36. H-1

2.8K 140 6
                                    

Ucapan Embun membuat Rey menghentikkan laju kendaraannya. Rey berdecak kesal. Ia menoleh ke barisan belakang. Dan bertanya.

"Apa lagi sih?" ucap Rey kesal.

Embun ternyata hanya ingin mencair kan suasana yang tegang hanya karena para sahabatnya sibuk dengan belanjaan. "Hati aku ketinggalan di kasir ganteng. " Embun dengan santai nya tersenyum.

"Haha, hehe. Haha, hehe. " ledek Eca yang kesal.

Rey lalu melanjutkan perjalanan. Di sepanjang perjalanan Embun asyik menceritakan betapa tampan nya sang kasir di supermarket tadi.

"Ee, tapi benerkan kakak itu ganteng?" Tanya Embun.

Dhifa yang meng-iya kan ucapan Embun, berhasil membuatnya diam. "Iya iya.  " jawab Dhifa.

Rey baru menyadari diantara mereka siapa yang akan memasak kue. "Yang nanti masak kue nya siapa?" tanya Rey.

"Gue bisa sih. Dulu Ibu pernah ngajarin waktu gue kelas 1SMP, ee nggak nggak deh waktu kelas 5 SD keknya. " ujar Dhifa sembari mengingat kembali kapan terakhir ia membantu ibu nya memasak kue.

"Astaga Dhi! Sejarang itukah lo ketemu sama nyokap lo?" ucap Rey.

Dhifa agak murung. Ia tau ibu nya sangat sibuk dengan kakak nya. "Iya ibu lebih sibuk ngurusin Dhirga. Tapi sekarang udah sering kok ketemu. Mana sekarang Dhirga mau nikah dan gue sendirian. " ucap Dhifa sedih.

"Come on? Kita kan ada buat lu?" ujar Rey.

Teman-teman nya memeluk Dhifa. Mereka sangat menyayangi Dhifa. Baik buruk Dhifa.

Akhirnya mereka sampai di rumah Rebecca.

"Assalamu'alaikum?"

"Wa'alaikumsalam? Dari mana?" ujar seorang perempuan yang sedang duduk manis menonton tv di sofa.

Eca masuk kerumah nya, ia membawa belanjaan langsung ke dapur. "Dari belanja, kak. " ucap Eca.

"Siapa?" Bisik Rey yang belum kenal Mentari.

Eca berbisik pula. "Kakak gue. " jawab Eca.

Perempuan itu menoleh, dan melihat pemuda berparas bule. Tampan, muda, penuh gaya.

"Haii?" sapa Kak Mentari.

Haviza Devi Anjani AlFayed sebagai Kak Mentari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haviza Devi Anjani AlFayed sebagai Kak Mentari

"Hai kak?" sapa Dhifa dan Embun.

Kak Mentari tersenyum lalu sejenak bertanya pada pemuda bule itu. Mentari dengan baju sabrina berwarna kuning itu dengan celana selutut berwarna hitam.

"Pacar Eca, ya?" tanya Mentari.

"Ihh, kepo banget sih!" Ketus Eca.

"Suka-suka gue dong!" sahut Mentari.

Rebecca meminta teman-teman nya untuk segera ke dapur. "Kalian langsung ke dapur aja. "

"Oke." jawab Rey.

Mereka kemudian ke dapur, mulai dari memisahkan mana bahan untuk kue, dan mana untuk dekorasi. Mentari juga ikut ke dapur. Sekedar memeriksa apakah mereka bisa membuat kue?

"Ada yang ultah yah? Siapa?" ucap Kak Mentari sembari mengambil minum dari kulkas dapur.

"Iya kak. " ucap Dhifa.

Mentari melirik Rey. "Siapa? Si bule ini?" ucap Kak Mentari yang menatap kearah Rey.

"Ya enggaklah. Masa gue ikutan kalo gue ultah. "

"Yah kali aja? Gue kan nggak tau. " jawab Mentari. Mentari melihat Dhifa nampaknya kesulitan untuk menentukan berapa banyak adonan. Baik dari tepung, gula, telur dan lain-lain. "Sini gue bantuin. " Ujar Mentari.

Dengan bantuan Mentari, adonan kue pun akhirnya sudah pas sesuai takaran. Mereka membagi tugas. Rey memisahkan putih telur dengan kuning telur. Embun membuat krim. Eca melelehkan coklat, sedangkan Mentari dan Dhifa mengaduk adonan. 45 menit kemudian, mereka mulai mengoven. Sementara kue sedang di oven. Mereka mulai sibuk menentukan topping untuk dekorasi kue. Dan mereka ke tahap finishing.

Dirumah Kahfi.

Kahfi baru saja metutup Al-Quran yang selesai ia baca, lalu ia letakkan kembali di atas meja. Kahfi berjalan menuju kamarnya, lalu begitu ia sampai, matanya tertuju pada frame yang berisikan fotonya dan Dhifa. Foto itu memang di ambil secara diam-diam. Dhifa tidak tau jika Kahfi sering meminta teman-temannya untuk memfoto kan dirinya dengan Dhifa yang berada di dekatnya. Setelah mereka selesai mengambil gambar, Kahfi mulai meminta di kirimkan. Dan ia mencuci foto itu. Kahfi mengambil sebuah kertas dan pulpen, ia mulai menulis.

Aku mengenalmu saat kau tak sadar...
Saat jiwamu terlepas dari raga
Saat infus mengalir dalam darah
Saat kau terbaring dalam gelapnya kelam

Aku mengenalmu dengan izin-Nya
Tanpa ku sadari hingga akhirnya aku terjatuh
Dalam doa yang selalu ku sebut
Dalam rindu yang selalu hadir

Walau tanpa tahuku
Aku bersyukur

Karna hingga saat ini
Aku mengenalmu
Dan ada didekatmu

-Dhifa Mikeyla Ariesta Putri-

Aku tiba-tiba kangen Dhifa? Apa aku telpon aja, -gumam Kahfi.

"Eh, jangan-jangan! Ntar di ke ge-er an?" gumam Kahfi.

Saat sedang bimbang-bimbang nya ingin menelpon Dhifa atau tidak, Kahfi malah dipanggil oleh sang ibu.

"Kahfi. " panggil Mamanya.

"Iya ma. " sahut Kahfi dari kamar.

Sang ibu masuk ke kamar anak laki-laki nya itu. "Udah tambah gede aja anak mama. " ujar mamanya.

"Iyalah mama, haha. "

"Mama punya- " ucapan sang ibu terhenti.

Sepertinya ibu nya lupa akan sesuatu.

Hijrahku Bawa Aku PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang