[18] A Fair

24.2K 1.7K 187
                                    

SELESAI kuliah hari ini, Thalia singgah di Gelanggang Mahasiswa bersama Pevita, berbaur dengan keramaian, mengikutin Pevita yang mendatangi stan satu ke stan lain. Hari ini kampus mengadakan pameran khusus UKM yang jelas sekali menarik seluruh mahasiswa baru tahun ini.

UKM atau Unit Kegiatan Mahasiswa, semacam kegiatan ekstrakulikuler versi kampus. Hampir berbagai bidang ada. Mulai dari olahraga, jurnalis, sains, pecinta alam, hingga seni juga ada. Pameran ini sekaligus menjadi ajang open recruitment​ untuk para mahasiswa baru yang ingin mencari kegiatan di luar kuliah seperti menyalurkan hobi yang mereka miliki. Dengan total 52 bidang yang ada, kampus pun membuka acara ini selama tiga hari.

“Hah! Ini dia yang gue cari!” Pevita adalah yang paling bersemangat sejak masuk ke lokasi acara. Dia sudah menggenggam banyak brosur dari berbagai stan yang sempat didatanginya. Dan kini, dia menarik Thalia yang tampaknya tidak antusias itu untuk menghampiri stan UKM EDS.

EDS merupakan singkatan dari English Debate Society. Unit ini memiliki profil yang cukup gemilang di kampus. Sering menjuarai kompetisi debat tingkat daerah hingga nasional. Bahkan pernah menoreh prestasi di internasional juga. Wajar jika Pevita tampak berminat sekali untuk bergabung di sana. Selain kegemarannya mengikuti perkembangan musik dan film barat, Pevita memang jagonya menguasai komunikasi berbahasa Inggris. Gadis itu sudah menjadi translator andalan Thalia.

Sementara Pevita sibuk menggali informasi dari salah satu kakak anggota EDS, Thalia memilih untuk keluar dari stan tersebut untuk melihat-lihat. Sejujurnya Thalia tidak memiliki minat untuk mengikuti kegiatan ini, meski banyak yang bilang bahwa mengikuti UKM merupakan kewajiban, tetap saja Thalia tidak memiliki niat sedikit pun untuk mengikuti salah satunya. Beda dengan Pevita, Thalia bahkan tidak menggenggam brosur apapun di tangannya.

Langkah pelannya terhenti di depan stan Paduan Suara Mahasiswa. Bukan karena tertarik dengan unit tersebut, Thalia tertegun karena ternyata ada Keisha yang disibukkan oleh gerombolan mahasiswa yang sepertinya sedang mencari informasi darinya.

Aah, jadi Keisha anggota paduan suara di sini? Dulu, gadis itu juga merupakan anggota paduan suara di sekolah. Tidak diragukan lagi bahwa itulah hobi Keisha. Apalagi gadis itu memang memiliki suara merdu yang lembut.

Suara kamu juga bagus loh, Tha. Kenapa nggak ikutan padus?”

Aku nggak pede.”

Ih, 'kan bareng aku. Nyanyinya juga bareng yang lain ini.”

Tetep aja, seleksinya 'kan aku harus nyanyi di depan anggota dulu. Nggak mau, ah.”

Nggak mau tampil di depan orang tapi kamu pede-pede aja nyanyi di depan aku.”

“'Kan cuma kamu yang dengerin.”

Kalau Julian yang dengerin, kamu mau?”

Thalia terhenyak di atas kedua kakinya. Kemudian menggeleng keras demi menepis memori yang tiba-tiba muncul tanpa dia mau. Padahal, dia merasa sudah berhasil melupakan semuanya. Termasuk seseorang yang sudah semestinya musnah dari ingatannya.

Thalia menyelipkan rambutnya ke balik telinga ketika matanya tak sengaja bertemu pandang dengan Keisha. Gadis berambut panjang itu ternyata sudah menemukannya. Buru-buru Thalia membuang muka, membuka langkah pergi dari sana. Meninggalkan Keisha yang hampir memberikan senyum padanya, namun berakhir dengan lengkungan menyendu.

S P L E N D I DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang