SAD JOGJA

3.1K 178 4
                                    


Alfi pov


"Maa... Mama... Ni anak bandelnya pulang"

teriak bang Izan di ambang pintu.
Ya, anak bandel yang dimaksud adalah aku.
Kukira bang Izan bakalan menggiringku ke stasiun lalu nyuruhku langsung pulang Jogja, atau ngajak tinggal di rumah dinasnya terlebih dahulu atau mengantarku pulang ke apartemen Jenni.

Aha! Apartemen Jenni ! Kenapa gak kepikiran dari tadi? Bodoh.... Bodoh.....
Sekarang aku sedang bersembunyi dibalik badan tegap bang Izan.
Sesekali kutarik seragam kebanggaannya biar mulutnya gak ngomong macem macem lagi.

"Mana Alfi, zan??" tanya mama khawatir.

"Ni.." kata bang Izan sambil menunjukku yang bersembunyi dibelakangnya menggunakan dagu.

"Astaga!! Sini anak mama. Hobi banget ya bikin orang serumah jantungan" ucap mama langsung memelukku.

"Maaf mama" aku menangis lagi dipelukan mama. Gak tau kenapa pengen nangis lagi pokoknya.

"Ngapain pake acara bohong segala??" tanya mama lagi. Aku hanya diam dan membiarkan bang Izan yang menjelaskan semuanya.

Heran, bang Izan detail amat jelasin semuanya sama mama. Sampe adegan putus di stasiun aja dia sampe tau. Ini siapa yang ngebocorin???

"Anak Papa secantik ini ada yang berani nyakitin??" kini Papa ikut angkat bicara.
Kulihat kearah suara Papa.

Astaga, bang Gio family masih pada melek gara gara aku.
Rasa bersalahku kembali memuncak karena telah membuat keluarga ini susah lagi.

"Papa, maaf" ucapku manja lalu labuh kepelukan Papa. Papa mengusap bahuku pelan seolah olah mengatakan 'gak usah minta maaf, Papa gak marah'

"Bang Gi, mbak Adel. Maaf udah bikin khawatir. Sana gih tidur dikamar, jangan di sofa gini. Kasian Aby" usirku yang tak tega melihat mata mereka berdua tinggal 5 watt. Apalagi Aby sedang menyusu nemplok dipelukan mbak Adel.

"Iya dimaafin, lain kali jangan bikin khawatir lagi ya. Kasian mama, nangisin kamu terus" kata bang Gio.

"Ikhlasin aja Fi, cowok kayak gitu gak pantes dipertahanin." tambah Mbak Adel sambil berlalu bersama ajakan suaminya menuju kamar.

Jam menujukkan pukul 1 pagi. Mama sudah digiring Papa ke kamar. Bang Izan juga kini menggiringku kekamarnya.
Jangan salah paham dulu,

"Tidur," ucap bang Izan saat aku sudah berbaring dikasurnya dengan selimut full sampai ke dada.
Aku hanya mengangguk pelan.

"Abang" kupanggil bang Izan saat dia mau keluar kamar.

"Gak ada jatah cium" katanya seolah paham dengan jalan pikiranku. Kemudian dia berlalu dengan suara pintu tertutup agak keras.

_______

"Udah ma, 15 menit lagi keretanya berangkat" kata bang Izan pada mama.

Mama, Papa, aku dan bang Izan sudah start di Stasiun Pasar Senen sejak pukul 5.45 pagi.

Siapa yang mau pergi naik kereta??
Ya gue lah, mau pulang kampung ke Jogja. Tapi bedanya sekarang pulangnya gak sendirian.
Mama Papa gak mau kecolongan dibohongi lagi.
Dan pulang kampungnya sekarang ditemani oleh . . . . . Jeng jeng . . .

BANG IZAN !!! Yeiy !!
Dia ambil cuti gitu beberapa hari. Niat banget mau nganterin aku pulang.
Bahkan dari tadi dia loh yang senang hati nyeret nyeret koperku. Berasa punya pengawal pribadi yang bebas dipeluk peluk gitu wkwkwk.
Btw, 10 menit lagi kereta mau berangkat tapi mama masih meluk aku terus nih.

LUCKY GIRL~(PRIVATE ACAK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang