57. Mengikhlaskan yang Bukan Milik Kita

2.7K 141 3
                                    

Flashback On

Setelah Kahfi masuk ke kamar Dhifa, Yusuf akhirnya menutup Al-Quran kecil milik nya. Yusuf berjalan pulang, ia lalu bertemu dengan Senja yang hendak keluar dari lift saat sampai di lantai 2. Yusuf mencegah Senja keluar dari lift. Yusuf tau, Senja akan mengacaukan kebahagiaan keluarga Dhifa. Yusuf berdiri di depan lift, menghalangi Senja untuk keluar. Yusuf menarik tangan Senja.

"Kembali ke lift. "

"Lepasin tangan gue!"

"Saya minta kamu kembali ke lift. "

Senja berusaha melepaskan tangan Yusuf yang memegang erat pergelangan tangan nya. Senja memukul tangan Yusuf sekeras mungkin. Namun Yusuf tetap memegang Erat tangan Senja.

"Masuk ke lift sekarang, Senja. "

Senja berteriak kesal. Ia geram tak bisa membantah perintah Yusuf. Yusuf menang. Senja akhir nya masuk ke lift lagi, bersama Yusuf di samping nya.

Senja melipat kedua tangan nya. Raut wajah yang kesal menatap tajam Yusuf. "Kamu ngapain sih, disini?" ucap Senja sembari menyandarkan tubuh nya pada dinding lift.

Yusuf tak melirik Senja sedikit pun. Ia lebih memilih menatap lurus ke depan pada pintu lift yang tertutup. "Kamu yang ngapain, disini?" tanya Yusuf.

"Bisa nggak sih! Sehari aja lo nggak usah ngurusin hidup gue, Suf! Gue kan udah bilang sama lo, gue nggak mau nerima perjodohan itu. " ucap Senja.

"Saya nggak pernah maksa kamu, saya hanya menjalankan amanah dari ibu kamu. " jelas Yusuf.

"Selalu bawa-bawa ibu! Jangan jadi-in dia alesan lo buat ngekang gue."

"Dan menurut kamu, jika saya membebaskan kamu agar kamu bisa merebut Kahfi dari wanita pilihan Kahfi itu adalah pilihan yang benar?"

Ucapan Yusuf berhasil membuat Senja terdiam.

"Saya kan sudah bilang. Saya tidak pernah memaksa kamu untuk mencintai saya. Untuk suka sama saya. Untuk kagum terhadap saya. Begitu juga Kahfi, kamu nggak bisa maksa Kahfi buat suka sama kamu, buat cinta sama kamu ataupun kagum terhadap kamu. " sambung Yusuf.

"Tapi gue suka nya sama Kahfi! Bukan sama lo. " ujar Senja.

"Allah itu maha membolak balikkan hati manusia. "

Senja perlahan sadar. Bahwa Yusuf adalah satu-satu nya orang yang bertahan dengan sikap nya. Yang berusaha memperbaiki dirinya dan satu-satu nya orang yang mampu membuat nya mau menuruti perkataan orang lain.

"Dan saya ingatkan sekali lagi, saya tidak akan menikahi kamu selagi kamu masih seperti ini. Saya nggak mau kita menikah dengan keterpaksaan, saya mau mengkhitbah kamu dalam jangka waktu yang singkat dan setelah itu saya akan menikahi kamu. " ujar Yusuf.

Yusuf sebenernya nggak jauh beda sama Kahfi, tapi gue nggak suka sama Yusuf. Gue suka nya sama Kahfi, tapi Dhifa sama Kahfi, apa gue harus ikhlas, gue juga mau bahagia. -gumam Senja.

"Gue nggak mau keduluan Dhifa sama Kahfi. "

"Maksud kamu?" tanya Yusuf.

"Aduh! Gue nggak mau ngomong berulang-ulang kali ya. " ucap Senja.

"Pernikahan bukan ajang berlomba-lomba. Bukan siapa cepat dia dapat. Bukan menikah karena iri, dan hanya sekedar duh, mau nikah juga. Menikah bukan karena kepengen. Menikah itu karena memang sudah siap. Jadi, masih mau menikah denganku ?" ujar Yusuf.

Senja mengangguk. Dan walimah mereka pun di adakan di hari jumat.

Flashback Off

Dhifa sudah di perbolehkan pulang. Begitu mendengar lusa adalah hari akad Senja dan Yusuf, Dhifa segera meminta Kahfi untuk memilihkan baju kebaya yang akan ia beli di Online Shop. Mereka akhirnya ikut menghadiri acara Yusuf dan Senja.

"Dhi mau jalan aja, bu. " pinta Dhifa.

"Kamu yakin kuat, Dhi. " tanya Ibu.

Dhifa memang baru pulih, kesehatan nya sangat di perhatikan. "In syaa Allah, bu. " ucap Dhifa tersenyum.

Teman-temannya pun datang. Menjemput Dhifa agar berangkat bersama mereka. Sedangkan orang tua Dhifa ikut bersama Dhirga.

Rebecca menuntun Dhifa. Ia lalu menggandeng tangan Dhifa yang tertutup gamis brukat berwarna abu-abu. "Biar sama Eca aja, tante. " ucap Eca.

Mereka berpamitan, lalu menuju kediaman rumah Senja. Dhifa baru menyadari bekas lebam di pipi Kahfi.

"Pipi kamu kok masih lebam? Itu kenapa, Kahf?" tanya Dhifa.

Rebecca mulai memancing keributan. "Lo nggak tau, Dhi? Itukan di tonjok Rey. " ucap Eca.

Rey melakukan pembelaan. "Gua nggak sengaja kok, ya nggak Kahf?"

"Masih sakit nggak?" Tanya Dhifa.

Kahfi melirik Dhifa lalu tersenyum. "Sedikit kok. "

Rebecca mengingatkan Dhifa tentang janji Kahfi. "Dhi? Kahfi kan udah balik nih? Jadi kapan?" tanya Eca.

"Kapan apa?" tanya Dhifa.

"Ijab kabul nya.  " batuk Rey.

"Ntar kalian diundang kok. Tenang aja!! Tapi nanti ya, Dhi masih mau kuliah. " ujar Kahfi sembari melirik Dhifa.

Dhifa tersipu malu, 3 tahun sudah ia terpisah jauh dari pujaan hatinya, 1 tahun dalam kondisi sadar, dan 2 tahun dalam keadaan koma. Kahfi yang telah berjanji akan kembali, kini telah kembali dan inilah cara Allah Subhanahu wa Ta ala mempertemukan dua insan yang telah ditentukan dalam suratan takdir.

Hijrahku Bawa Aku PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang