[59] The Way We Used To Be

19.6K 1.5K 171
                                        

"Because you are the reason why I smile, I laugh, I love, I live."

MENJADI hal mengejutkan bagi Gilang melihat keduanya datang bersama ke rumahnya. Mata Gilang sampai melotot karena saking tidak percayanya menyaksikan Atha kembali tidak hanya bersama mobilnya, namun bersama gadis yang kini sudah memamerkan senyum untuknya.

Thalia bahkan melambaikan tangan padanya. Meski agaknya mulai salah tingkah karena Gilang mendelik kaget melihatnya.

"Wah, mimpi apaan gue semalem ngeliat si Mbak dateng sama lo begini?"

Cebikan disertai mata berotasi dari Atha menjadi jawaban. Tangannya meraup wajah melongo Gilang agar temannya itu berhenti memandang aneh Thalianya, menyeretnya masuk ke dalam sebelum mengambil kunci motor yang tersimpan di meja.

"Woy, Tha, apa-apaan ini? Kok lo udah sama si Mbak aja? Ngapain juga lo bawa si Mbak kemari, Njir?!"

"Gue pinjem helm satu, ya."

"Si bangke! Nanya ini gue, serius!"

Suara nyaring Gilang menarik atensi Daniel untuk keluar dari kamar, kemudian terpana melihat kedatangan Atha. Juga menemukan Thalia yang sempat tertegun melihatnya dari ambang pintu sebelum kemudian tersenyum ringan padanya.

"Kamu udah baik, Tha?"

Tepat setelah Atha melewatinya, Daniel bersuara. Melihat Thalia yang kini menumbuk fokus pada lelaki itu serta mengangguk sebagai jawaban.

"Kamu kapan sampai rumah?"

"Udah lama, kok." Daniel tersenyum kemudian. "Syukur deh kalau kamu udah baikan gini."

Thalia baru akan bicara lagi ketika Atha lebih dulu menggandengnya pergi dari sana, menuju motornya yang terparkir tepat di sebelah mobil milik Gilang. Menjauhkannya dari pandangan Daniel.

"Tunggu, tunggu, tunggu!!" Gilang langsung menghadang keduanya. "Lo nggak boleh keluar gitu aja, Tha. Bau-baunya lo bakalan bawa kabur si Mbak jauh-jauh dari rumah, iya 'kan?"

"Udah tau ngapain nanya lagi?"

Gilang mendelik lagi. Sungguh terkejut mendengar jawaban santai Atha. Si jangkung itu malah lebih tertarik memakaikan helmnya sendiri di kepala Thalia sedangkan dia mengenakan helm Gilang. Melihat gadis itu malah tersipu-sipu, Gilang nyaris tak habis pikir dengan skenario apa yang sedang dia lihat saat ini.

"Lo berdua lagi nggak bikin rencana aneh-aneh, 'kan?" Gilang menudingkan telunjuknya pada Atha. "Lo bisa mati di tangan Pak Fahri kalo nekat gini, Tha! Nggak sayang sama nyawa lo emang?! Kalo mau jadi edan nggak usah bawa-bawa anak orang, kasian si Mbak!"

Gilang sampai menggerak-gerakkan tangannya membentuk tanda silang besar di depan wajah Atha yang mulai jerah. "Bawa balik si Mbak sekarang! Bawa balik! Ponakan orang itu! Anak orang! Dicariin entar!"

"Berisik amat lo. Minggir, nggak?" Atha menggertak malas. Memainkan stang motornya hingga roda depan menyenggol keras kaki Gilang dan empunya mengaduh sakit. Atha lantas terhenyak berkat Thalia memukul lengannya.

"Jangan kasar-kasar sama teman," tegur Thalia. "Saya sama Atha cuma mau jalan-jalan sebentar, kok. Cari udara segar," lalu memberikan senyum yang tampak meyakinkan sekali sampai-sampai Gilang luluh melihatnya.

"Jawab kayak si Mbak apa susahnya sih, Tha? Bikin orang panikan aja lo dasar!"

"Elonya aja yang parnoan jadi cowok. Alay dasar," cibir Atha. Tangannya dengan mudah menarik Thalia untuk segera naik ke boncengannya. "Kalo ada yang nanyain Thalia bilang aja nggak tau. Terus barang-barang gue masih di mobil. Bawain aja ke kamar, biar gue yang beresin ntar."

S P L E N D I DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang