KETEMU

3.4K 162 2
                                    


Author pov

Seorang tentara memasuki pintu paviliun kartika nomor 5.
Kakinya terasa ringan untuk melangkah, tapi dirasa berat di hati.
Gadis itu, walau sangat cantik. Bagi Izan dia adalah beban, karena dia diberi amanah untuk menjaganya.

"Kamu belum mau bangun juga??"

Tanya bodoh Izan kemudian membuka bubur ayam yang setiap pagi dibawanya untuk gadis itu.
Untuk kesekian kalinya juga, bubur itu jadi makanan nomor 2 nya setiap pagi.

"Ini udah sebulan lebih , pen di kaki kamu bentar lagi mau dicopot lho"

Ucapnya lagi sambil menyendok bubur ayam kemulutnya.

"Emm, kayaknya aku pernah liat kamu deh. Tapi dimana ya?" Izan ngoceh sendiri.

Namun didunia berbeda.
Ada tubuh seorang gadis yang seperti terpenjara sendirian di suatu tempat.
Gadis itu Alfi atau yang kini dipanggil Nanda oleh Haris Family.

Alfi mendengar semua yang Izan katakan. Ia ingin menjawab tapi bibirnya rasanya kelu. Ia ingin membuka matanya tapi dipelupuk matanya seperti terganjal ribuan ton batu hingga sangat sulit untuk dibuka.

Alfi heran, dia tak merasakan sama sekali nyeri di tubuhnya. Tapi lelaki yang selalu mengajaknya bicara selalu mengatakan bahwa kakinya patah, perbannya akan diganti. Dan terakhir katanya pen dikakinya akan dilepas.

"Aish kenapa nangis terus si tiap aku ajak ngobrol??" reflek di usaplah air mata Nanda dengan tangan Izan.

Alfi merasa senang tiap diajak bicara Izan. Ia bersyukur karena dikeadaannya saat ini, masih ada yang peduli padanya.
Tapi perlahan Alfi sadar, kini dia dalam posisi koma. Antara hidup dan mati.
Ia belum menyelesaikan semua masalahnya. Kalau mati takutnya jadi arwah penasaran.

Izan meninggalkan Rumah Sakit, lalu pergi menuju kantor abangnya.

"Bang, masak udah sebulan lebih hp nya si Nanda belum waras juga?" tanya Izan setelah sampai diruangan Gio.

"Ya kan tempat servisnya paling top markotop Zan, pasti banyak yang servis disanalah. Otomatis lama" jawab Gio yang sedang menyusun berkas berkas meetingnya sebentar lagi.

"Kasian aku bang sama dia, pasti dicari in keluarganya."

"Abang justru seneng, sejak ada dia mama jadi happy banget. Katanya berasa punya anak perempuan, ya walaupun merem."

"Hust, ngawur abang ni. Sini dimana alamat tempat servis nya. Biar aku samperin, slow respon banget. Gak memuaskan."

"Ni ah, sana samperin"
Gio berlalu dengan acuh menuju ruangan meetingnya.

Jangan salah paham dulu, Gio bukannya tak peduli , hanya saja dia sibuk.
Si adik juga sibuk, tapi Izan selalu lebih bisa diandalkan daripada Gio.
Yaiyalah, tentara gitu loh.

Secepat kilat kini Izan telah berada disalah satu tempat servis HP di Jakarta. Memang betul sangat ramai.
Tapi sabodo teuing lah, orang Hpnya Nanda udah masuk tempat servisan lebih dari sebulan yang lalu.

"Mas saya mau ngambil HP ini" kata Izan pada salah satu karyawan sambil menyodorkan kwitansi dari tempat servis tersebut.

"Bentar ya mas" karyawan tadi pun berlalu sambil takut takut. Pasalnya Izan sama sekali gak masang muka mau ramah ramahan.

"Maaf mas HP nya belum selesai diservis" mulai terlihat keringat dingin di jidat karyawan tadi.
Izan tak bodoh, iya paham bahwa HP si Nanda belum disentuh sama sekali malahan.

"Gimana si mas! Katanya paling lama 3 hari. Ini udah lebih dari satu bulan. Kalau gak bisa benerin HP gak usah janji janji. Tutup aja tempat servisannya sekalian!!!!" nadanya marah tapi masih tau tempat.

LUCKY GIRL~(PRIVATE ACAK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang