25. Special from Kahfi

2.9K 167 0
                                    

"Isinya kira-kira apa, yah?" Tanya Dhifa penasaran.

Langkah kaki bu Dewi tak didengar oleh Dhifa. Ia malah dibuat kaget saat mendengar suara ibunya.

"Dhi.. "ucap Ibu mengetuk pintu.

Astaghfirullah haladzim

Dhifa menghela nafas setelah kaget.

"I-iya bu. "

Dhifa menghampiri pintu dan membukanya. "Dhi mandi dulu ya, oh iya itu ada kado dari Kahfi. " ucap Ibu.

"Hhehe iya bu, yaudah Dhifa mandi dulu yah. " ucap Dhifa sembari memasuki kamar mandi kamarnya.

20 menit kemudian. Dhifa mendapati ibunya yang duduk di atas kasurnya. Dhifa juga baru menyadari ibunya sudah rapi dengan gamis.

"Loh, ibu masih disini?" ucap Dhifa heran saat keluar dari kamar mandi dan sudah mengenakan baju tidur.

Ibu ternyata sudah menyiapkan baju yang akan Dhifa pakai. "Kamu pake baju ini ya, sayang. " ucap ibu.

"Tapikan ini udah sore bu, bentar lagi malam Dhi nggak ada acara keluar kok. " heran Dhifa lagi.

"Udah, pake aja sayang. Jangan lupa pake jilbab ya, kalo udah siap langsung ke meja makan yah. Ibu tunggu. " ucap Ibu.

"Iya, bu. " ucap Dhifa.

Ibunya meninggalkan kamar, dan kembali sibuk di meja makan. Dhirga yang sudah rapi dengan kemeja batik begitu juga dengan ayah.

"Bu, ini taruh mana?" Tanya Dhirga sembari memegang mangkuk sayur besar.

"Kak, ini isi pake sayur ini aja. Yang ini taruh sini. " ucap Ibu sembari menunjuk beberapa sajian makanan dan menyuruh Dhirga untuk memindahkan sayur ke mangkuk besar.

Sementara Dhirga fokus memindahkan soto ayam perlahan-lahan dengan menggunakan centong. Ayah yang selesai mandi pun keluar dari kamar dengan pakaian yang rapi.

"Loh, Dhi mana bu?" ucap Ayah.

"Bentar lagi juga turun kok, yah. " ucap Ibu.

Tap tap tap

Suara langkah kaki Dhifa menuruni tangga dengan cepat. Ia nampak tergesa-gesa. Ia juga sudah rapi dengan jilbabnya. Eh, maksudnya dengan jilbab yang belum ia peniti-kan.

Leher jenjang yang putih itu masih terlihat.

"Loh kok semuanya rapi?" Tanya Dhifa.

"Kan ada-" ucapan Dhirga terpotong saat ia mendengar ucapan salam dari depan pintu.

"Dhi, buruan pake jilbabnya. " perintah ayah.

Dhifa kelabakan, ia panik, khawatir. Siapa sih yang akan makan bersama keluarganya.

"Assalamu'alaikum. "

"Iya sebentar. "

Dewi segera menghampiri pintu. Meninggalkan meja makan yang sudah sangat rapi.

"Wa'alaikumussalam, " ucap bu Dewi, sembari mendekati pintu dan membukakan pintu.

"Malam Om, tante, " ucap Kahfi.

Kedua orang tua Kahfi pun tersenyum saat melihat ibu Dhifa dan Dhirga. "Malam mbak, " ucap Orangtua Kahfi.

Kahfi dan orangtuanya diundang ibu dan ayah Dhifa untuk makan malam bersama. Namun nampaknya ada tujuan lain dari makan malam tersebut.

"Malam Dhi, " ucap Kahfi ketika melihat Dhifa yang sedang minum.

"Malam, " Dhifa menoleh, dan minumannya hampir tumpah. Untung saja jilbabnya susah ia kenakan dengan rapi.

"Hallo, cantik. " ucap Mama Dan Papa Kahfi.

"Tante, Om. " ucap Dhifa sembari mendekati Mama Papa Kahfi dan mencium tangannya.

"Selamat datang keluarga Sastro. " sambut Ayah Dhifa.

"Haha, bisa aja kamu, mas." ucap Papa Kahfi.

"Yuk, silahkan duduk om, tante. " ucap Kak Dhirga.

"Ini Dhirga kan. " ucap Mama Kahfi.

"Iya, yang waktu kecil sering ikut belanja. "

Ibu-ibu pun saling bertukar cerita. Nampak senang dan nampak asyik sekali. Rupanya mereka sudah saling kenal.

"Ya Ampun, udah gede banget yah. " ucap Papa Kahfi.

Dhifa dan Dhirga, kedua kakak beradik itu saling berbisik dan saling menginjak kaki dari bawah kolong meja. "Kok mereka ngomongin lo kecil kak?"

"Kek nya kenal deh, dek. " bisik Dhirga.

"Yaudah ayo, langsung makan aja, " ucap Ayah Dhifa.

Saat selesai makan. Pembahasan mereka mulai serius. Ada yang akan diperjelas arah hubungannya. Dhirga anak sulung dari keluarganya akan dijodohkan dengan Tisya, sepupu Kahfi yang sedari kecil sudah dibesarkan oleh orang tua Kahfi.

"Jadi, gini loh mas. Untuk melanjutkan perbincangan kita siang tadi. " ucap Papa Kahfi.

"Iya, jadi bagaimana?" ucap Ayah Dhifa.

"Jadi, acara tunangannya maunya kapan?" Ujar Mama Kahfi yang langsung ke inti pembicaraan.

Yang di maksud pertunangan dari kedua keluarga ini sebenarnya adalah Dhirga, putra sulung dari bu Dewi dan pak Setya. Tapi yang tersinggung malah putri bungsunya. Dhifa sampai tersedak saat makan.

"Loh, Dhi. Pelan-pelan dek. " ucap Kak Dhirga.

Kahfi lalu memberikan segelas air minum kepada Dhifa. "Minum dulu, Dhi. "

"Alhamdulillah. " Dhifa mengucap syukur karna sudah tidak tersedak lagi.

"Jadi gimana?" ucap Papa Kahfi.

Baru saja Dhifa ingin menjawab, ia malah ke duluan kakaknya. "Kalo aku secepatnya juga gakpapa, om. " ucap Kak Dhirga.

"Loh? Bukannya, aku yang lagi ditanya?" Bingung Dhifa.

Ayah Dhifa heran bukan main. Kenapa putrinya jadi ke ge-er an seperti ini. "Loh? Kamu mau tunangan?" Tanya Ayah Dhifa.

"Mau sih, yah. Kalo?" ucap Dhifa penuh tanda tanya. Ia juga melirik Kahfi sebagai jawaban dari ucapannya yang belum jelas itu.

"Iya, Kahfi juga mau dari kemarin-kemarin. " ledek Mama Kahfi.

Kahfi tersipu malu. "Mama. "

"Eh, Kahfi malu-malu. " ledek Ibu Dhifa.

"Yaudah. Jadi, besok malam kita bicarain dirumah Tisya yah. " ucap Papa Kahfi.

Dan besok malam keluarga Kahfi dan Keluarga Dhifa akan bertemu di rumah Tisya, calon Dhirga.

"Yaudah, kita pulang dulu yah mas, mbak. Udah malam. " ucap Mama Kahfi.

"Om, tante kita pamit yah. " ucap Kahfi.

"Iya makasih yah . " ucap Ayah Dhifa.

"Thanks, bro. " ucap Kak Dhirga.

"Dah. " Kahfi berpamitan pada Dhifa.

Dhifa sumringah. Dan tersenyum.

"Ohiya, kado tadi. "ucap Dhifa.

Ternyata isi kado dari Kahfi adalah mukenah dan sajadah.

Hijrahku Bawa Aku PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang