[56] Gone Cold

13.8K 1.4K 209
                                    

"In the end, I made you cry."

-

GILANG masuk ke dalam rumah dan langsung menjeblak pintu kamarnya. Benar saja, dia menemukan lelaki itu di sana dan tengah mengemas isi ranselnya. Sudah cukup mendesak emosi Gilang dan begitu saja menarik lelaki itu untuk ia berikan tinjuan keras.

Atha tersentak jatuh ke tempat tidur Gilang. Terdiam begitu saja, tidak berniat melawan dan membiarkan napas memburu temannya itu terdengar amat jelas.

"Maksud lo apaan, Tha?" Gilang mendesis tajam seraya menarik Atha untuk ia beri cekalan menuntut. "Maksud lo apaan ngasarin Mbak Thalia kayak tadi, hah?!"

Atha melepas tangan-tangan Gilang di lehernya begitu saja. Menyingkir dari hadapan temannya sembari menyeret ranselnya tanpa berkata apapun. Tetapi Gilang tidak tinggal diam, mencengkeram bahu Atha agar kembali menghadapnya.

"Lo belum kelar sama gue, Tha!!"

"Dan lo nggak berhak buat ikut campur!" Atha akhirnya melawan. Mendorong Gilang menjauh disertai delikan menggertak. "Ini bukan urusan lo. Mending simpan tangan lo itu dan pikirin hidup lo sendiri."

"Ngelihat lo nyakitin cewek lo sendiri kayak tadi, lo pikir gue bakalan diam aja?! Atha yang gue tau nggak mungkin ngomong sekasar itu sama cewek apalagi dia itu Mbak Thalia!!"

Atha menyeringai sinis. "Lo pikir gue selembek itu? Sepeduli itu lo ke dia, sampe rela mukulin gue? Nggak sekalian lo ambil aja dia?"

"Lo beneran udah nggak waras, Tha!"

Gilang semakin naik pitam. Menerjang Atha hingga membentur dinding kamar. Kini sungguh-sungguh mencekik leher Atha.

"Lo boleh marah sama apa yang udah nimpa lo! Gue masih tolerir lo yang ngerokok berbatang-batang karena gue ngerti! Tapi gue udah nggak ngerti dengan cara lo lampiasin itu semua ke Mbak Thalia! Dia bahkan lebih mikirin lo sampe nyariin lo! Sedangkan lo malah dengan seenaknya ngejatuhin dia kayak tadi?! Lo tuh lagi simulasi jadi jadi cowok bangsat, hah!!"

"Masya Allah, ini kenapa, toh?!" Bi Susi yang mendengar keributan dari dapur segera kemari dan terkejut bukan main melihat keadaan mereka. "Mas Gilang, kalau ada masalah mbok yo bicarakan baik-baik! Jangan sampai main tangan begitu!"

"Dia udah nggak mempan dibaikin! Otaknya beneran udah rusak kayak kelakuan brengseknya!!"

Bi Susi mengesah melihat betapa marahnya Gilang saat ini. Mengenal Gilang yang lebih banyak bertindak konyol, melihatnya seperti ini jelas menunjukkan bahwa seorang Gilang sudah kehabisan kesabaran.

"Apa lo udah lupa sama rasa sayang lo ke dia? Lo udah lupa gimana getolnya lo buat selamatin dia dari traumanya?! Lo udah lupa gimana lo anggap dia berharga? Lo begini karena keinginan lo sendiri, Tha!! Terus dengan kurang ajarnya lo malah bikin dia harus nanggung semuanya sendirian! Logika lo tuh ke mana?! Otak pinter lo tuh dipake, makanya!!"

"Otak gue bahkan udah hilang sejak make perasaan ke dia."

Balasan datar Atha mengatup mulut Gilang. Tatapan dinginnya yang menyala-nyala, beradu dengan manik hitam Gilang yang membeliak akan emosi.

"Logika gue udah mati sejak ngasih semua rasa ke dia. Dan lo nggak bakal pernah ngerti, gimana rasanya hancur karena perasaan lo sendiri."

Gilang terpaksa mundur setelah Atha menghempas kuat tangannya. Membiarkan temannya itu pergi seraya membawa ranselnya. Menyisakan dirinya yang tercenung di atas kedua kakinya.

"Mas Atha mau ke mana? Haduh, diobatin dulu mukanya. Berdarah lagi itu." Bi Susi tergopoh mengikuti. Namun ia terpaksa berhenti tatkala melihat lelaki itu terdiam di teras rumah.

S P L E N D I DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang