak efektif lah"

"Sudah sudah, ntar Papa langsung turun tangan deh nyari tanah yang dijual didaerah kampusnya dedek." Papa menengahi.

"Uang hasil jual rumah di Karawang itu kamu jadi in modal buat beli segala macem perabot toko kue. Kalau masalah tanah, semen dkk biar Papa yang urus."

"Makasih Papa udah gak marah lagi" kataku menghampiri Papa dan langsung memeluknya.

"Lho siapa yang marah?"

LUCKY GIRL~(PRIVATE ACAK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang