Part 40 : this is the worst nightmare ever

341 22 2
                                    

Part 40 - this is the worst nightmare ever

Justin's POV

Angin malam berhembus semakin kencang menusuk di tulang-tulangku. Aku berjalan memasukki mobil untuk menghangatkan diriku. Ku lihat jam yang ada di dalam ponsel. Jam 3 pagi dan memutuskan untuk pergi mencari Kylie lagi. Ia gadis yang kuat, dan aku percaya ia pasti akan bertahan sampai aku datang menolongnya.

Nash terus menghubungiku menyuruhku pulang, tapi aku tidak mau. Tidak sebelum aku menemukan pacarku. Ku putuskan untuk menelepon polisi lagi berharap mereka bisa menemukan Kylie.

Aku mengendari mobilku pelan melewati sebuah hutan dimana markas tua the scorpions berada dan kemudian berhenti. Entah kenapa hatiku bilang Kylie ada disini tapi kemudian aku teringat kalau bukan Shawn yang merencanakan ini semua... aku lalu turun dan berjalan menuju markas tua itu. Mencoba tidak ada salahnya bukan?

Saat aku tengah berjalan, aku mendengar langkah kaki juga suara teriakkan seseorang. "Jangan coba untuk kabur!" Teriak seorang pria. Kylie. Apa itu benar dia?

Aku berlari menuju arah suara itu dan menemukan seorang gadis yang tengah berlari sambil sesekali terjatuh ke tanah. "Ku mohon, bantu aku" ujar gadis itu berusaha untuk berlari lagi tapi ia terjatuh.

Kylie! Aku yakin sekali itu dia! Aku segera berjalan ke arahnya dan memeluknya erat. Ia merintih kesakitan. Kaki dan tangannya penuh luka, kedua pipinya memar juga tergores, dan juga bibirnya. My heart hurts seeing her like this. Aku kemudian mengepalkan tanganku emosi. He kissed her! That fvcking jerk kiss my girl! Ia akan membayar atas apa yang telah ia lakukan padanya dan aku akan membuatnya menderita!

"Justin.. please... get me out from here, they are coming" beberapa suara langkah kaki semakin mendekat. aku mengangguk pelan dan langsung membawanya pergi.

"Kylie... kita sedang dalam perjalanan ke rumah sakit. You have to stay strong, okay?" Tanyaku lembut tapi ia tidak menjawab. Oh tidak! Aku mempercepat laju mobilku dan segera menggendong Kylie menuju rumah sakit yang sama dimana orang tua Caitlin di rawat.

"Suster! Dokter! Anyone! Please help!" Teriakku. Beberapa suster langsung berlari ke arahku dan menunjukkan kamar inap untuk Kylie.

"Babe... stay strong, for me, okay?" Aku menghusap rambutnya lembut. Ia tidak meresponku, sedangkan seorang suster terus menyuruhku untuk keluar ruangan agar mereka bisa memeriksa kondisi pacarku.

Ponselku berbunyi, Cam meneleponku. Aku langsung mengangkatnya. Belum sempat ia berbicara, aku langsung bilang kalau Kylie sudah ketemu. Dan kini, mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit.

Beberapa menit kemudian, seorang suster keluar dari kamar inap Kylie. Aku menghampirinya berharap ia akan mengatakan kalau pacarku baik-baik saja. Tapi wanita itu hanya membersihkan lukanya dan memberinya obat. Ia tidak memeriksa keadaan Kylie. Suster seperti apa dia?!

Disaat seperti ini, aku hanya bisa berharap ia akan baik-baik saja dan untuk kali ini, aku menyalahkan diriku sendiri. Kalau saja tadi aku tidak meninggalkan Kylie sendirian di rumah, ini semua tidak akan terjadi..

Aku berjalan pelan memasuki ruang inap Kylie. Seluruh tubuh dan wajahnya penuh luka memar. I hate seeing her like this. Lengan kiri dan pipinya di perban, bibirnya juga luka.

Semuanya datang, termasuk Caitlin. Mereka masuk ke kamarnya dan melihat Kylie yang sedang terbaring lemah dengan infus dan alat pernafasan menutupi hidung dan mulutnya.

"Im sorry..." ujar Caitlin menundukkan kepalanya. Gadis itu ternyata masih punya rasa bersalah. Tapi aku tidak bisa menyalahkannya juga karena semua pilihan itu ada di tanganku pada saat itu.

bad boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang