51. Lulus

2.2K 127 9
                                    

Semua siswa mengenakan seragam putih abu-abu lengkap dengan topi dan dasi. Hari ini adalah hari senin, hari upacara rutin pengibaran bendera Merah Putih. Dan sekaligus merupakan hari kelulusan di tempat Dhifa bersekolah.

Upacara bendera dilaksanakan dengan khidmat. Dhifa yang berdiri di barisan pertama, dengan Kahfi di samping nya. Dan teman-teman nya di belakang. Mereka tiba di penghujung upacara, yaitu doa. Doa di bacakan dengan sangat syahdu. Lalu setelah sang pembawa acara mengatakan "Pengumuman-pengumuman. " Sang kepala Sekolah segera mengambil alih barisan. Beliau mengucapkan banyak rasa terimakasih dan syukur atas semua yang telah Allah Subhanahu wa Ta ala berikan. Terlebih sekolah nya yang tidak mendapatkan kasus  pelanggaran di tahun ini. Di tahun kemarin, sekolah tempat Dhifa dan teman-teman nya menimba ilmu menjadi salah satu sekolah yang tercoreng nama nya. Mulai dari kelakuan anak-anak kelas X yang sering bolos dan tertangkap Sat Pol PP di Mall. Lalu anak-anak kelas XII yang akan menghadapi UN malah tertangkap karena kasus Narkoba. Siswa kelas XII yang ikut-ikutan tawuran, dan batal mengikuti Ujian Nasional. Di tambah lagi dengan kasus hamil di luar nikah, tak jarang salah satu di antara banyak nya siswa kelas  XII malah terjerumus sex bebas. Padahal janji siswa selalu di ucapkan setiap Senin.

Dan tahun ini, nama sekolah nya kembali bersih.

"Dengan bangga nya, dan dengan tidak mengurangi rasa hormat sedikit pun. Ibu ucapkan terima kasih yang sebanyak-banyak untuk semua siswa kebangaan ibu. "

Semua siswa tersenyum, mereka saling membanggakan diri karena tahun ini tidak ada pelanggaran yang melibat kan sekolah nya. Suara tepuk tangan di awali dari bu Eva, lalu semua juga memberikan tepuk tangan sebagai wujud apresiasi. Kemudian, bu Kepala Sekolah mengumumkan bahwa semua siswa dinyatakan LULUS.

Bu Eva mengambil alih mic, ia lalu mengumumkan nama-nama siswa yang lulus masuk ke kampus favorit dengan jalur undangan. Bu Eva juga memberitahukan bahwa semua siswa kelas XII bisa melihat nilai mereka di mading.

Tak butuh waktu lama, begitu barisan di bubarkan semua siswa berbondong-bondong datang untuk melihat daftar nama kelulusan.

Adinda menelusuri setiap kolom dengan jari telunjuk nya. Ia lalu menemukan nama nya di urutan ke-43. "Gue urutan ke 43. " ujar Adinda.

Di tengah siswa yang berdesak-desakkan itu Adinda berhasil memotret semua kertas yang di tempel di mading.

"Lo liatin punya kita, nggak?" tanya Embun. Yang menarik keluar Adinda dari tempat penuh sesak itu.

Dinda mencoba menghirup oksigen perlahan. Ia kesulitan bernafas. "Udah gue fotoin. Ya Allah, pengap gue kehimpit sama semua orang. Mana semua wangi parfum ada, lagi! Mau pingsan gue!!" Keluh Adinda.

"Oh ya, Kahfi mana sih? Nama dia di print pake warna merah sendiri, tapi urutan nya lumayan lah. Dia di posisi 5 besar. " jelas Dinda.

Kahfi masih menemui bu Eva. Ia masih bimbang, ragu dan belum ada keputusan.

"Ini kesempatan besar, ini peluang kamu Kahfi. Ribuan anak ingin berada di posisi kamu, tapi kamu yang terpilih. " jelas Bu Eka.

Kahfi menghela nafas panjang.

"Bismillah, saya terima beasiswa itu bu. " ucap Kahfi.

"Nah gitu dong!!" Semangat Bu Eka.

Ia meninggalkan ruangan BK, berjalan dengan penuh kebimbangan namun ia tetaplah yakin semoga pilihannya adalah yang terbaik. Kahfi baru mau menceritakan perihal beasiswa yang ia terima, namun Dhifa sudah terlanjut tau dari orang lain.

Dhifa melihat Kahfi yang berjalan ke arah nya. Dhifa maju dan menghampiri nya. "Jadi yang dapet beasiswa di Belanda itu, kamu. Kahf?"

Kahfi kehabisan kata-kata ia jadi bingung, harus menjawab pertanyaan Dhifa dengan jawaban apa.

"Kenapa nggak bilang?" Tatap mata Dhifa mulai di alih kan nya.

Kahfi tau Dhifa kecewa. "Maaf Dhi, aku baru mau cerita. "

"Udah telat, Kahf. Kamu berangkat besok siang kan?"

Kahfi hanya mengangguk. Sepulang sekolah, Kahfi tetap mengantar Dhifa. Seperti biasa

"Makasih. " ucap Dhifa singkat.

Kahfi pulang. Ia merasa tak enak hati. Merasa bersalah karena tidak mau jujur dari awal. Sampai-sampai ia membuat Dhifa kecewa.

"Gimana nak? Udah diurus?" tanya Mama.

"Udah ma, besok berangkat. " jawab Kahfi.

"Disana ada kakak sepupu kamu, ya emang ada keluarga kita disana. Tapi kamu juga harus mandiri ya, sayang. " ujar Mama yang membantu mengemas pakaian Kahfi ke koper.

"Iya Ma, " ujar Kahfi.

"Katanya Senja juga disana kuliahnya. " sahut Papa.

"Emangnya bener, Pa?" tanya Kahfi.

"Loh kenapa?" ujar Mama.

Mood Kahfi makin memburuk. Kahfi berdecak kesal. "Ck, males banget ma. Males banget, kalo harus ketemu dia. " keluh Kahfi.

"Emangnya kenapa?" tanya Mama.

"Mama liat aja, anaknya gitu suka berusaha ngedeketin." ucap Kahfi.

"Papa juga nggak tau Kahf kalo dia itu sepupunya Tisya, kalo dari keluarga Papa setau papa nggak ada. " jelas Papa.

Sembari melipati pakaian sang putra tunggal nya. Ibunda Kahfi menanyakan perihal kelanjutan sekolah Dhifa. "Ohya Kahf, ngomong-ngomong Dhifa kuliah dimana?" tanya Mama.

"Katanya di UI ma, " ucap Kahfi.

"Dia nggak study ke luar?" tanya Mama.

"Nggak ma, " ucap Kahfi.

Kahfi masuk ke kamarnya

"Dia beneran, nggak sedih aku mau kuliah di luarnegeri,dia biasa-biasa aja?" gumam Kahfi.

Kahfi mengemas barangnya, memasukkan ke koper dan sholat malam. Subuhnya, ia mendapat sms dari Rey.

Hijrahku Bawa Aku PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang