Kahfi mengemas barangnya, memasukkan ke koper dan lalu mengerjakan sholat malam. Kahfi juga memesan tiket penerbangan langsung, dengan waktu tempuh 14 jam non-stop. Dengan maskapai penerbangan Garuda Indonesia. Setelah mendapat tiket penerbangan dengan jam keberangkatan pukul 10 pagi, Kahfi yang hendak mematikan mengisi daya ponsel nya mendapat satu notif chat dari sahabat nya.
Rey :
Besok jam berapa, lo berangkat?jadwal berangkatnya jam 10
Oke, ntar gue langsung ke bandara Soekarno Hatta ya.
Kahfi masih memikirkan Dhifa. Dia yang masih kecewa dan memilih untuk memberi batasan komunikasi mereka. Di mobil saat perjalanan pulang, Dhifa meminta Kahfi untuk fokus melanjutkan study nya. Dan tanpa berkomunikasi dengan Dhifa via telpon.
"Aku minta kamu fokus kuliah disana. Kamu nggak perlu repot-repot spam aku. Nggak ngabarin juga nggak apa-apa. Kamu disana kan kuliah. Semakin cepat kamu lulus, semakin cepat kamu pulang. "
"Tapi kenapa, Dhi?"
"Kabari aku sebisa kamu. Kamu nggak perlu khawatir soal aku. "
Kahfi menghela nafas. "Aku akan pulang secepatnya. "
Dhifa menatap ke arah kaca mobil di samping nya. "Nggak cepet juga nggak apa-apa. "
"Aku akan khitbah kamu. Itu janji aku. "
Dhifa hanya diam, di dalam lubuk hati yang terdalam Dhifa sebenernya senang mendengar ucapan Kahfi.
Jam sudah menunjukkan pukul 7, Dhifa berangkat ke sekolah untuk mengurus surat-surat menjelang kuliah.
"Kak, Dhi berangkat ya. " ucap Dhifa.
"Iya, hati-hati ya. "
Dhifa berangkat dengan motor nua, lengkap dengan jaket dan helm nya.
Hari ini Kahfi ke Belanda untuk waktu yang lama, meninggalkan cinta nya di Indonesia yaitu keluarga nya, dan pujaan hati nya, Dhifa. Berat hati merelakan, memang benar ada keluarga disana tapi Kahfi sungguh tak pernah berpikir untuk hidup bertahun-tahun di negeri orang. Akan banyak cobaan, ada tantangan sudahlah tentu, kembali beradaptasi namun ini demi masa depan yang telah ditakdirkan oleh Yang Kuasa.
Dhifa sampai disekolah, bertemu teman-temannya dan berbincang-bincang soal kuliah. Mereka duduk di kantin yang tidak terlalu ramai. Beberapa siswa kelas XII nampak nya sudah mulai jarang berdatangan. Mereka tidak lagi mengenakan seragam sekolah. Mereka datang ke sekolah dengan pakaian bebas pantas.
Dhifa yang mengenakan gamis berwarna mocca polos dengan jilbab hitam yang ia selipkan bros di sisi kanan, membawa tas punggung berukuran sedang berwarna hitam juga.
"Kita mau ketemu Kahfi, Dhi. Lo mau bareng?" tanya Eca.
"Kayak nya nggak. " ujar Dhifa.
"Kenapa Dhi? Dia pasti nunggu kedatangan, lo?" ucap Rey.
Dhifa tersenyum. Mereka makan bersama di kantin, lalu saat jam menunjukkan pukul 08:30 Dhifa meninggalkan teman-teman nya.
Dhifa mengangkat kaki nya dari bawa kolong meja. "Gue cabut duluan ya!" ujar Dhifa yang melihat jam tangannya.
Dhifa melangkahkan kaki nya meninggalkan teman-teman nya.
"Mau kemana?" tanya pemuda yang mengenakan kemeja abu-abu itu.
"Ada urusan. Assalamu'alaikum.." ujar Dhifa yang melambaikan tangan ke arah meja kantin.
"Jadi, Dhi beneran nggak ikut?" ucap Eca.
"Impossible. " ujar Rey.
Dhifa pergi dari sekolah, bergegas tanpa kejelasan.
Disisi lain, Kahfi membawa koper dan tas punggung yang ia kenakan melangkahkan kaki nya untuk meninggalkan kamar nya. Namun tidak untuk bingkai foto kecil yang menampakkan wajah Dhifa di dalam nya. Ia membawa nya tersimpan dalam tasnya, ia berpamitan kepada kedua orangtua nya, lalu pergi dengan taksi.
Berbekal Al-Qur'an kecil yang ia bawa, disepanjang perjalanan ia membaca nya, dan ia berharap semoga ia bisa secepatnya kembali ke Indonesia.
Ia sampai di Bandara, sembari menarik koper nya ia hendak memasuki pintu masuk. Langkah nya terhenti ketika ada suara yang memanggil nama nya.
"Kahfi!"
Kahfi menoleh, ia menemukan seorang gadis dengan nafas terengah-engah. "Dhi.." Kaget nya. Wajah Kahfi memerah, melihat gadis pujaan hati nya datang untuk menemui nya.
"Aku mau nemuin kamu! " ujar Dhifa yang mengacung kan jari telunjuk nya ke hadapan pemuda berhidung mancung itu.
"Aku pikir, kamu marah. Aku kira kamu nggak akan kesini. " ujar Kahfi.
Dhifa menatap serius Kahfi. "Ya, kali! Aku nggak marah. Kamu baru bilang kemarin dan hari ini kamu berangkat. Kamu pikir aku apa cewek apaan!" Ujar Dhifa dengan nada bicara yang seakan-akan marah.
Kahfi tersenyum, ia menarik pipi tembam Dhifa. "Aku cuma beberapa tahun kok Dhi. " jelas Kahfi.
"Apa! Cuma? 3 tahun kamu bilang cuma! Halo.. Mas Kahfi Wijaya, 3 tahun bukan waktu yang singkat. Itu lama banget!"
"Kamu mau tunggu aku?" tanya Kahfi.
Dhifa hanya menatap Kahfi, sorotan mata nya seakan mengatakan iya.
"Dan In syaa Allah, sepulang dari sana aku bakal khitbah kamu. " ucap Kahfi.
"Aamiin Allahuma Aamiin. Semoga niat baik itu dipermudah. " ujar Dhifa.
Kahfi mengajak Dhifa untuk membeli roti. Sembari menunggu teman-teman nya datang. Suasana bandara yang makin ramai. Ada yang pergi dan ada yang datang. Secara bergantian pintu-pintu itu berfungsi sebagaimana mesti nya. Begitu juga lintu hati Dhifa.
Rey, Rebecca, Adinda dan Embun sampai di bandara. Mereka mencari Kahfi. Adinda melihat baju yang sama persis yang di pakai oleh Dhifa. Mereka lalu menghampiri dua orang sahabat nya itu.
"Tuh kan! Gue bilang apa, nggak mungkin Dhi nggak dateng. " ucap Rey melakukan pembelaan.
Eca mencubit lengan Rey. "Lo udah disini? Kata lo nggak ikut?" tanya Eca.
"Kan kalian bilang kalo Kahfi nungguin kedatangan gue, tapi nyatanya nggak. Gue yang nungguin Kahfi lama banget. Gue keliling bandara dan baru nemuin dia." Jelas Dhifa.
"Astaga Dhi, parah lu best banget deh!" ujar Rey.
Kepada seluruh penumpang dengan tujuan Belanda, penerbangan 0001112 pesawat garuda Indonesia, diharapkan untuk segera memasuki kabin pesawat, karena akan segera berangkat, terimakasih.
Dhifa melirik Kahfi dengan teman-teman yang berdiri disamping nya. Mereka sembari mengucapkan selamat jalan kepada Kahfi. Kahfi membalas lirik Dhifa.
"Kenapa? Aku nggak nangis kok. Ini kan pilihan kamu. " tegar Dhifa.
Kahfi mengusap puncak kepala Dhifa yang tetutup jilbab. "Dhi, semoga kita jodoh ya!" ujar Kahfi.
Dhifa tersenyum, merelakan kepergian Kahfi untuk study nya. Sebenarnya Kahfi sangat ingin memeluk Dhifa. Namun ia tau, ia harus menahan keinginan nya demi sesuatu yang lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrahku Bawa Aku Pulang
General FictionHai!! Aku Dhiffa aku mengalami kecelakaan hingga koma sampai saat ini aku belum sadarkan diri. Hingga akhirnya rohku bertemu dengan seorang pemuda bernama Kahfi. Apakah Kahfi akan menuntun Langkahku? Apakah Kahfi seseorang yang dikirim Allah Padaku...