Day 1 : without you 💔

3.5K 176 8
                                    

Nyatanya, Rindu berkembang biak seperti amoeba. Oleh sebab itu dia jadi penyumbang liter air mata terbanyak karena partikelnya yg tumbuh sejengkal demi jengkal tiap detiknya sampai aku kewalahan ☔
-Melinda Alfia-

Aku terus menangis disepanjang perjalanan pulang. Meratapi betapa hinanya aku. Dan betapa kejamnya bang Izan.
Omongan kasarnya berhasil mencabik cabik hatiku dan menyentil relung hatiku yang paling dalam.

Mas Agung sudah tak banyak bicara seperti tadi. Mungkin dia paham bahwa aku butuh ruang untuk sendiri dan menenangkan pikiran serta hatiku dari masalah yang berlalu lalang diotakku.

Motor R25 yang diberi nama shark blue oleh mas Agung itupun mendarat didepan rumah. Aku langsung turun dengan kewalahan sambil membersihkan pipiku dari basahan air mata.

Hatiku langsung pias ketika mendapati tak ada mobil CRV hitam yang bertengger didalam garasi.
'Bang Izan pasti pulang ke asramanya' batinku kelu sambil menyeka air mata yang kuyakini beberapa detik kemudian akan tumpah.

Lamunanku tersadar ketika mas Agung kembali menstater motornya. Rupanya dia dari tadi ngomong ngalor ngidul tapi tak kuhiraukan. Aku jadi tak enak hati sendiri karena dari dulu selalu merepotkan mas Agung.

"Makasih mas, hati hati ya" ucapku menggoyangkan tangan ala orang dada sambil memasang senyum yang dipaksakan.

Kulangkahkan kaki dengan lemas memasuki rumah. Hatiku terasa dibawa bang Izan pergi oleh karena itu aku merasa sangat sedih. Tak kuhiraukan tatapan aneh dari bang Gio family yang sedang asyik menonton TV diruang tengah. Tak kuhiraukan juga mbok Ikem yang terus membuntutiku dengan bercecer pertanyaan. Misal "non kenapa nangis??"

Ku tutup pintu kamarku pelan, seolah tak punya tenaga lagi untuk pura pura kuat. Langsung kurebahkan tubuhku dikasur king size ber sprei motif bunga warna pink. Kemudian berdengunglah lagu lagu melow karena aku sengaja memutarnya. Lagu itu seolah mendukungku untuk hanyut dalam linangan air mata lagi.

Malam ini, tak ada kecupan hangat yang mendarat dikeningku lagi. Tak ada genggaman erat disamping ranjang yang setia menemaniku sampai tertidur.

Kuharap malam ini segera berakhir, aku sudah tak kuat untuk melaluinya.
Aku terus berdoa semoga Tuhan mengembalikan malam malam ku sebelumnya. Malam malam manis yang selalu kunikmati bersama bang Izan. Walau kadang hanya berlangsung didalam layar ponsel kami berdua.
Bang, aku sudah rindu.

_____

Malam pertama tanpa bang Izan yang menyakitkan berhasil kulalui dengan hujan tangis sampai pukul 3 pagi. Alhasil aku menuruni anak tangga di jam 9 pagi dengan rasa kantuk yang menggerogoti seluruh tubuhku. Mataku sembab parah seperti baru saja disengat lebah. 

Aku terus saja berjalan sampai meja makan lalu duduk termenung sendirian disana. Menatap roti, selai beraneka rasa dan buah buahan nanar. Selera makan ku hilang tapi perutku sangat lapar.

"Mbok, bikinin wedhang jeruk  dong sama roti selai kacang" perintah pertamaku pada mbok Ikem setelah sekian lama aku tinggal di rumah ini.

Mbok Ikem telah selesai membuatkan sarapanku. Langsung kusantap tanpa gairah dengan pandangan kosong.

"eh non, katanya ada kelas jam 10 pagi. Ini sudah pukul setengah 10. Berangkat gih non ntar keburu kejebak macet terus telat" kata mbok Ikem mengingatkan.

Aku diam, cuek, tetap mengunyah rotiku dengan tatapan kosong.
Roti 2 tumpuk berselai kacang sudah berhasil masuk keperutku. Kini giliran jeruk hangat yang membanjiri lambungku.

"Astaga Non! Stop non stop! Simbok lupa non Alfi kan belum makan apa apa tapi malah mbok bikinin wedhang jeruk" aku memang sengaja melakukannya. Biar saja aku sakit dengan menyakiti diriku sendiri.

LUCKY GIRL~(PRIVATE ACAK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang