11. Doamu adalah Harapan

5K 243 1
                                    

Sepulangnya dari rumah Dhifa, Kahfi segera mengambil air wudhu. Dan menantikan adzan maghrib berkumandang, beberapa menit setelah Kahfi selesai berwudhu adzan berkumandang. Dan Kahfi bersiap-siap melaksanakan ibadah maghrib.

Seusai sholat, Kahfi berdoa memohon kepada sang Kuasa.

"Ya Allah Ya Rabb, sembuhkanlah kaki Dhifa yang terkilir, hamba tak ingin melihatnya bersedih. Hamba mengkhawatirkannya. Karena Engkaulah yang Maha menyembuhkan, Engkaulah Yang Maha Kuasa. Ya Allah, kutitip Rindu untuk Dhifa semoga ia selalu dalam lindunganmu, Amin Ya Rabbalalamin... " Kahfi mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Lalu meninggalkan kamarnya dan duduk di sofa sendirian sembari menonton acara televisi.

Sementara itu, dikediaman Dhifa.

Dhifa terbaring dirumah, kakinya sangat sakit. Namun saat ia mendengar adzan maghrib, Dhifa terbayang akan wajah Kahfi yang cemas tadi. Lalu Dhifa bergegas mencoba mengambil wudhu dikamar mandi kamar.

Ia memaksakan kakinya, dan alhasil bukannya bisa berdiri ia malah terjatuh dan.

Brukkkk

Tubuhnya lemas. Terbaring dilantai yang dingin.

"Dhii.." panggil kak Dhirga dari ruang tengah dibawah. "Kok gak ada jawaban?"Dhirga heran kenapa mendadak hening. "Dhi?" Kini Dhirga menaiki tangga menuju kamar Dhifa.

"Lu nggak kenapa-kenapa kan Dhi?" Dan saat Dhirga membuka pintu kamar Dhifa.

Dhirga melihat adiknya terbaring dilantai dengan posisi wajah membentur lantai.

"Kak... " Ucap Dhifa tertatih.

"Astaghfirullah haladzim. Dek!" Dhirga berusaha mengangkat tubuh Dhifa. Wajah Dhifa yang tertutup rambut. Hampir membuat Dhifa susah bernafas.

"Mau ngapain sih, dek? Kalo mau apa-apa bisa panggil kakak, kan?" Dhirga masih saja sempat memarahi Dhifa, disela-sela saat Dhirga mengangkat Dhifa ke atas kasur.

Dhirga mencari handphone Dhifa. "Mana sih nama Kahfi!" Sembari terus mencari kontak di ponsel Dhifa, Dhirga sebenernya panik. Karena ia sangat jarang sekali ditinggalkan berdua dengan adiknya. Sebab kedua orang tuanya sibuk, dan begitu juga dengan Dhirga yang menjadi mahasiswa pertukaran pelajar. "Nah! Ketemu! Bentar ya, Dhi. "

Telpon berdering....

Tutttt.....tuuuuutttttttttt......tuttttt

"Loh? Kok udah nelpon aja. " Kahfi malah tersenyum. "Assalamualaikum, iya Dhi?"

"Wa'alaikumusalam Kafh. Lo bisa kesini sekarang nggak? Dhi jatuh dari ranjang. " ucap Dhirga.

"Iya kak. Aku kesana sekarang, "

Tutttt tutt tutt tuttt

Telpon diakhiri.

"Astaga Dhi.. Kamu kenapa sih!" Kahfi terburu buru pergi ke rumah Dhifa namun ia tak lupa mengunci rumah.

Selagi menunggu kedatangan Kahfi, Dhirga terlebih dahulu menyiapkan keperluan Dhifa. Dhifa yang saat ini sedang mengenakkan celana pendek dengan kaos lengan pendek, disuruh Dhirga mengenakan rok karena Dhifa akan kesulitan jika mengenakan celana panjang, lalu ia memakaikan Dhifa jaket untuk menutupi lengannya. Dan tak lupa jilbab bergo salah satu jilbab paling praktis.

Dhirga juga mengeluarkan mobil dari garasi. Agar ia tidak kerepotan harus menggedong Dhifa lalu mengeluarkan mobil dari garasi lagi.

"Assalamualaikum. " ucap Kahfi setelah sampai dirumah Dhifa.

"Wa'alaikumsalam, bentar Kahf. "

Dhirga menggendong Dhifa menuju mobil. Ia harus menuruni tangga terlebih dahulu. Lalu menuju ruang tamu dan menuruni tangga lagi untuk sampai ke mobil.

"Ini tolong bukain mobilnya, nih kuncinya. " Dhirga sangat khawatir terlihat dari wajahnya saat menggendong Dhifa terburu buru dan menuruni tangga rumahnya.

"Kak? Biar aku aja yang bawa mobil. " ucap Kahfi.

"Iya iya terserah deh. Buruan kerumah sakit. " ucap kak Dhirga cemas.

Saat sampai dirumah sakit, Kahfi membalas chat teman-temannya Dhifa karena saat itu handphone Dhifa dipegang Kahfi. Suara dentingan notif sudah menumpuk. Kahfi membalas chat dari Embun. Kahfi memberitahu bahwa Dhifa sedang di rumah sakit. Teman-temannya yang khawatir segera ke rumah sakit dan mengajak Rey.

"Gimana? Udah ada kabar?" ujar Embun.

"Ceritanya gimana sih kak?" ujar Adinda yang bertanya pada Dhirga.

"Udah-udah, kak Dhirga ntar pusing. "jawab Rey.

Kahfi dari tadi hanya diam, termenung dengan doa yang ia lantunkan dalam hatinya. Ia tak mau Dhifa sakit, ataupun terluka karena satu hal yang pasti, Kahfi menyayanginya.

Lalu Dokter keluar dari Ruangan UGD.

"Keluarga pasien?" ucap dokter.

"Iya saya kakak nya. " ucap kak Dhirga.

"Adik Anda mengalami benturan keras dikakinya, selama beberapa hari kedepan ia harus memakai kursi roda. Dan kakinya akan kami gips untuk sementara. " ucap Dokter.

Dhirga malah merasa bersalah karena tak bisa menjaga Adiknya.

"Jika ingin menjenguk pasien jangan terlalu ramai yah, karena pasien belum sadar. "

Hijrahku Bawa Aku PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang