ENGAGEMENT

4.6K 185 6
                                    

Irzani Maheza pov

Aku terus mengumpat dalam hati.
Fahri memang kutu kupret! Ganggu acara lagi ena ena aja sama Alfi.

Sesampainya di batalyon aku langsung menghadap komandan, dicerca habis habisan dengan wejangan sepanjang Sabang sampai Merauke. Aku hanya bisa duduk tegap, pasang telinga, berkata 'siap' dan terus mengangguk anggukkan kepalaku. Setelah
2 jam berlalu, syarat untuk bebas dari kediaman komandan adalah lari 50 putaran mengelilingi lapangan. Mau tak mau aku langsung lari sambil menyanyikan yel yel sendirian. Mungkin ini hukuman karena aku kabur dari batalyon. Tak apalah, lari mah hal sepele.

"Lari terooossssss lanjut guling guling sampe elek buahahahahaha" goda lettingku yang malah pasang barisan jongkok berjamaah lalu mengadahkan tangan mereka didagu mirip seperti chery belle.
Aku menambah kecepatan lariku dan memperkeras yel yel ku.

"Mana tahan ya punya adek cakepnya gak ketulungan" godaan dari mereka terus berlanjut. Aku jadi senyum senyum sendiri mengingat wajah Alfia.

"Wajarlah diembat juga. Kalo gue jadi Izan juga dah gue embat hahahahaha" kata lettingku lagi lalu mereka semua kompak tertawa dan mengikutiku berlari memutari lapangan diputaran terakhirku.

"Awas ya kalian semua! " kataku geram lalu menjitak kepala mereka satu persatu.

Kegilaan dilapangan selesai. Aku berniat berjalan menuju kantor tapi ku urungkan karena melihat notif 10 panggilan tak terjawab dari calon istri terkasih ku .

Adududu apakah dia begitu rindu sampai sebegitu gencar menelponku?
1 pesan whats up masuk ke ponselku. Pasti Alfi mau bilang kangen nih, batinku penuh percaya diri.

Dugaanku salah, ternyata Alfi mau ngasih kabar kalau sakit jantung mama kumat.
Aku segera meluncur ke Rumah Sakit dimana Mama dirawat tak peduli dengan seragamku yang basah dan keringat segedhe jagung nongkrong dijidatku.

Sesampainya di Rumah Sakit aku langsung dihadapkan dengan perdebatan berdarah darah tentang hubunganku dengan Alfi. Langsung kukatakan saja dengan lantang bahwa aku serius mau menikah dengan Alfi bukan mau pacaran lagi.
Aku sudah tua brow, masak gak kawin kawin hm~

Mulanya Alfi terus menolak membuatku hampir putus asa. Masalah mau pensiun dini itu hanyalah tipuanku saja supaya Alfi takut dan berubah pikiran.
Mana mau lah aku pensiun dini. Orang diluaran sana berlomba lomba mau jadi TNI, masak aku se enak gundulmu mau pensiun begitu saja.
Tapi kalau Alfi terus menolak, rencana pensiun dini itu bisa kupikir 2x. Untung Papa langsung menengahi perdebatanku dengan Alfi. Alfi langsung luluh begitu saja dan berkata "mau" menikah denganku hanya dengan 3 pertanyaan yang diajukan Papa.

______

Gejolak ingin cepet kawin ku pun terus bergelora. Aku sudah tak sabar lagi untuk segera menjadikan Alfi ratu di rumah dinasku. Ceilah

Diam diam aku mengurus segala berkas berkas pengajuan nikahku SENDIRIAN. Ingat! Berkas segitu banyak ku urus sendirian!

Mulai dari surat permohonan izin nikah yang harus ditanda tangani komandan kompi, surat surat itu sebanyak 10 lembar. Belum lagi surat keterangan menikah dari KUA, SKCK calon istri dan orang tua calon istri, FC KTP dan akte kelahiran calon istri, dan masih banyak lagi.

Semua berkas itu harus dapat tanda tangan dari orang tua calon istri, artinya tanda tangan ibunya Alfi.

Kalau Alfi berkata aku sibuk dan sering dia mengamuk karena aku jarang ada waktu untuk menemuinya.
Itu hal wajar, aku memakluminya. Karena aku memang benar benar sibuk.

Setelah selesai meneliti berkas apa saja yang kurang. Aku nekat terbang ke Jogja bersama Mama dan Papa dalam waktu 2 hari saja. Untuk apa? Ya jelas lah mau minta restu ke ibunya Alfi karena aku mau nikahin anaknya, dan lagi mau minta tanda tangan dan berkas berkas Alfi, akte kelahiran misalnya.

LUCKY GIRL~(PRIVATE ACAK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang