MENOLAK

2.5K 146 2
                                    


Setelah tiup lilin dan potong roti acara dilanjut dengan makan bersama. Lalu dansa.

"Hey ayo dansa" tawarku pada Alfi. Sedikit nostalgia jaman pendidikan dulu.
Namun yang diajak menolak dengan keras.

"Gak! Kamu ajak mbak Jenni aja. "

"Ayolah"

"Aku gak mau ada yang salah paham"

"Test...Test.... Ehem " kata om Salman tiba tiba diatas panggung. Musik dansa seketika berhenti tapi mereka menyimak sambil berdiri, begitupun aku.

"Sebelum nya teramakasih atas kehadiran para tamu semuanya. Saya sangat bahagia. Karena malam ini sekaligus acara pertungan anak gadis saya satu satunya." kata om Salman sumringah.

'Wa a a a a a ' kata para tamu bersamaan sambil menutup mulutnya terkagum kagum lalu bertepuk tangan.

Aku juga rasanya lega, akhirnya Jenni bertunangan juga. Yang pasti bukan dengan aku. Kulirik gadis cantik yang duduk didekatku, senyumnya lebar sekali dan selalu riang bertepuk tangan.
'Hey aku bisa lebih dekatmu' kataku dalam hati.
Tak peduli Alfi sudah punya pacar. Pokoknya pantang mundur sebelum janur kuning melengkung. Toh feeling ku berkata tak lama lagi mereka berpisah.

"Ya, malam ini pertunangan antara Jenni dengan putra saya yang nomer 2"

Kemudian tepuk tangan semakin bergemuruh. Sepertinya suaranya gak asing, ku ubah tatapanku ke arah panggung.

Astaga !

'Ayah' emosiku langsung menguap ke ubun ubun. Mataku melotot melihat pemandangan ini. Rasanya seperti tak dihargai main se enak jidat ada acara pertunangan.

"Wow, surprice. Selamat ya Fahri " kata Alfi sambil mengusap bahuku. Amarahku mendadak pudar ketika menatap senyumnya. Tanpa disadari ayah menyeretku dengan paksa menuju atas panggung.

"Ayah, apa apa an ini main tunangan tunangan segala tanpa diskusi dulu "

"Kalau gak begini kamu gak bakalan mau!" jawab ayahku enteng.

Jenni senyum senyum disamping ayahnya. Sumpah sekarang aku benci banget sama Jenni. Tak lain dan tak bukan ini pasti ulahnya.

"Dasar gila!" umpatku tepat dimuka Jenni . Jenni hanya tersenyum bangga.

"Ayolah Fahri aku yakin kamu gak bisa menolak lagi."

Sumpah aku bingung harus bagaimana. Antara berontak atau pasrah. Kalau berontak aku seperti anak durhaka yang tak mengingat jasa ayah yang mengizinkanku masuk akmil. Tapi kalau pasrah, mana mungkin aku bisa menikah dengan orang yang tak kucintai.
Karna kupikir ini bukan ibu, jadi biarlah aku durhaka. Ku putuskan menolak dengan mentah mentah.

"Eh sebelum tukar cincin, kamu tunjukin gih kado yang kamu beli tadi sore di mall." kata ayah berbisik tapi aku yakin Jenni masih bisa mendengarnya.

"Wah, kamu bawa kado buat aku Ri?" Jenni terdengar exited sekali setelah ku ambil kotak perhiasan di saku jasku lalu membukanya.

"Wo o o a a a kalung liontin hati. buat aku? Yeyeye"

"Pakain gih. " kata ayah menyuruhku.

Para tamu pun bertepuk tangan dengan ramai.
Aku berjalan meninggalkan panggung menghapiri mejaku tadi lalu menyematkan kalung ke leher gadis pujaanku.
Harusnya dia senang tapi kulihat wajahnya pias.

"Kalung ini bukan buat kamu Jenn melainkan buat Alfi !" kataku ketus dengan nada marah membahana. Ayah terlihat emosi melihat tingkahku lalu berjalan dengan cepat kearahku.

"Dasar anak gak tau di untung!" umpatan pertama dari ayahku.

"Om , mbak Jenn, maaf. Ini hanya lelucon kok. Kalung ini kado buat mbak Jenni." kata Alfi tak enak hati dan panik lalu mencoba melepaskan kalung yang melingkar di lehernya tapi gagal.

LUCKY GIRL~(PRIVATE ACAK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang