21

5.1K 195 7
                                    

Alfi Ananda pov

Perdebatan berdarah darah terus terjadi, ah lebay.
Lia yang tadi diam duduk diluar kamar pun sudah ikut nimbrung padahal gak ada yang nyuruh.

Bang Izan terus menawarkan diri untuk menikahiku. Tau sendiri kan, aku menolak.
Bang Izan kehabisan tenaga, dia mengajakku kembali duduk di sofa. Dia terus membujukku sambil memelukku dari samping. Papa Mama bang Gio menatap kami geli, beda dengan Lia yang malah menatap penuh benci.

"Ayolah sayang, menikah" rengek bang Izan seperti anak kecil. Panggilan maut, hem.

"Bang, aku kan sudah bilang dari tadi, aku gak bisa" jawabku sekuat tenaga mencoba cuek menyembunyikan senyumku dan perasaan kacau yang menggoyahkan niat untuk melupakan bang Izan.
Sebenarnya hatiku sudah menjawab Ya dari tadi.

Tapi mau gimana lagi? Gak bisa kan. Gak segampang ngilangin tinta pulpen diatas kertas.

"Kan abang dah mau pensiun dini. Gak percaya? Ni abang telepon komandan sekarang juga!" kata Bang Izan langsung menyambar ponsel disakunya.

"Abang cinta aku gak?" tanyaku sambil menahan tangannya supaya tak segera menelpon siapa tadi? Oh iya komanandannya hehehe

"Ya cinta lah ! Kalau gak cinta mana mungkin dari tadi ngotot ngajak nikah."

"Kalau cinta aku. Hentikan semua ini. Lanjutin karir abang, lupakan aku" kataku sendu.

"Gak bisalah" ucap bang Izan lesu sambil membenamkan wajahnya kepundakku.

Ah pak Tentara satu ini kenapa mendadak melow gini sih? Mana manja banget lagi pake acara peluk peluk segala. Kan eike jadi pengen bales pelukannya huhuhu 😂😂

"Ini apa si ribut mulu dari tadi. Izan cinta Alfi??" tanya Papa menengahi dan bang Izan hanya mengangguk pelan.

"Alfi cinta bang Izan gak??" gantian pertanyaan Papa yang ditujukan padaku. Akupun sama, hanya mengangguk pelan.

"Kalian mau nikah?" pertanyaan itu untuk kami berdua. Sontak aku dan bang Izan saling bertatapan.

"Ayo jawab iya nak. Kalau Alfi mau nikah sama bang Izan, mama langsung sembuh ni. Langsung pulang kerumah ni" kurasa dukungan Mama ditujukan padaku. Tapi aku tetap diam sampai bang Izan menggoyang goyangkan bahuku, aish kurang kerjaan banget yee kan.

"Ya sebenernya mau sih" jawabku sambil menggaruk leherku yang tak gatal.

"Oke bisa Papa atur, " kata Papa langsung nylonong keluar entah menelepon siapa.

"Yess!!! Kawin... Kawin!!!" teriak bang Izan sambil lompat lompat.
Mama juga ikut menari nari diatas ranjang. Aku pusing sendiri melihat tingkah mereka.

Ditengah kegembiraan hatiku, ada hati yang panas karena terbakar api cemburu.

"Gak bisa lah Bang! masak anak pungut ini yang nemenin kamu pas udah sukses. Inget Zan! Aku yang nemenin kamu mulai Sermadatar(Sersan Mayor Dua Taruna). Bahkan aku juga yang ada disisi kamu waktu Praspa. Aku juga rela ditinggal kamu pendidikan 9 bulan tanpa kabar!!" kata Lia yang menurutku sedang mengeluarkan segala unek uneknya.

Benar juga apa kata Lia. Kurang beruntung gimana coba aku ini hm?? Makasih ya Lia udah jaga jodoh aku selama itu hehehe.

"Iya kan tante? Yang pantes jadi istrinya bang Izan itu Lia kan?" tanya Lia menggebu gebu pada Mama.

"Mana ada? Ya Alfi kemana mana lah" jawab Mama dengan muka kecutnya. Aku hanya mesem tipis menahan tawaku yang hampir meledak. Lia kok mendadak jadi pelawak gitu si? Lucu.

"Dasar MANTARA!" ucap bang Izan mengatai Lia dan sukses membuat tawaku pecah.

Lia geram kemudian pergi.

LUCKY GIRL~(PRIVATE ACAK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang