[52] Boomerang

14.9K 1.5K 221
                                    

[Peringatan!]

Adegan kekerasan dan umpatan kasar.

Mohon bijak dalam membaca. Jangan kebawa emosi(?)

Happy reading!

SEJAK menemukan presensi Julian, Atha melangkah cepat keluar dari lapangan parkir. Ada yang langsung meledak hebat di dalam dirinya melihat orang yang selama ini dicarinya keluar dari gedung seraya merangkul seorang perempuan menuju parkiran mobil. Hanya karena kondisi tak lagi seramai di jam biasa, mereka seolah bebas untuk bermesraan di sepanjang langkah.

Menyulut emosi yang selama ini mengendap di benak Atha. Lalu kaki-kaki panjangnya berlari mempersingkat waktu sebelum Julian berhasil membuka pintu mobil berwarna hitam tersebut, merenggut lehernya lalu mendorongnya menubruk badan mobil hingga perempuan yang tengah bersamanya terpekik kaget.

“Apa-apaan lo—“

“Lo tau apa tujuan gue kemari,” sambar Atha tajam. “Setelah berani neror Thalia, lo masih nyari mangsa lain buat lo mainin. Ternyata lo itu nggak cuma brengsek tapi udah jadi psikopat bajingan!”

“Apa-apaan ini? Lo siapa?!” perempuan itu mencoba menggertak, namun tak berani mendekat. Sehingga ia tidak mendengar bagaimana Julian berbicara dengan sunggingan miringnya.

“Setelah hampir seminggu berlalu, lo baru berhasil nemuin gue sekarang?”

“Setelah hampir seminggu berlalu, udah berapa banyak cewek yang lo jadiin korban setelah Thalia?” tangan Atha semakin mencekiknya, “Gue rasa lo emang udah nggak kenal rasa takut sekalipun harus mati.”

Hanya dalam sekejap Atha melayangkan tinjuan untuk Julian. Perempuan itu memekik terkesiap. Pasalnya Julian langsung memberi balasan hingga Atha tersentak mundur.

“Ini ada apa, sih?! Lo tuh siapa dateng-dateng langsung ngajakin berantem cowok gue?!” Perempuan itu berteriak marah. Mencoba mendorong Atha menjauh dari Julian namun Atha menangkisnya kasar, memberinya tatapan bengis sebelum kembali menyambar Julian dengan kedua tangannya.

“Sebajingan ini lo ternyata sama cewek,” desis Atha marah. Memberi tinjuan lagi di wajah Julian. Gerak refleknya lebih cepat dari serangan balasan Julian di mana kaki panjangnya mendapat giliran untuk mendengang lelaki itu hingga terhempas mundur. 

“Lo mainin cewek lain di saat lo udah bikin Thalia trauma. Dan lo masih dengan kurang ajarnya datangin Thalia sampai dia nyaris depresi. Lo tuh emang si bangsat yang cuma punya otak di selangkangan!”

Julian menyeringai dengan napas tersengal. Seakan umpatan Atha tak lagi memengaruhinya. Ia justru merangsek maju, meladeni kemarahan Atha dan perkelahian pun tak dapat dihindari.

Teriakan meminta tolong adalah yang perempuan itu keluarkan. Mengingat di waktu malam seperti ini kampus tak lagi ramai, sumpah serapah maupun kepalan tangan yang membentur kulit hingga ke tulang terdengar cukup nyaring. Muncullah beberapa pemuda yang langsung menarik Atha menjauh dari Julian. Atha harus menggeram marah melihat mereka ternyata orang-orang yang pernah ia temui.

“Lo lagi ternyata. Nih bocah SMA emang mau nyari perkara, ya!”

“Urusan gue cuma sama dia.” Atha menuding Julian yang tersembunyi di belakang. “Minggir lo semua.”

“Urusan apa, emang?” satu lainnya maju, menyentak kasar bahu Atha penuh pongah. “Pake sopan santun. Masih bocah udah banyak tingkah lo, ya. Mau sok jadi jagoan lo, hah?”

S P L E N D I DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang