56. Karena-Nya

2.5K 136 6
                                    

Kahfi baru saja melangkahkan kaki nya beberapa langkah dari pintu kamar Dhifa. Saat itu Dhifa bergumam nama nya. Walau Kahfi tak mendengar nya, tapi Kahfi merasa ada yang memanggil nya. Kahfi kembali masuk ke kamar Dhifa. Ia memilih untuk menemani Dhifa di kamar rawat inap sembari menunggu kedatangan Embun dan Dinda. Kahfi juga mengirimkan pesan singkat kepada Rey. Ia meminta Rey untuk pulang duluan, karena ia masih ingin menemani Dhifa.

"Kahfi disana cuma berdua kan? Apa dia nggak apa-apa?"

Rebecca duduk di samping Rey. Rey yang baru saja hendak menyalakan mesin mobil nya malah mengkhawatir kan Kahfi dan Dhifa yang berada dalam satu ruangan.

"Embun sama Dinda kan udah masuk, bentar lagi pasti mereka sampe. " tenang Rebecca.

Kahfi kembali masuk ke kamar rawat Dhifa. Ia melihat gerak bibir Dhifa yang mengucapkan nama nya. Dhifa terus menyebut nama Kahfi.

"Dhi...Kamu udah sadar?"

Dhifa meneteskan air mata. Kahfi memanggil dokter dan perawat untuk memeriksakan kondisi Dhifa. Kahfi menunggu Dhifa sadar di temani Dinda dan Embun yang baru datang. Saat pagi tiba, Kahfi pergi ke kantin untuk membeli sarapan. Sementara Embun dan Dinda olahraga pagi di taman rumah sakit. Dan Yusuf datang untuk menjenguk.

"Assalamu'alaikum.." Yusuf membuka pintu perlahan, ia melihat tidak ada orang di dalam ruangan. Yusuf melangkah mundur. Ia menunggu di kursi depan kamar rawat Dhifa.

Sembari menunggu orang lain datang, Yusus mengaji dengan merdu. Ternyata suara Yusuf terdengar samar-samar di telinga Dhifa dan itu mengingatkan Dhifa kepada Kahfi.

Dhifa menghela nafas panjang. Dan perlahan ia membuka mata nya. Sementara itu Embun dan Dinda datang, Yusuf semakin tidak berani untuk masuk karena terlalu banyak perempuan.

"Itu Kahfi versi ke berapa sih? Kok rada-rada mirip. " ucap Embun sembari menutup pintu kamar Dhifa.

Dhifa melirik perlahan ia melihat kedua sahabat nya masuk ke ruangan nya. Dinda dan Embun belum menyadarinya. Dan saat mereka menoleh. Mereka segera menghampiri Dhifa. Dan memeluknya.

"Dhi!! Lo akhir nya sadar, juga. " Dinda menangis. Begitu juga dengan Embun.

Peluk mereka bercampur air mata, dan juga aroma keringat sehabis olahraga. Kahfi datang kembali dari kantin. Membawa bubur dan sarapan lainnya. Kahfi menoleh ke ranjang rumah sakit. Ia kaget melihat Dhifa sedang di kerumuni dua orang sahabat nya itu.

"Kahf, Dhi udah sadar!!"

Kahfi menghampiri ranjang Dhifa. Ia meminta Dinda dan Embun untuk sarapan terlebih dahulu. Dan Kahfi duduk di samping ranjang rumah sakit yang Dhifa tempati. Kahfi masih tak percaya, ucapan syukur terucap dalam hati nya. Mata Kahfi berkaca-kaca. Dhifa hanya tersenyum melihat Kahfi sembari meneteskan air mata bahagia. Ketika ia melihat seseorang yang ia tunggu-tunggu akhir nya ada di depan mata.

"Kamu kapan pulang?"

"Kemarin, di hari ulang tahun kamu. "

Dhifa tak menyangka bahwa diri nya sudah terlalu lama di rumah sakit. Kahfi meminta Dhifa untuk makan. Dhifa duduk dan Kahfi menyuapi nya.

"Serius? Nggak apa-apa, nyuapin aku?" Tanya Dhifa.

"Selamat 20 tahun ya, sayang nya Kahfi. "

Dhifa lagi-lagi tersenyum. Pipi nya merona dan merah. Siang nya, keluarga Dhifa datang.  Ayahnya menitihkan airmata, lalu ia rangkul putrinya yang tengah terbaring.

Sujud syukur penuh haru oleh semua orang terdekat Dhifa. Sosok riang itu kembali dengan tawa nya. Kembali dengan ceria nya. Kembali dengan hangat peluk nya.

"Aku udah minta izin sama ibu, kamu. " ucapan Kahfi membuat Dhifa tak bisa berkata-kata. "Sekarang, aku cuma mau kamu tau, kalo aku serius sama kamu. Dan aku mau khitbah kamu, saat kamu benar-benar siap. "

Pilihan Allah selalu menjadi pilihan terbaik. Begitu juga Dhifa yang mau bersabar menunggu karena percaya bahwa Allah sudah menetapkan semua yang terbaik versi-Nya untuk umat nya. Dhifa berserah diri, ia mulai memantaskan diri agar kelak layak menjadi pilihan terbaik yang Allah kirimkan untuk Kahfi.

Penantian mereka terbayarkan. Walau banyak uang yang di habiskan, tabungan Dhirga, keuangan keluarga, dan kuliah Dhifa yang harus tertunda. Banyak juga hal yang terlewatkan saat Dhifa koma. Pernikahan Adinda yang dibatalkan, kepergian ayah Embun untuk selamanya. Ulang tahun para sahabat nya dan juga ulang tahun nya sendiri.

Dhifa kini mulai melanjutkan semua hal yang tertunda. Termasuk tujuan kepulangan Kahfi. Dhifa kembali melanjutkan kuliah nya saat ia nanti sudah benar-benar pulih. Setiap pagi dan sore Dhifa selalu di bawa Kahfi untuk berjalan-jalan di taman rumah sakit. Menikmati sore dan menyantap jajanan yang dibawakan oleh sahabat nya.

Untuk semua yang terlewatkan, waktu ku tak bisa ku putar ulang. Tak bisa jua ku kembali berjalan mundur dari titik kekacauan. Tapi aku masih disini. Menanti dan menunggu mu. Hingga akhirnya kau pulang dengan sendirinya. Terimakasih sudah kembali, pujaan hati!!

Hijrahku Bawa Aku PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang