Jam menunjukan pukul 15:00, sore itu Rio sedang duduk manis di teras rumahnya. Sambil memainkan ponselnya, yang sedang saling tukar chat satu sama lain dengan kasihnya.
Bibir Rio tertarik keatas, membuat senyuman simpul saat memandang photo profil di whatsapp nya.
Tak sangka, akhirnya ia bisa mendapatkan hatinya. Begetar hatinya, kemudian ia teringat sesuatu. Rio langsung memijat tombol telpon. Tak lama kekasihnya langsung menjawabnya
Rio :Hallo, yang. Oh iya, tadi Adit telpon aku, dia bilang nanti kita di cafe tempat yang di janjiin adit. Bakalan ada Lia juga disana, nah ini kesempatan bagus kita buat ngejelasin ke dia.
Hana : Lia? Loh kok bisa ada di sana?
Rio : Nanti aku jelasin, aku gak bisa lama lama telpon ya. Maaf. Caca manggil aku.
Hana : Oh iya gapapa, sampai bertemu nanti.
Rio langsung menutup telponnya, kemudian mengirim pesan.
Rio : Sampai nanti, maaf ya langsung di matiin. Caca udah manggil aku terus.
Rio bergegas masuk kedalam, menghampiri caca adik satu satunya.
Di dalam kamar gadis itu, duduk di kursi meja belajarnya. Dia diam memikirkan apa yang harus ia bicarakan nanti ke Lia. Agar tak salah kata-kata yang bisa membuat hati Lia makin tersakiti. Sudah berkali kali, gadis itu mengirim chat kepadanya. Namun apa daya, chat puluhan yang ia kirim hanya di baca saja olehnya.
Gadis itu juga memikirkan bagaimana jika ia di posisi Lia saat ini, kecewa pasti. Tak lama ia bergegas bangkit berjalan menuju ke kamar mandi. Penat di pikirannya mungkin akan hilang sejenak, dan merasa rilex.
>0<
Gadis itu dan Rio sudah sampai di tempat dimana Adit janjikan.
"Kita bisa, kamu sudah siap kan? Dengan apa yang Lia ucapkan nanti? Jangan takut" ucap Rio, sambil membantu membukakan kunci helm yang di pakai gadis itu.
Sore ini, Rio. Menjemput tak lagi menggunakan mobil ayahnya. awalnya ia sudah bilang mobilnya akan di pinjam lagi, namun caca adiknya meminta sore ini ia mau ke toko mainan. Rio pun mengalah, dan pergi dengan motornya.
"Oh iya, Adit udah di meja samping jendela. Kayaknya gak terlalu jauh Adit ambil meja. Yuk" tangannya menggenggam tangan gadis itu. Lalu di ajak masuk.
Gadis itu sesekali mengatur nafasnya, deg degan yang di rasa hatinya. Siap menghadapi apa yang akan terjadi. Semuanya sudah terpikirkan dengan matang-matang.
Gadis itu melihat mereka duduk membelakangi mereka, nampaknya Lia sedang berngobrol ria dengan Adit. Awalnya ia takut, kehadirannya membuat Lia kecewa semakin dalam.
Rio langsung menarik tangannya, berjalan menuju ke arah mereka. Saat sampai di kursi mereka, punggung Adit di tepuk oleh Rio. Sontak, Lia dan Adit menengok ke belakang.
Namun, anehnya wajah Lia tak terkejut melihat kehadiran Rio dan gadis itu. Malah terlihat diam dan masih menampakan wajah jengkelnya.
"Eh yo, han ayo duduk" kata Adit, mereka pun menarik kursi kosong di depan berhadap dengan kursi Adit dan Lia.
Lia masih tampak diam, tak mengeluarkan kata sedikitpun. Ibarat basa basi saja ia tak lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Ketua Osis [REVISED]
Teen FictionPertemuan yang mengesalkan berbuah mengesankan...