42. Basket

2.5K 135 0
                                    

Pemuda di hadapan Dhifa itu mengajaknya berkenalan. Dhifa yang merasa tidak nyaman, mencoba mencari Kahfi di tengah kerumunan. Dhifa duduk di depan kedai namun mata nya sudah kemana-mana, ia sempat ragu untuk berkenalan namun Dhifa hanya menjawab dan tak bersalaman.

Devano melirik ke tangannya yang di abaikan. Ia lalu menyebutkan nama lengkap gadis yang ada di hadapan nya itu. "Dhifa Mikeyla Arista Putri. " ucap Devano.

Raut wajah Dhifa menampakkan bahwa ia sangat kaget dan sekaligus heran, kenapa pemuda yang tak ia kenal ini bisa mengenali nya. Bahkan lengkap dengan nama nya.

Kahfi kembali dari sisi panggung. Kemeja biru dengan celana jeans berwarna biru juga. Sepatu bertali berwarna navy. Dan jangan lupakan rambut yang ia sisir ke samping. "Kan tadi kita dipanggil kedepan, Dhi. " sahut Kahfi yang meletakkan kedua tangannya di sisi atas punggung kursi tempat Dhifa duduk.

"Kamu kemana? Kok lama banget. " ucap Dhifa dengan raut wajah cemas.

Devano menarik tangan nya kembali. Jabat tangan nya pun benar-benar di abaikan. "Gue dan team gue bakal tanding bentar lagi nih, gue cabut dulu ya, Dhifa. " ujar Devano tersenyum manis, menenggelam kan mata nya.

Dhifa hanya mengangguk. Dan Devano pergi meninggalkan Dhifa dan Kahfi di kedai.

"Lo sih, Kahf! Keluyuran lama banget! Dhi jadi inceran anak SMA lain, kan!" Kesal Adinda yang sedari tadi menunggu kedatangan Kahfi.

Kahfi malah kesal karena di salahkan, namun itu menjadi bahan ejekan bagi Dhifa. "Kamu kenapa? Cemburu?" Ledek Dhifa.

"Nggak kok. " ketus Kahfi.

"Serius?" ledek Dhifa lagi.

Kahfi mengambil cup minumannya, lalu ia menghabiskan nya dengan cepat. "Udah ah, buruan abisin. Aku mau ganti baju. Kamu nanti sama Embun aja. Eca udah mulai sibuk. " ponta Kahfi.

"Yaudah ganti aja, gakpapa kok. " ujar Dhifa.

Kahfi menaikkan satu alis nya. Raut wajah nya berubah kusut. "Nggak mau ah, ntar kenalan kamu datang lagi. " ucap Kahfi cemburu.

Kahfi jadi serba salah, ia tak mau membiarkan Dhifa sendirian. Dia tidak mau Dhifa di goda pria lain. Walau hanya sekedar mengajak berkenalan.

"Embun juga sibuk kali, Kahf. Dia mau nari. "

"Yaudah, kamu disini aja sama Dinda. "

"Gue mau ganti baju daerah, kali. Sekolah kita itu jadi penyelenggara. Penonton full sekolah tetangga, para tamu undangan. "

Dhifa melihat Reya yang melintas, Dhifa pun berencana untuk berasama Reya selagi menunggu teman-temannya berkumpul. Reya yang saat itu hanya bertugas untuk menjaga pintu masuk dan mendata semua tamu, bisa bebas di jam siang karena data sudah lengkap.

Kahfi pun berdiri dengan niat meninggalkan Dhifa di kedai tersebut.

"Loh jadi kamu ninggalin aku?" tanya Dhifa.

Kahfi diam dan meneruskan langkahnya. Kahfi melirik Dhifa dengan wajah coolnya, yang didampingi ekspresi kesal.

"Ih sayangnya aku ngambek, jangan ngambek dong. " rayu Dhifa.

Kahfi tersenyum, dan menitipkan Dhifa pada Reya. Kahfi menuju ke loker siswa dan bersiap untuk team basket. Setelah bersiap Kahfi kembali ke loker dan mengambil tas Dhifa. Lalu pergi ke lapangan basket dengan tas Dhifa di tangan. Kahfi yang baru mendapat informasi bahwa Rustam sang ketua team, tidak bisa ikut pertandingan malah gugup saat di pilih untuk menjadi kapten pengganti.

Kahfi menghampiri barisan penonton. Kahfi tak melihat lambaian tangan Dhifa, ia malah bertanya dari barisan bawah apakah ada yang melihat Dhifa? Namun saat suara teriakan terdengar, Kahfi langsung tau dimana Dhifa duduk. Dhifa duduk didekat teman-temannya dibarisan kursi penonton. Kahfi beralan menghampiri Dhifa, namun saat hampir sampai Kahfi sudah di panggil untuk ke lapangan. Kahfi dengan sangat terpaksa harus melemparkan sling bag mocca milik Dhifa.

"Dhi, maaf. " ujar nya.

Kahfi berlari menuju lapangan.

"Untuk kapten. Silah kedepan. " ujar sang wakil ketua osis.

"Van? Van? Devano?" ujar Team lawan.

Devano maju dengan wajah sok manisnya ia berhasil menarik perhatian siswi sekolah Dhifa, lalu Kahfi pun ditunjuk sebagai kapten untuk menggantikan Poland.

"Kahf?" panggil Rey.

Dengan wajah polosnya, Kahfi maju kedepan tanpa tau siapa lawan nya.

"Aaaaa! Kahfi!!!!" teriak siswi sekolahnya.

Popularitas Kahfi tak pernah menurun, ia adalah idola disekolahnya, siapa yang tak menyukainya? Wajah tampan, ramah, alim, dan sopan, tak hanya itu Kahfi selalu memenngkan lomba dalam bidang agama, seni dan masih banyak lagi walau ia dapat dikatakan masih siswa baru.

Kahfi menoleh kebarisan penonton. Ia melihat Dhifa tersenyum dan membuat Dhifa berteriak.

"Kahfi semangat!"

Kahfi yang masih terbakar api cemburu saat ia melihat wajah Devano, malah tersenyum ketika ia melihat Dhifa. Kahfi tak menghiraukan jabatannya sebagai Kapten Team Basket.

Mereka berdo'a terlebih dahulu, lalu memulai pertandingan. Pertandingan pun di mulai.

Hijrahku Bawa Aku PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang