16. Kejora persahabatan

3.6K 195 11
                                    

Rey membawa mobil dengan kecepatan 60km/jam saat ia sampai di Mall, ia melihat Kahfi bersama seorang gadis cantik, ia ingin menyapanya namun karena ia ingat Dhifa meminta pizza, ia segera bergegas menuju kedai pizza kesukaan Dhifa.

"Selamat siang mas, mau pesan apa?"

"Pizza extra Big 1, dengan toping sosis dan keju mozarella ya. "

Setelah membeli pizza, Rey lalu bergegas menuju kedai kopi. Untuk membawakan Dhifa cappuccino.

Rey lalu bergegas menuju rumah Dhifa, setelah sampai ia memberikan pizza tersebut kepada Dhifa, tapi ternyata Dhifa tertidur di lantai dengan kepala yang bersandar di sofa.

Suara sepatu Rey berderap bergegas menaiki tangga dan ketika Rey ingin menyebut nama Dhifa ia mengecilkan suara.

"Dhiii.... Fa. " nada suaranya mengecil saat melihat pintu rumah Dhifa yang tak tertutup dengan rapat.

"Nih bocah tidur kek kebo. "

Gue seneng liat Dhifa tidur, mukanya lugu banget kek anak kucing, tapi kalo udah bangun kek kudanil nguap gede banget. Gue inisiatif buat mindahin Dhifa ke atas sofa. Dan ternyata dia berat banget coy. Batin Rey.

"Gila!! Ini anak kudanil apa anak orang, " sembari menggendong Dhifa ke atas sofa.

"Pizza nya buka aja sekarang kali ya?" Tanya Rey pada dirinya sendiri.

Mencium aroma lezat pizza, Dhifa hampir sadar dari tidurnya. "Hmmm Pizza, laperrr. " gumam Dhifa.

"Gue jahilin lu, " Rey menaikkan satu alis nya.

"Aaaaaa? Aaaa?" Rey mengayun-ayunkan pizza diatas hidung Dhifa.

"Hmmmm pizza. " happp tangkap tangannya meraih tangan Rey, dan memasukan Pizza Ke mulutnya.

"Curang ni anak." Rey menarik telinga Dhifa.

Dhifa menepikan tangan Rey dari telinganya yang tertutup jilbab. "Aduh! Sakit tau, " Dhifa membuka matanya sembari mengusap telinganya.

"Apa lu?"

"Reyy, lo lama banget, gue keburu tidur. "

"Maaf deh, oh yah Dhi?"

"Iyaa?" Dhifa tetap melahap pizza.

"Nggak, nggak jadi deh ahah, "

Gue takut,ntar dia badmood lagi,Mendingan nggak gue ceritain.-batin Rey

Rey nemenin aku dirumah, dia sahabat aku dari kecil, keluarga kami dekat dan dulu pernah tetanggaan. Jadi aku mainnya selalu sama Rey. Saat aku diajakin Rey cari makan di luar. Aku nggak sengaja liat Kahfi keluar dari Masjid sama cewek, aku sih nggak berprasangka buruk, tapi jujur aku sakit saat ngeliat Kahfi tertawa sama cewek itu.

Ibaratkan bunga Dandelion yang menunggu angin untuk mekar, namun sayang anginnya tak kunjung tiba. Harapanku pupus sudah. Kahfi berdua dengan cewek itu.

Aku nggak bilang ke Rey, tapi Rey nampaknya menyembunyikan sesuatu.

"Rey, "

"Apa Dhi, " sembari memutar sedotan didalam minumannya.

"Aku tadi liat Kahfi. "

Hampir saja kopi dimulutnya tersembur.

"Dia sama cewek. " murung Dhifa.

"Putih, alisnya lumayan tebal, lebih pendek dari Kahfi. " sahut Rey.

"Iya, kok kamu tau. " Dhifa semakin heran dan,

"Jujur Dhi, gue ketemu dia di Mall. "

"Jadi bener. " Raut wajahnya berubah murung.

"Dhi, come on, jangan negatif dulu, btw emang lu pacaran sama dia. "

"Nggak. "

"Yaelahh. "

"Jodoh nggak kemana kan, jadi bisa aja dia jodoh aku Rey. "

"Ni bocah parah begonya yah. "

"Ya kali aja. "

"Terus kalo gue jodoh lu?" menaikan satu alisnya dengan wajah sok pede.

"Dih, amit amit ogah. "

"Kalo iya gimana, kita jodoh di jodoh persahabatan ahahahah. "

"Apaansih ahaha?"

Walau sebenernya itu doa gue Dhi, lo selalu anggap gue sahabat lo tapi nggak lebih dan itu nggak sakit karena selama gue ngeliat lu senyum gue bahagia, -batin Rey.

Hijrahku Bawa Aku PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang