"Rio? Ngapain dia di rumah Lia??" Gumannya, sambil membuka tudung jaketnya. Mematikan lagu di ponselnya.
Rasa penasaran kian menjadi, membuat gadis itu mengayuh sepedanya dengan cepat. Tak peduli dengan angin yang mulai mengacak acak rambutnya.
Dilihatnya Rio tengah merangkul Lia menuju ke kursi di terasnya. Kaget bukan kepalang melihat kejadian itu. Hatinya bergetar. Melihat apa yang barusan di lakukan Rio kepada Lia. Muncul perasaan negatif menimbulkan sejumlah pernyataan di kepalanya.
Gadis itu berdiri di samping tembok pagar, mengintip perlahan agar tidak terlihat oleh keduanya. Niat hati ingin menghampiri keduanya, meminta penjelasan. Apa maksudnya? Kenapa ia bisa berduaan dengan Lia?. Namun hati kian memanas. Siapa yang tak cemburu melihatnya?
Air mata rasanya ingin mengalir deras, namun tertahan. Ia harus kuat, dan segera pergi dari rumah Lia. Semakin lama ia melihat kejadian itu semakin sakit hatinya. Lebih baik ia pulang dengan mengeluarkan emosinya di dalam kamarnya.
"Aku gak sangka, kalian berdua jalan berdua" kata gadis itu , lalu pergi menggunakan sepedanya. Gadis itu memakai tudung jaketnya kembali. Roda sepedanya melindas botol minum, menimbulkan suara yang membuat Rio dan Lia menengok ke sumber suara.
Rio berjalan menuju ke depan rumah Lia. Untuk mengetahui bunyi suara barusan. Ternyata hanya botol minuman yang terlindas. Saat ia menengok ke samping, melihat pengendara sepeda dengan menggunakan jaket hitam. Ia mengesimpulkan bahwa botol tersebut terlindas oleh ban sepeda berjaket hitam itu.
"Aneh, bunyi suaranya di sini tapi tuh orang gak keliatan disini ya. Lewat depan rumah ini juga nggak" guman Rio.
Rio segera masuk menghampiri Lia.
"Gimana? Pusingnya udah ilang? Maaf ya gue gak bisa nemenin lo lama. Jaga kesehatan" kata Rio ke Lia
"Iya udah lumayan, makasih banget ya yo. Udah nolongin gue pas pingsan tadi di minimarket. Untung ada lo nolong gue" kata Lia
"Iya sama-sama. Tapi lo beneran udah mendingan kan?" tanyanya lagi memastikan
"Iya udah gapapa, makasih banget ya yo. Yaudah langsung balik ajah yo, gak enak takut ada yang liat nanti jadi salah paham" kata Lia di jawab anggukan oleh Rio.
Di lain itu, Gadis itu mengayuh sepedanya dengan cepat. Seperti mendadak menjadi seorang pembalap liar. Di perjalanan, air matanya mengalir deras. Tak kuat terus mengayuh sepeda. Ia berhenti di sebuh taman dekat masjid. Oleh oleh dari abangnya untuk Lia tak jadi di berikan.
Ia duduk di bangku taman seorang diri, hanya suara air mancur yang menemani kesunyian malam ini. Ia tertunduk menangis, mengingat kejadian tadi. Membuat gadis itu memukul-mukul pahanya dengan tangannya.
Rambutnya tampak berantakan. Emosinya makin menjadi, tangannya di kepalkan seperti ada rasa dendam di hatinya.
Ia mengesimpulkan bahwa kejadian tadi itu berupa perselingkuhan.
"Lantas omongan kemarin ia mencintai Hana itu apa?? Sebuah omong kosong?" Kata gadis itu.
Matanya tampak menatap langit, lalu sekejap ia memejamkan matanya. Air matanya turun perlahan membasahi pipi.
"Tegar dong han, masa baru kayak gini ajah udah nangis" gumannya.
Ia menarik nafas, berusaha mengontrol dirinya. Air matanya di hapus. Ia langsung memakai earphonenya kembali memutar lagu lagunya untuk menenangkan hatinya.
Beberapa menit disana, sambil menikmati suasana malam. Ponselnya bergetar, muncul beberapa pesan dari Rio pacarnya.
Namun pesannya sengaja ia abaikan, terasa menyebalkan mengingat apa yang di lakukan ia tadi.
Merasa ada apa-apa dengan gadis itu karena pesannya di abaikan. Rio menelpon gadis itu. Namun lagi-lagi di abaikan.
Gadis itu bergegas menuju kesepedanya kembali pulang, merasa hari semakin malam.
"Terimakasih untuk malam ini, sebuah kejutan besar" katanya.
Sesampai di rumah, gadis itu masih menenteng bungkus oleh-oleh untuk Lia dari abangnya. Wajahnya terlihat kucel, matanya sembab.
"loh, kamu kenapa? Kok matanya sembab. Trus itu bungkus oleh-oleh kenapa di bawa pulang lagi?" Tanya abangnya berdiri di depan pintu.
"Kelilipan, trus kena angin malam akibat ngebut tadi. Dah nih pegang Lia gak ada di rumah. Melelahkan saja" kata gadis itu terlihat lesu, langsung masuk kedalam.
Gadis itu langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur. Ponselnya masih saja bergetar. 7 panggilan tak terjawab dari Rio.
"Kalo gini jadinya, lebih baik aku tadi gak kerumah Lia jadi gak tau kejadian itu dan gak tau apa-apa. Jadinya gak ngerasain sakit lagi kayak gini" gumannya
"Kenapa sih, selalu ajah ada masalah baru dateng ke aku. Gak puas apa buat masalah yang lalu lalu nyakitin aku??" Katanya berbicara sendiri.
"Ya tapi aku juga percaya kalau dia gak bakalan selingkuh. Apalagi selingkuh sama sahabat aku sendiri. Ya tapi kejadian tadi itu apa maksudnya??" Ocehannya trus menanyakan perihal tadi, walaupun tak ada orang yang akan menjawab rentetan pertanyaan gadis itu.
Tak kuat mendengar ponselnya yang trus menerus berbunyi. Akhirnya gadis itu membalas puluhan chat yang dikirim Rio.
Jarinya baru saja ingin mengetik pesan, sudah di dahului telpon masuknya darinya.
"Kamu kenapa gak jawab pesan aku? Telpon aku juga gak di angkat? Kamu kenapa?" Tanyanya langsung.
"Oh, aku .. aku tadi ninggalin ponsel aku di kamar. Karena.. karena di cas iya di cas" kata gadis itu berbohong, ia tak akan menampakan kekesalannya walaupun hanya di telpon. Setidaknya ia harus bersikap sabar dan dewasa.
"Oh, di cas. Pantesan.. aku kangen kamu. Ada yang ingin aku ceritain..."
Kangen? Apa? dia bilang kangen?, kenapa ia terus mengeluarkan pembicaraan omong kosong tersebut?. Decaknya gadis itu sangat pelan. Terlihat sangat menyebalkan bukan?
"Kangen? Kamu tuh.. oh hmm aku juga kangen kamu. Cerita? Cerita apa?. Oh iya aku gak bisa lama-lama besok kan kita sekolah jadinya gak bisa telponan sampai larut malam, aku ngantuk. Oke bye Rio.." katanya menyudahi pembicaraannya.
Belum sempat Rio bercerita pasal kejadian tadi dengan Lia. Namun telponnya sudah di akhiri oleh gadis itu. Menurut gadis itu lama-lama bertelponan dengannya sama saja membuang waktu untuk pria yang telah mencabik-cabik hatinya.
"Maaf yo, aku gak bisa lama-lama sama kamu. Udah cukup sakit aku liat kamu tadi sama Lia." Gumannya. "Aku sayang kamu yo, kenapa kamu malah kayak gitu sama aku?" Katanya. Lagi.
"Huh, masa kayak gini letoy banget sih Han. Kamu harus tanya ke dia besok. Kalo bisa introgasi!! Kamu harus siap denger jawabannya. Kamu harus tegar" Katanya semangatnya membara, ingin mengetahui apa kejadian malam ini.
Gadis itu menuju ke kasurnya, menarik nafasnya dalam-dalam. Tak lama ia terlelap tidur.
******************************
Hampa terasa hidupku tanpa dirimu~~Bagaimana dengan part ini? Baper gak??
Author lagi semangat nulis nih, karena author lagi galau :(( *curcol..Kalo author galau, pasti cepet dapet ide :3 mantep kan
Yuk yukk mampir vote dan comment ceritaku...
Salam Hangat
Hana Azizah Ramadhani
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Ketua Osis [REVISED]
Ficção AdolescentePertemuan yang mengesalkan berbuah mengesankan...