“Run to me, and I will protect you. I mean it.”
THALIA membuka mata cepat begitu mendengar suara pintu ruangan ini terbuka. Ia segera mendudukkan diri, secara tak langsung menyambut kedatangan Atha yang melangkah cepat mendekat. Thalia bahkan sudah siap bicara ketika tatapannya lebih dulu menemukan hal yang mengejutkannya.
“Muka kamu kenapa?”
Atha tidak menjawab. Lebih tertarik menyimpan ponsel Thalia—yang berhasil dia dapatkan secara paksa—ke dalam tas Thalia. Dan itu masih disaksikan oleh pemiliknya. Sekaligus menumpuk kecemasan di benak Thalia.
“Atha, kamu kenapa? Kamu kebentur apa sampai berdarah gitu?”
Barulah Atha menaruh atensinya pada Thalia. Menyelami sinar kekhawatiran itu memang ditujukan hanya padanya. Malah membuatnya sedikit ingin tertawa mengingat bagaimana kondisi Thalia lebih mengkhawatirkan dibanding dirinya.
“Gue panggilin taksi dan udah ditunggu di depan. Lo tinggal pilih, naik ke punggung gue atau gue yang gendong lo?”
“Eh? Ma-maksud kamu?”
Atha menjejalkan sepatu Thalia ke dalam tas sebelum mencangklongnya ke bahu. Lelaki itu seolah tidak mau menunggu.
“Kalo gitu biar gue yang milih.”
Atha menyibak selimutnya, menyelipkan kedua tangannya ke bawah lutut juga punggung Thalia untuk kemudian mengangkat tubuh gadis itu tanpa kesulitan. Thalia tak dapat melakukan apapun selain mencari pegangan di bahu lelaki itu.
Keterdiaman Atha dalam tidak menjawab kebingungan Thalia sudah cukup menjelaskan bahwa lelaki itu tidak mau diusik untuk masalah luka maupun lebam di wajahnya. Thalia sendiri segera memilih menyembunyikan wajahnya begitu Atha membawanya keluar dan menjadi tontonan ketiga temannya yang ternyata masih menunggu.
“Jangan lupa bawa pulang motor gue.”
Entah Atha bicara pada siapa, Thalia tidak mau mengambil pusing. Tanpa sadar dia justru mengalungkan kedua tangannya di leher Atha. Memastikan bahwa dia tidak akan merosot jatuh meski sebenarnya itu tidak akan terjadi.
Untuk saat ini, Thalia hanya perlu meresapi kehangatan milik Atha yang sekali lagi menenangkan batinnya.
****
Sejak Atha mendudukkan Thalia di ruang tamu, ia tidak berbuat banyak dan membiarkan lelaki itu berkomunikasi dengan Justin yang berhasil mengantarkan motornya pulang. Sesekali Thalia akan mengintip ke luar, mendapati tidak hanya Justin namun Satria juga Vernan tampak serius sekali bicara dengan Atha yang berdiri membelakangi. Jadi Thalia tidak dapat melihat ekspresi lelaki itu.
Hingga akhirnya ketiga lelaki itu melewati Atha, berhenti di ambang pintu hanya untuk memamerkan senyum pada Thalia sekaligus melambaikan tangan sebelum memberikan beberapa patah kata.
“Cepet sembuh ya, Mbak. Jangan nangis lagi kayak tadi. Saya jadi ikut sedih soalnya.”
“Jangan bikin cemas Atha, Mbak. Saya malah khawatir sama Mbaknya.”
“Atha nyeremin ya, Mbak. Maklumin aja, dia kalo udah marah begitu.”
Lalu Atha memukul kepala ketiganya penuh kesal. Vernan lebih menderita karena Atha menarik kasar kerahnya hingga terseret mundur. Satria malah terbahak sembari menyelamatkan Vernan, sedang Justin sudah kabur lebih dulu.
Setidaknya melihat perlakuan mereka sudah cukup menghibur Thalia. Hatinya semakin menghangat. Mengatakan bahwa dia sudah tidak apa-apa sekarang. Sudah aman.
KAMU SEDANG MEMBACA
S P L E N D I D
Romantik[SUDAH TERBIT ; INDIE] Thalia akan tinggal bersama pamannya yang masih hidup sendiri di usianya yang sudah terlampau matang. Namun ternyata, ada orang lain yang sudah menemani paman gantengnya itu sebelum Thalia memutuskan untuk pindah. Jangan salah...