3 Hari tak bersapa dengannya

13K 652 6
                                    

Untung sajalah teman teman di kelas memihaknya saat proses sidang di BK. Secarik surat proses pemindahan sekolah itu dilipat dan di simpan baik baik di laci guru BK. Papahnya mulai sering memerhatikannya akhir akhir ini. Dan mamah? Tentu saja ia juga angkat bicara soal larangan. Kini mamah dan papah mulai tegas kepada gadis itu, dan juga kakak laki laki ku jika di rumah dia menjaganya dengan sangat baik.

Hasil diskusi yang di lakukan papah dan mamah, saat di rumah. Mulai di pertunjukan dari mulai untuk membiasakan gadis itu bangun pagi, larangan membawa kendaraan sendiri kesekolah dan gantinya akan di anter oleh pak supir, mulai melarangnya menonton acara tinju dll.

Dan satu lagi, sejak hari dimana dia memergokinya tengah berkelahi dengan Nathalie, kini sudah 3 hari gadis itu dengan ketos tidak lagi bertegur sapa, jangankan bertegur sapa sekedar melihatnya sajah itu keknya gak mungkin. Ntah apa yang membuatnya berubah apakah ia merasa ilfil berada di dekatnya?, tapi yang dilihat akhir akhir ini dia benar benar sibuk dengan kewajibannya sebagai ketua osis dan klub sepak bolanya. Lagi itu mereka sempat berpapasan, namun ia hanya fokus ke handphonenya dan melanjutkan perjalanannya. Ahh rasanya ada yang berbeda, gelisah tak karuan yang gadis itu rasakan.

Saat ia duduk di meja kantin bersama lia, ucup, adit. Matanya mengedarkan pandangan keseluruh penjuru kantin mencari cari apakah ada sosok dia di tempat ini, siapa tahu saja dia mau bergabung dengan kami. Tapi nyatanya nihil yang didapat.

Sore hari pulang sekolah, gadis itu melihat di balik jedela. Cowo itu tengah duduk di kursi panjang di setiap koridor sekolah, matanya fokus dengan laptop yang ia pangku. Sesekali ia menengok ke samping untuk melihat catatan.

"Benar, dia benar benar sibuk" gumannya dalam hati.

Gadis itu mengambil tasnya dan beranjak pergi keluar kelas. Beruntung kali ini geng Nathalie sudah pulang lebih dulu. Gadis itu berjalan melewati cowo yang masih sibuk di depan laptopnya. Pikirannya masih terfokus 'apakah ia akan melihatku?'. Namun sayang ia benar benar tak memperdulikan orang orang yang berjalan di depannya.

Gadis itu tampak gundah dan pergi menuju halte. Nampaknya kali ini dia pulang sendiri tanpa di temani gengnya atau teman sebangkunya. Pak supir sudah disuruhnya pulang duluan, ia kira bakalan ada pelajaran tambahan di sekolah. Seperti kemarin, guru Biologi mengajarkan pada pelajaran tambahan di jam pulang sekolah.

Sudah 5 menit ia menunggu di halte ia kali ini tak ingin naik busway karena harus turun di halte dan masih jauh untuk menuju ke rumahnya. Jadi kali ia menaiki metromini, karena langsung turun di depan gerbang komplek rumahnya, namun angkutan yang dia tunggu tak kunjung datang. Sesekali datang namun harus cepat cepat berebut masuk dengan penumpang lain. Terpaksa gadis itu harus mengalah.

Saat ia memandang jam tangannya yang menunjukan waktu sudah semakin sore. Seorang laki laki berhenti didepannya mengendarai motor ninja merah dan mengenakan jaket hitam. Cowo tersebut membuka kaca helmnya.

"Ayo naik" ajaknya ke gadis itu.

"Rio?" Tanyanya kaget.

"Udah ayo naik ,lo mau pulang gak?" Ajaknya sekali lagi.

"Gak usah deh, gue naik angkutan umum ajah. Takut ngerepotin makasih sebelumnya" tolak gadis itu

"Ini udah mau magrib, lagian angkutan umum udah jarang lewat kalo jam segini. Lagi pula disini rawan banyak preman, kalo lo diapa apain gimana? Gue gak mau lo kenapa napa. Mending pulang bareng gue" kata cowo itu benar, dan gadis itu meng-iyakan.

Gadis itu tak sangka, keajaiban apa hari ini. Bisa pulang sama seseorang yang membuat hatinya perlahan menyukai sosoknya. Dan bingung, cowo itu mulai baik lagi kepadanya.

"Pegangan, nanti lo jatoh. Gue gak mau tanggung jawab" ketusnya.

Karena ini adalah pertama kalinya ia pulang di bonceng naik motor oleh seorang laki laki. Maka ia pun nurut perkataannya.

"Emm Rumah lo dimana?" Tanya cowo itu.

Gadis itu memberitahu dimana ia tinggal. Saat sampai di pelantaran rumanhya. Cowo yang bernama Rio itu turun dan membuka helmnya.

"Makasih banyak ya" ucap gadis itu sambil tersenyum.

"Iya sama sama, lain kali kalo udah waktunya pulang langsung pulang. Biar gak kemaleman kayak tadi" katanya membuat detak jantung gadis itu tak karuan.

"Iya, tadi tuh lama karena angkutannya penuh trus"

"Tumben gak bawa mobil kenapa?" Tanyanya.

"Udah gak boleh, ama papah. Oh kalo boleh tau, tadi kok lo tiba tiba bisa ngajak gue buat naik kemotor lo? Lo kok bisa tau kalo gue nungguin di halte" kata gadis itu.

"Gue merhatiin lo sejak lo pulang lewat depan gue, ntah insting gue peka kalo yang barusan lewat itu lo. Dan bener, yaudah buru buru beresin pekerjaan gue. Trus gue ngikutin lo dari belakang" kata cowo itu bernada santai.

"Hah" gadis itu terkejut, seolah tak percaya cowo itu benar benar membuatnya semakin bercampur aduk perasaanya.

"Hmm maaf, bukannya ngusir. Lebih baik lo cepet pulang ya soalnya takut dilihat papah nanti jadinya timbul yang nggak nggak" lanjut gadis itu cemas sembari melongok di balik pagar rumahnya yang tinggi.

"Okey, yaudah sampai jumpa" cowo itu memakai helmnya kembali dan pergi.

"Han" papahnya mengejutkan dari belakang.

"Ya pah?" Gadis itu mulai panik, namun ia berusaha bersikap tenang supaya gak di curigai oleh papahnya.

"Tadi papah ngedenger kamu ngobrol sama seseorang, siapa? Trus mana orangnya?" Tanyanya membuat mata gadis itu melirik sana sini.

"Oh itu, abang ojek pah. Barusan aku pulang sama dia" ucapnya membalikan fakta supaya tidak kena marah karena barusan diantar pulang oleh seorang cowo.

"Yaudah yuk masuk" rangkul papahnya dan membawa anaknya masuk kedalam.

Waktu menunjukan pukul 20:00 gadis itu duduk di depan meja belajarnya dan masih terbayang bayang akan kejadian tadi.

Plukk!! Lemparan kertas mengenai kepalanya.

"Awww" ringis gadis itu sambil memegangi kepalanya.

"Bengong ajah dari tadi abang perhatiin" ucap seseorang yang berdiri di ambang pintu kamarnya.

"Bang Garta,, aaaa ya ampun. Kapan nyampe kesini, kok gak ngabarin Hana dulu sih" gadis itu sangat gembira, abangnya yang tengah kuliah di Bandung. Akhirnya pulang juga ke rumahnya.

"Kepo deh, mikirin apasih? Cowo ya?" Kata abanya meledek.

"Ishh mana ada sih bang, bang main PS yuk" ajak gadis itu menghindar dari tuduhan yang nggak nggak.

"Gak usah menghindar dari pertanyaan abang. Abang tau dari gerak gerik wajah kamu saat bengong tadi. Senyum senyum sendiri pula. Wahh adek abang sudah besar" katanya makin meledek.

"Ishh ishhh, mana ada mikirin cowo sih. Ayo ah kebawah" ajak gadis itu lalu menarik tangan abangnya.

"Emang siapa sih cowonya? Ganteng gak kayak abang? Hahaha" abangnya makin suka meledek adiknya.

"Abanggggg!!!" Teriak gadis itu membuat abangnya tertawa terbahak bahak.

***********************************
Hallo guys , yashh double update nih. Makin suka nih sama sosok Rio uhh bikin meleleh.

Yuk ah mampir beri tanda Bintang :*

Terima kasih

Salam hangat
Author ♡

Love Ketua Osis [REVISED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang