Dilema

9.9K 438 18
                                        


Rio  :Selamat pagi , jangan lupa sarapan. Nanti ku jemput jam 7. Aku sayang kamu.

Gadis itu tergelak membaca pesan Rio . Ia tersenyum geli. Pertama kalinya ia mendapatkan pesan masuk seperti itu, terlebih lagi dari pacarnya.

Hana :Oke.

Balasnya singkat tak lebih dari 5 menit ponselnya kembali berdering.

Rio :Terlalu singkat, apa kamu gak ada kata kata lain untukku pagi ini?

Hana :Memangnya? Kamu mau aku jawab pesan seperti apa?

Itu jawaban yang dikirim oleh gadis itu kepada Rio. Ia mau melihat Rio menginginkan sebuah balasan yang sebenarnya ia tahu apa yang di mau oleh Rio.

Rio :Ucapkan selamat pagi untukku juga dong.

Hana :Oh jadi kamu hanya menginginkan ucapan selamat pagi?

Rio :Bukan begitu, kenapa kamu pagi pagi ini menyebalkan. Apa aku harus mengajarimu, cara membalas pesan untuk pacarnya?
Gadis itu tertawa geli membaca pesan darinya.

Hana :Boleh, apakah sulit?

Rio :Tidak sulit itu sangat mudah, nanti ku ajari, kamu siap siap dulu sana. Aku sudah ingin menuju ke rumahmu.

Pesan terakhir dari pacarnya, membuat gadis itu menengok ke arah jam tangannya. Gadis itu pun melesat keluar kamarnya menggendong tas.

"Kamu berangkat naik busway?" Tanya mamahnya membantu, menyiapkan kotak bekal berisi roti coklat.

"Aku berangkat bareng Rio" katanya membuat mamahnya tersenyum.

"Rio? Dia datang kesini?" Tanya mamahnya, gadis itu tersenyum mendelik bahunya.

"Apa kamu jadian sama dia?" Tanyanya membuat gadis itu menengok ke arah mamahnya.

"Hmm gimana ya, iya mah" kata gadis itu membuat mamahnya tersenyum

"Apa kamu yakin? Bagaimana dengan Lia?" Tanyanya membuat gadis itu terdiam.

"Aku belum memikirkan hal itu mah, aku baru saja menyelesaikan rana hatiku" kata gadis itu memasukan tempat makannya kedalam tas.

"Sulit, mamah pengen Rio menemui mamah meminta izin"ucap mamahnya jalan menuju kedepan rumah

"Izin? Izin untuk apa?" Tanya gadis itu bingung.

"Izin memacari anak gadis kesayangan mamah" kata mamahnya

Gadis itu memakai sepatunya sambil menunggu kedatangan sosok cowo yang dicintainya. Walaupun mamahnya sudah di depan menunggu kedatangan ditinya. Tak lebih dari 10 menit, sosok cowo itu sudah datang berhenti dengan motor dan jaket hitam khasnya.

"Selamat pagi tante" sapa cowo itu, tangannya mengayun salim.

"Rio ya, mau berangkat bareng sama hana? Tumben tumbenan" kata mamahnya setelah menerima uluran tangan cowo itu. Mamah gadis itu sebenernya sudah tahu kedatangan cowo itu kesini untuk menjemput anak perempuannya. Namun ia sengaja bungkam, sampai cowo itu yang memberitahu hubungannya dengan anak gadis itu.

"Iya tante, maaf tante bolehkah saya bicara sebentar" ucap cowo itu di bales anggukan olehnya. Tak lama dateng kebaradaan gadis itu dengan gaya seperti biasanya, kunciran satu kuda.

"Boleh, silahkan. Memangnya mau bicara apa?" Kata mamahnya , gadis itu bingung apa yang sedang di bicarakan oleh mamah dan Rio.

"Bolehkah saya berpacaran dengan anak tante? Kemarin sore saya sudah menyatakan perasaan kepadanya. Dan perasaan itu sudah terbalas dengan jawaban anak tante. Namun saya masih harus meminta izin kepada tante untuk menjalin hubungan sama anak tante" kata cowo itu menjelaskan semuanya

"Boleh saja, tante tidak melarang anak tante untuk menjalin hubungan dengan kamu. Tapi, kalian juga harus fokus dalam pelajaran juga. Jangan hanya memikirkan pacaran. Kalian masih dalam masa pacaran anak SMA, kalian manfaatkan pacaran ini untuk kegiatan positif. Seperti, belajar bersama, atau saling sharing pelajaran. Dan satu hal lagi, tante gak mau denger kamu nyakitin anak tante" kata mamahnya membuat gadis itu berkenyit dahi

"Siap tante, saya sudah janji kepada anak tante tidak akan pernah nyakitin ataupun mengecewakan anak tante"

"Yasudah, kalian berangkat sana. Nanti kesiangan" kata mamahnya, kemudian mereka bersalim padanya. Tak lama motor Rio sudah jauh dan tak terlihat lagi.

Saat motornya sudah hampir tiba di sekolahan, namun gadis itu menepuk pundak Rio untuk memberhentikan motornya.

"Ada apa? Kok berhenti disini?" Tanya Rio bingung

"Sebaiknya aku turun disini saja, aku gak mau orang lain liat kita berangkat sekolah bareng" kata gadis itu melepas helmnya, lalu turun dari motornya.

"Loh memangnya kenapa?" Tanya Rio masih bingung

"Udah sekarang aku turun disini, nanti ku jelaskan setelah sampai di sekolah melalui chat. Please kamu bisa kan ngabulin permintaan aku untuk turun disini" kata gadis itu tersenyum

"Tapi han? Kenapa sih? Kamu takut kalo yang lain tau kita pacaran?" Tanyanya lagi

"Udah lebih baik kamu simpan dulu pertanyaan kamu itu, nanti bakalan ku jawab. Sebaiknya kamu kesekolah duluan. Biar aku jalan, lagi pula sudah dekat" kata gadis itu meyakinkan Rio.

"Aku gak tega ninggalin kamu disini, cowo macam apa aku nurunin kamu disini. Ayo naik" kata cowo itu memegang tangan gadis itu.

"Udah, ini kan aku yang minta turun disini. Gapapa, ayolah kamu bisa kan jalanin permintaan aku. Kamu lebih baik duluan sana" kata gadis itu, walaupun dia merasa sakit jika harus begini. Baru hari pertama pacaran, sudah menghindar seperti ini. Bagaimana dengan hari hari berikutnya? Apakah harus masih menghindar dari sorotan anak anak yang mengidolakan Rio?.

Rio menghela nafasnya, ia tak tega meninggalkan pacaranya jalan seorang diri. Walaupun ia sudah biasa liat gadis itu mandiri semuanya dilakukan sendiri, tapi ntah kenapa rasanya berbeda. Dilihat wajahnya setelah tersenyum, sedikit ada goreng sakit dalam hatinya mengatakan bahwa gadis itu tidak kenapa napa.

Mau tak mau cowo itu harus menuruti permintaan pacarnya itu. Cowo itu mengusap lembut kepalanya, lalu menancapkan gas motornya. Ia melajukan motornya  lambat, supaya tak jauh dari keberadaan gadis itu. Sesekali ia melihat ke arah kaca spion, sungguh rasanya ia sangat jahat menuruti permintaan bodoh itu. Tapi ada benarnya juga.

Ia tak mau pacarnya tersakiti lagi, dengan cemoohan orang orang di sekolah. Menghindar memang pilihan yang tepat, tapi sampai kapan harus seperti ini?. Ia tak takut dengan reputasi di sekolahnya, kepopulerannya, atau lainnya. Lagi pula ia tak menginginkan hal itu, ia hanya menginginkan gadis itu tak ada yang lain. Tapi, ia juga harus memikirkan bagaimana nasib gadis itu. Ia tak boleh mengambil ego, ia benar benar harus memikirkan matang matang jalin hubungan dengannya.

Tak lama Rio sudah masuk kedalam pelantaran sekolah, setelah memakir motornya. Ia menunggu beberapa menit di atas motornya, menunggu keberadaan pacarnya tiba di dalam sekolah.

Namun setelah tiba, gadis itu jalan bersama dengan Lia teman sebangkunya. Ia tak mungkin menghampiri gadis itu, akhirnya Rio mengambil ponselnya di saku celana.

Rio : kamu dateng bersama lia, aku tak mungkin menghampirimu. Lebih baik aku menemuimu nanti istirahat saja, di perpustakaan. Oh ya kamu juga masih punya hutang jawaban dari pertanyaan ku tadi. Bye, see you. I love you.

****** ****** ****** ****** ****
Holaaa, yuhuu update lagi..  kasian ya, belum pacaran dilema, udah pacaran dilema lagi. Susah emang kalo pacaran sama orang populer di sekolah.

Aku bingung mau akhirin cerita ini sampai part berapa? Kadang aku jatuh cinta sama cerita ini, kadang juga males nulis, kadang juga rajin, kadang gak mau udahan sama cerita. Ya masa gitu trus sih.

Tenang ajah, masih panjang hehe ceritanya. Tunggu kelanjutannya see you.

Salam hangat, dariku.

Love Ketua Osis [REVISED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang