Dapatkahku petik bintang, ku ingin menyimpannya satu saja dihati ini agar kelak jika hatiku kelam, maka ia yang menerangi.
19 Desember 2011, pukul 00.00 WIB.
Drrrttttttt drrrrttttt
Dhifa yang saat itu tidur terlentak dengan selimut yang sudah tidak tau arahnya kemana. Mencoba mencari ponsel disekitarnya. Dan ia menemukan ponselnya di bawah bantalnya.
"Apasih, malam gini? Siapa lagi yang video call?" Dhifa mengusap kelopak matanya, ia mencoba memulihkan kesadarannya.
"Loh! Kahfi?"
Malam pergantian hari menuju hari ulang tahunku, aku malah tertidur pulas bagaikan kebo. Dan tiba tiba handphoneku bergetar, dan ada video call masuk dari Kahfi, aku tidur dengan rambut acak acakan, kamar yang berantakkan, yah maklum aku dalam proses perbaikan diri seperti dahulu lagi.
"Hallo? Assalamualaikum? Dhi? Kamu udah tidur yah?" suara Kahfi terdengar.
"Aduh!! Ke angkat lagi, gimana ini?" Dhifa panik bukan main.
"I-iya. Waalaikumussalam. Hallo, bentar aku lagi pake jilbab. Dhifa dalam mode panic attack.
Kahfi mengusap wajahnya. "Oke aku tunggu, "
"Iya? Ada apa, bapak?" sembari menunjukkan wajah imut.
"Zina woi, zina!! Nggak boleh berlebihan, oke to the point aja. " Kahfi tidak sanggup melihat betapa menggemaskan wajah perempuan dihadapannya.
"Oke, serius nih yah. " Kahfi menarik nafas panjang.
"Happy milad yah Dhifa, barakallah fii umrik, semoga kamu selalu di lindungi Allah Subhanahu wa ta ala, semoga hijrahnya adalah obat dari semua luka. Oh iya maaf ganggu waktu tidurnya. " ucap Kahfi dari Amsterdam, Belanda dan disana sekarang sudah pagi.
Dhifa mengusap sudut matanya. Ia sangat terharu. "Makasih calon imam jodohnya kamu. Aku sayang Kahfi. " ucap Dhifa.
Kahfi mengangguk dan tersenyum. "Sama-sama calon makmumnya ak-, " ucapan Kahfi terpotong. Hampir saja Kahfi mengatakan aku.
"Apa Kahf? Ak apa?" Penasaran Dhifa.
"Ak-ku mau makan dulu yah. Yaudah dadah see you jangan lupa sholat tahajud, doa, ngaji, hafalan, sholat. Assalamualaikum Dhifa, " Kahfi melambaikan tangan.
"Dah Whu-alaikumussalam, hh oke deh tahajud dulu baru tidur dah Kahf, iya bawel. " Ucapan Dhifa mulai tidak jelas karena ia menguap. Dhifa menutup telpon setelah Kahfi melambaikan tangan.
Ucapannya tak sekedar ucapan bagiku, itu adalah jawaban dari doaku, yah saat selesai tahajud aku berdoa,
"Semoga di usiaku 17 tahun ini, aku bisa membanggakan keluarga, menjadi anak yang berguna bagi masa depann,dan banyak rezeki, dan Kahfi adalah hoam jhodohkhum. " Dhifa tertidur setelah selesai berdoa.
Selamat ulang tahun, perempuan baik.
Sembari memandangi layar ponsel yang menampakkan wajah Dhifa, Kahfi tersenyum sendiri kala mengingat wajah imut Dhifa saat di telepon via tatap muka barusan.
Seorang pemuda yang usia tak terlampau jauh dari Kahfi, mendekatinya lalu memberikan sebuah kartu penerbangan. "Don't forget your passport. "
"Thank you. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrahku Bawa Aku Pulang
General FictionHai!! Aku Dhiffa aku mengalami kecelakaan hingga koma sampai saat ini aku belum sadarkan diri. Hingga akhirnya rohku bertemu dengan seorang pemuda bernama Kahfi. Apakah Kahfi akan menuntun Langkahku? Apakah Kahfi seseorang yang dikirim Allah Padaku...