CARI ANGIN

2.4K 144 0
                                    

LAGI BAHAGIA KARENA UDAH PUNYA DRAFT YANG SAMPE KLIMAKS.
SEBELUMNYA MAU NGUCAPIN MAKASIH SAMA YANG MASIH MAU BACA CERITA EMBUH KU INI 😅😅😅.
DAN MAKASIH BANGET BUAT KALIAN YANG SELALU MENINGGALKAN JEJAK, ALIAS NGASIH BINTANG ⭐⭐⭐
LOVYU ❤❤❤ (ALAY MODE ON)

_____

"Pelayan gak tau diri, mau kemana kamu? Aku belum puas marahin kamu sini mukamu yang jelek itu aku injek injek biar tambah jelek"

Ibunya Fahri pun mencoba melepaskan genggaman Jenni dari tanganku. Dia terang terangan mengusir Jenni.

"Ada apa ini?"
tiba tiba ayahnya Fahri datang.
Dia kaget melihat kondisi rumahnya berantakan seperti ini.
Jenni pun langsung mengadu kepada ayahnya Fahri.

"Oh jadi pelayan ini yang bikin Fahri berani membantah omonganku?"

Jenni dan ayahnya Fahripun bersekongkol mencoba menyiksaku.
Plaaaaaaaaaaakkkkkk

Auh, sakit. Ayahnya Fahri menamparku dengan sangat keras.
Tapi masih untung pipiku tak lebam .
Aku jatuh tersungkur dilantai, ibunya Fahri mengelus elus pundakku dan terus membelaku.
Jenni tersenyum kemenangan melihat adegan ini.

Aku berdiri berusaha pergi tanpa sepatah katapun.
Ku tutup mataku karena sekarang Jenni mencoba menamparku.
Sampai beberapa saat kok gak ada tangan yang mendarat dipipiku?

Ah ! Ternyata Fahri datang dan menahan tangan Jenni. Jennipun terlihat ketakutan karena ketahuan sifat aslinya.

Kulepas tangan Fahri yang mencengkram tangan Jenni lalu memeluknya.

Di momen seperti ini, rasanya aku melihat malaikat dengan sengaja menolongku menjelma menjadi Fahri.
Aku menangis sesenggukan dipelukannya.

"Apa apa an ini. Main tangan se enaknya sendiri!!" maki Fahri dengan suara meledak ledak.

"Dia pantes ngedapetin tamparan itu Ri!" kata ayahnya Fahri.

Jenni mencoba menarikku untuk melepaskan pelukkanku ditubuh Fahri. Namun justru kupeluk Fahri semakin erat.
Entah sadar atau tidak, pokoknya aku diposisi genting butuh pertolongan dan perlindungan. Kuanggap Fahrilah penolongku.

"Ayo pergi!" kata Fahri menyeretku keluar menyudahi perdebatan dengan ayahnya.
Dia mengambil dress yang ingin kukembalikan lalu menarik paksa kalung yang tadi dipakai Jenni.

"Hey itu punyaku!" bentak Jenni mencoba merebut kalung itu.

"Jangan mimpi! Ngomong ngomong, apa Rumah Sakit pindah kerumahku kok kamu rajin banget kesini?" sindir Fahri halus sambil berlalu pergi.

"Ri, aku bawa motor." kataku saat sudah keluar dari rumah Fahri.
Kemudian Fahri mengotak atik hp nya lalu menelpon seseorang.

"Nanti biar temenku yang nganter motormu. Mana kuncinya?" aku percaya saja lalu menyerahkan kunci motorku kemudian naik ke dalam mobil Fahri.

"Ri, nyetirnya pelan pelan." kataku frustasi melihat Fahri nyetirnya ugal ugalan.
Dia kemudian menstabilkan laju mobilnya.

"Maaf lagi kebawa emosi aja. Maaf ya tadi nyelametin kamunya telat. " katanya merasa bersalah. Aku hanya mengangguk.

Akhirnya mobil sudah mendarat didepan kontrakanku. Ku ucapkan terimakasih lalu pergi. Aku berniat tak ingin bertemu dengan Fahri lagi supaya tetap baik baik saja.

___

Disuatu malam. Saat Surabaya masih terang benderang seperti ibu kota. Padahal beberapa menit lagi jam menunjukkan tengah malam.
Aku terlena diatas kereta dari Bandung menuju Surabaya.
Saat  penumpang asyik tidur. Aku ngasong membawa bantal berharap mereka menyewa bantal agar tidur nya nyenyak.
Selamat tidur, semoga perjalanan kalian menyenangkan~

LUCKY GIRL~(PRIVATE ACAK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang