Rebecca yang penasaran, mengangkat rok Dhifa ke atas pergelangan mata kaki hingga memperlihatkan kakinya yang terbalut gips.
"Aduh! Gimana sih Dhi kok bisa sampe gini. Pergelangan kaki lo ini! Mana di lutut luka lecet semua. Abis atraksi lo?" Ledek Rebecca.
Dhifa berdecak kesal. "Bukannya di doain sembuh, malah ngeledek. "
"Just kidding, sist. "
"Gue kapan pulang sih? Bosen tau, kerumah sakit lagi, kesini lagi. Lama-lama gue hafal semua nama perawat disini. " keluh Dhifa.
Rebecca duduk diatas sudut ranjang tempat Dhifa terbaring. "Lo lupa? Kahfi kan masih ada sangkut paut nya sama Hospital. "
"Iya sih. Alhamdulillah nya gue ketemu dia. "
Rebecca tersenyum. "Jadi? Nggak ke club lagi nih?"
"Gila aja lo! Masa udah berubah penampilan kayak gini masih kesana!"
"Hahaha.. Canda, Dhi. "
Setelah banyak mengobrol, akhirnya Dhirga pulang kerumahnya. Dan yang menjaga Dhifa dirumah sakit adalh para sahabatnya.
Rebecca tidur dikursi disamping ranjang Dhifa. Embun dan Adinda tidur di sofa.
Karena Alhamdulillah nya, Dhirga memilihkan kamar VVIP. Jadi teman-teman adiknya bisa menemani.
Begitu pula saat Dhifa hendak pulang kerumah. Dhifa sudah sangat fresh. Bahkan mukanya sangat segar. Tapi coba bayangkan, wajah ketiga suster pribadinya itu. Rebecca, Embun dan Adinda. Kantung mata mereka menebal. Terlalu lama di rumah sakit membuat mereka belajar sedikit bagaimana merawat pasien. Keluar dari kamar Dhifa pun mereka mengenakan masker.
"Akhirnya pulang juga.. " ucap syukur mereka.
Mereka pun pulang dijemput Rey. Karena mereka tidak membawa kendaraan. Di mobilpun mereka tertidur sampai Rey harus menunggu berjam-jam agar mereka bangun dengan sendirinya.
Hari-hari Dhifa jadi agak berbeda karena ia tidak bisa loncat-loncat kegirangan saat mendengar lagu-lagu galau. Dhifa juga tidak bisa banyak beraktivitas. Sholat pun harus dengan posisi duduk dan kaki yang diluruskan.
"Kak Dhirga. " ucap Dhifa yang masih mengantuk dari kamarnya.
"Hmmm. " jawab Dhirga dari ruang tengah.
"Laper. " ucap Dhifa sembari mengikat rambutnya.
Oh iya gue lupa misahin makanan buat, Dhi.
"Iya dek, bentar ya kakak lagi siapin sarapn buat lo. " ujar Dhirga yang kemudian pergi menuju rumah Tante Ikah yang notabenenya adalah penjual nasi uduk. Dhirga pergi secara diam-diam.
"Jangan lama ya kak masaknya. " gerutu Dhifa.
"Kak?" Dhifa tak mendengar sahutan.
Dhifa menyadari bahwa kakaknya sedang membeli makanan keluar. "Dhirga!! Lo ninggalin gue sendirian dirumah! Hah!" Dhifa sudah teriak-teriak didalam kamar.
Lalu Dhifa memutuskan untuk mengabari Rey, dan Rey datang kerumahnya untuk membawakan makanan.
Dhifa tau, jika Dhirga yang membeli sarapan pasti ia akan lama. Karena Dhirga akan diajak mengobrol sama ibu-ibu komplek yang ngebet banget, mau jodohin anak mereka ke Dhirga.
Tanpa disangka, Kahfi juga singgah kerumah Dhifa dengan membawakan jus Alpukat.
"Assalamualaikum, Dhi. "ucap Kahfi sembari menaiki tangga teras rumah nya.
"Eh iya bentar. " ucap Dhifa.
Untungnya, Dhirga sudah membelikan kursi roda untuk Dhifa. Dan Dhifa begitu semangat mendengar suara Kahfi. Ia bergegas meraih jilbab yang digantung tak jauh dari ranjangnya. Dan ia keluar dengan khimar sky blue dan sweater navy serta rok hitam.
"Sini aku bantu. " ucap Kahfi yan berniat mendorongkan kursi roda Dhifa agar tangan Dhifa tidak sakit memutar rodanta sendirian.
"Nggak mau! Aku maunya di gendong sama kamu. " ucap Dhifa merayu.
"Nggak ah. " ucap Kahfi sinis.
Kanting berwarna putih polos yang dibawa Kahfi terlihat menarik perhatian Dhifa. "Itu apaa?" Tanya Dhifa
"Jus buat kamu. Di minum ya, minum sekarang?" Tanya Kahfi sembari memasangkan sedotan pada botol tupperware yang berisikan jus dan memberikannya ke Dhifa.
"Makasih, sayang. " Dhifa tersenyum sembari tertawa kecil.
Kahfi hanya tersipu malu.
"Iya, kamu udah makan? Mau aku cariin sarapan?" Tanya Kahfi.
Belum sempat Dhifa menjawab, ternyata Rey sudah datang membawakan makanan.
"Halooo? Spadaa...Dhifaa.." panggil Rey.
Rey lalu masuk saat melihat pintunya terbuka.
"Hai Rey, " ucap Dhifa.
"Nih? Titipan lu?" Rey memberikan sarapan yang dibungkus sterofom. Lalu Kahfi merebutnya dari tangan Rey.
"Sini gue aja yang buka, tangan Dhi lagi sakit. " ketus Kahfi.
"Enggak kok!" Keluh Dhifa membantah ucapan Kahfi.
Kahfi menatap tajam mata Dhifa.
"Santai Bro.. " ucap Rey yang kini duduk di sofa bersama mereka.
Kahfi membuka kan kotak sterofom, lalu menyerahkannya pada Dhifa. "Ini aku bukain, makan sendiri ya. " ucap Kahfi.
"Kata kamu tangan aku sakit, suapin. " ucapan Dhifa membalas perkataan Kahfi sebelumnya.
Dhirga yang melihat ada banyak sendal terpampang nyata didepan pintu rumahnya. Menyadari bahwa adiknya sudah kedatangan dua perawat pribadi.
"Adek. kakak udah siapin makanan. "
Dhirga menyadari akan ada perang dingin setelah ini. Nampaknya Dhirga merasakan Api yang terbakar, ada bau hangus dan itu artinya Kahfi cemburu. Dhirga sebagai laki-laki hanya menahan tawa. Melihat adiknya diperebutkan.
Dan Kahfi dengan rendah hati meminjam tangan kak Dhirga untuk menyuapi Dhifa. Jujur saja, Kahfi ini lelaki kuno bagi Dhifa, yah kalian tau bukan? Dhifa dulunya sering pergi ke tempat hiburan malam. Mendengar musik yang dibawakan langsung oleh sang Disc Jokey, dan mencium bau alkohol dimana-mana saat mulai memasuki club malam. Ia bahkan tau ciri-ciri lelaki hidung belang.
Dhifa memang pernah terjerumus dalam jalan yang salah. Dan yang Kahfi katakan pada Dhifa saat ia koma adalah motivasi Dhifa, dari sejak koma dan sejak Kahfi kecelakaan, sampai semua ini yang Dhifa tau, Allah memberikan Dhifa seseorang yang telah ia hadirkan.
Dan dibawa jus itu, Dhifa melihat sebuah kertas bertuliskan
"Semangat terus yah, "
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrahku Bawa Aku Pulang
General FictionHai!! Aku Dhiffa aku mengalami kecelakaan hingga koma sampai saat ini aku belum sadarkan diri. Hingga akhirnya rohku bertemu dengan seorang pemuda bernama Kahfi. Apakah Kahfi akan menuntun Langkahku? Apakah Kahfi seseorang yang dikirim Allah Padaku...