31. Mahar

3K 145 2
                                    

Kekhawatiran Dhirga pada adiknya sudah mulai mereda. Sekarang ia kembali di pusing kan dengan tingkah adiknya yang sangat ingin tau tentang kesiapan dirinya menuju walimah. Dhifa juga akhir-akhir ini diminta bantuan oleh kakaknya, untuk ikut serta dalam segala hal yang akan diperlukan dalam pernikahan sang kakak. Mulai dari pemilihan dekor, catering, dan pemilihan Wedding Organizer.

Di hari minggu pagi. Dhifa yang baru selesai melipat mukenahnya tiba-tiba mendapat ajakan Dhirga untuk menemaninya mencari Wedding Organizer.

Dhirga sudah sampai di depan pintu kamar Dhifa. Ia mula nya mengetuk pintu tersebut. Lalu memanggil sang adik. "Dek? Temenin gue cari W.O, ya hari ini!" Pinta Dhirga yang sudah siap dengan baju jogging nya, hoodie abu-abu dan traning abu-abu senada.

"Ya ampun kak! Ini tuh masih pagi. " sahut Dhifa yang baru saja selesai membereskan perlengkapan sholat miliknya.

"Ya, ntar siang. Gue mau jogging dulu."

"Iya iya, udah buruan sana. "

Dhirga pun pergi jogging, bersama Hans dan Gevin. Sebagai sahabat merka juga berusaha membantu Dhirga. Gevin membantu mencarikan souvenir, sedangkan Hans mencetak undangan.

Siangnya, saat Dhifa dan Dhirga mencari beberapa W.O yang sudah di rekomendasikan teman-temannya. Mereka sudah memilih dua W.O sebagai pilihan yang akan dirundingkan lagi dengan Tisya. Setelah keluar dari tempat W.O mereka pergi ke Mall untuk mencari perlengkapan lainnya.

"Kak beli ice cream, yuk!" Ajak Dhifa.

"Yuk!" jawab Kak Dhirga.

Di Mall mereka bertemu dengan Tisya dan Kahfi, yang sedang mencari kain untuk dress yang akan di pakai bridesmaid keluarga Tisya.

"Kak Tisya. " panggil Dhifa.

Dhirga menoleh. Dan Tisya pun menoleh ke arah sumber suara. Mereka pun mengitari Mall bersama.

Kahfi tersenyum manis, menatap Dhifa yang dengan cantiknya mengenakan hijab berwarna abu-abu, dengan overall celana mocca dan baju putih.

"Kamu kenapa?" tanya Dhifa.

"Nggak kok. " jawab Kahfi.

Dhirga dan Tisya membeli ice cream, Kahfi dan Dhifa pun duduk di kursi kedai ice cream sambil bercerita.

"Kamu kenapa Kahf?" tanya Dhifa.

"Nggak kok." jawab Kahfi sembari tersenyum. "Kamu udah hafal?" Tanya Kahfi.

"Hafal?" heran Dhifa.

"Iya. " ucap Kahfi.

Dhifa menepuk jidat nya.  Ia baru sadar akhir-akhir ini ia tidak sempat menghafal. "Astaghfirullah, aku lupa?"

"Jadi kapan mau hafalan lagi?" Tanya Kahfi lagi.

"Tapi 10 ayat pertama udah kok, hehe."

"Alhamdulillah. " jawab Kahfi.

Dhifa tersenyum bahagia saat bersama Kahfi. Mereka juga kadang saling bertanya dengan kata jika nanti. Semua berkaitan dengan masa mendatang. Tentang bagaimana jika nanti Dhifa menikah, apa mahar yang akan ia pinta teruntuk calon imamnya. Begitu pula dengan Kahfi, Dhifa bertanya jika nanti istri Kahfi adalah perempuan yang sangat susah diatur bagaimana ia akan menyikapinya.

"Aku cuma mau sambungan hafalan aku kok, Surat Ar-Rahman. " ucap Dhifa tersenyum.

"Kalo kamu, gimana soal perempuan yang nggak mau diatur?"

Kahfi pun menjelaskan bahwa sebenernya, perempuan itu tidak di atur akan tetapi di pahami bagaimana mau nya ia di perlakukan. Bukan lebih mengatur namun seharusnya lebih menasehati. Agar perempuan itu mengerti bagaimana yang seharusnya dan agar perempuan mengerti bahwa tidak semua harus di atur dan di kekang.

"Udah bahas masa depan aja nih!" Ledek Dhirga sembari memberikan es krim. "Nih. "

Mereka akhirnya pulang, sesampainya dirumah mereka mendapati orang tua mereka yang sudah pulang.

"Assalamualaikum. "

"Wa'alaikumussalam. "

Belum lah Dhifa melepas sepatu, Dhirga sudah mengadu ke ibu mereka perihal Dhifa dan Kahfi. "Bu, masa adek udah ngomongin mahar?" tanya Dhirga sembari bersalaman dengan ibunya.

"Hah?" kaget ibunya.

"Nggak kok bu, Kahfi sama Dhifa cuma cerita dan nanya. " ucap Dhifa sembari menginjak kaki kakaknya.

"Aduh!"

"Kenapa?" tanya Ayah.

"Hehe, gakpapa kok yah. " ucap Dhirga.

Mengingat tanggal pernikahan yang sudah mulai dekat, Dewi jadi khawatir bagaimana kesiapan dan sejauh mana persiapan Dhirga. "Kamu udah ada persiapan, kak?" tanya ibu sembari berjalan kedapur.

"Alhamdulillah udah kok bu, di bantuin temen juga cari info. " ucap Dhirga.

Dhifa naik keatas kamarnya, lalu ia menuju dapur setelah berganti baju. Dhifa jadi rajin membantu ibu memasak akhir-akhir ini.

"Ibu, masak apa?" ucap Dhifa sembari menyandarkan kepalanya dipundak ibunya.

"Masak soto sayang, " sembari mengelus pipi Dhifa.

"Dhi mau bantuin boleh?" tanya Dhifa.

"Tentu dong, nih pake clemeknya dulu yah?" ibu mengecilkan api kompor lalu memakaikan clemek berwarna pink muda kepada Dhifa.

Dhifa menikmati masak masak bersama Ibunya. Lalu suara ketukan pintu terdengar.

Tok tok tok

"Assalamualaikum?"

"Iya Waalaikumussalam, bentar. " sahut Dhifa. "Dhi aja yang buka yah, bu. " ucap Dhifa pada sang ibu.

Dhifa berjalan menuju pintu.

"Sia-" perkataan  Dhifa terpotong ketika melihat sosok dibalik pintu.

Hijrahku Bawa Aku PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang