HADIR

2.7K 132 0
                                    


"Heh" kataku reflek karena kaget. Orang iseng tadi adalah Fahri.
Mukanya lusuh, kuyu, bahkan mata pandanya lebih hitam dari punyaku. Melihat penampilannya yang tanpa gairah seperti ini, kemarahanku seketika pias.

"Kamu kemana aja?" tanyanya lesu, seperti tak ada wibawa tentaranya sama sekali.

"Eh em m m m m aku" jawabku tergagap gak siap sama tingkahnya yang tiba tiba memegang tanganku tapi langsung ku tepis.

"Aku disini Ri, di basemant mall lagi minum jus raja mangga" kataku asal karena tiba tiba mendapat ide setelah melihat jus manggaku lalu meneruskan aktivitas menyendok mangga.

Lidahku kelu, rasanya kikuk didekat Fahri, gak bisa nyanyi lagi.

"Aku nyari in kamu" katanya lagi sambil menatapku dari samping.

"Ada apa? Mau ngasih duit dari ayahmu? Gak usah. Gak butuh."

"Maafin ayah ya, aku cuman mau bilang maaf atas nama ayahku."

"Udah dimaafin" kataku ketus lalu berdiri berniat keluar dari mall.

Dengan cepat aku berjalan menuju eskalator ke lantai dasar. Namun tanganku ditahan oleh Fahri.

"Ada apa lagi?"

"Jangan marah ya, bantuin cari kado buat Jenni mau gak? Aku gak tau apa apa lagi gak enak badan juga."

Mendadak hatiku tersentuh ketika menatap muka Fahri yang pucat. Hati seakan berkata 'ayo berteman' . Tapi mungkin di hati yang lain tepat di hati Fahri dia mengatakan 'ayo lebih dekat' .

Kami jalan berdua menyusuri mall.

"Cewek itu suka boneka, dompet, tas, dress, kalung dan banyak lagi. Tapi mereka lebih suka kepastian Ri," kataku memberi saran saat kamu melewati toko boneka.
Fahri mengerutkan dahinya, mencoba mencerna kata kata terakhir yang ku ucapkan.

"Kepastian? Kamu mau aku kasih kepastian?" mukanya mendadak segar

"Yee, kasih mbak Jenni kepastian Ri. Denger denger dia dijodohin sama kamu ya" kataku terdengar aneh.
Tapi biarin aja lah, aku sudah terjerumus kelubang kepo maksimal. Abisnya kan gak enak jalan berdua dimall sama calon laki orang.

"Ehem, kamu kalo denger omongan orang jangan asal ditelen mentahnya aja dong. Emang aku dijodohin sama dia, tapi aku gak mau."

"Kenapa gitu?"

"Gak suka aja, dia gak bisa masak se enak kamu" pipiku langsung merah seketika mendengar masakanku dipuji olehnya.

"Mbak Jenni suruh les masak sama aku deh kalo gitu"

"No! Kalo bisa si kamu aja"

"Iya aku yang jadi guru les masak nya"

"Bukan itu"

"Terus apanya?"

"Jadi istriku" kata Fahri setengah berbisik.
Kamu tau? Aku tak malu atau merasa ke PDan atau apalah. Justru rasanya geli mendengarnya.

"Hahahahaha ngawur kamu. Masak dikasih dokter malah milih pelayan"

"Kata Poppy Mercuri - cinta tak mengenal kasta"

Fahri menerima saranku, kini kami memasuki toko perhiasan. Dia sibuk memilih gelang kaki dan aku sibuk melihat lihat kalung.
Tatapanku jatuh ke kalung emas dengan liotin berbentuk hati.

"Kamu suka itu?" tanya Fahri tiba tiba.
Aku hanya tersenyum menutupi keinginanku. Bagiku kalung itu sangat mahal, harganya hampir 2jt.

"Kayaknya bagus Ri kalau dipake mbak Jenni" kataku asal, padahal dalam hati pengen bilang 'bagus kan Ri kalau dipake aku' .

LUCKY GIRL~(PRIVATE ACAK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang