Justin's pov
ku rasa aku sudah terlalu banyak menceritakan kehidupanku kepada Kylie. sebelumnya, aku sama sekali tidak pernah bercerita tentang ini kepada siapa pun termasuk mantanku dulu. one of the reason why I'm still single is because every time I'm close with a girl, she always end up runaway from me. tapi kali ini Kylie berbeda, ia tidak pernah berusaha untuk lari dariku.
aku meraih iPhoneku dan mendial nomor Lautner menyuruhnya untuk membawa si pembuat bom datang. beberapa menit kemudian, pintu rumahku terbuka. semua anggota South West telah berkumpul dan ada seseorang yang tidak asing bagiku.
"I need you to stay here. don't go downstairs, okay..." Kylie mengangguk pelan.
"good. wait for me here" aku mengecup keningnya lalu menemui memberku.
Jason McCann telah datang, he smirked at me. kalau bukan karena aku membutuhkan keahliannya aku sudah mengusirnya. aku ga suka melihatnya karena ada masalah beberapa waktu lalu dengannya. urusan pribadi dan dia lah orang yang membuatku jatuh di dunia gelap ini.
"miss me that much Bieber?" he smirked. aku tidak menjawabnya karena tak ingin membuat keributan.
"what's your plan?" tanyaku kepada semua member.
"we need some bom. Jason akan disini selama beberapa hari untuk merancang beberapa bom" jawab Lautner.
"aku ingin bermain dengan the scorpions terlebih dahulu sebelum kita mulai game yang sebenarnya... kita bisa membunuh beberapa dari mereka tapi tanpa jejak...."
'justin...' sebuah suara menghentikan pembicaraanku. Kylie berdiri agak jauh di belakangku. aku berdecak sebal. tak bisakah ia mendengar kata-kataku? aku menghampirinya.
"woah... who's beautiful chick is that?" Jason langsung menghampiri kami menggoda Kylie.
"back off!" bentakku karena Jason berusaha untuk menyentuh Kylie dan aku benci itu.
"wow... little Bieber is mad. so I guess that's yours sex toy?" aku menarik kerah baju McCann, ia berhasil membuatku emosi kali ini.
"stop it McCann" I threatened sambil mendorongnya kuat di dinding. ruangan ini menjadi ricuh.
"what a beautiful chick. I want you" ujar Jason tak mau kalah. aku langsung memberinya sebuah pukulan di wajahnya. wajahku panas, emosiku sudah memuncak.
"I dare you to fucking stop it!" bentakku lagi di depan wajahnya.
"what's your problem dude? she's not even yours!" kini giliran McCann yang memukulku.
'Justin...stop' samar-samar aku mendengar suara Kylie bergetar. Lautner, Nash dan Cam berusaha untuk melerai.
"what the fuck do you want? I'm not done with that bastard. let me go" aku memberontak karena Nash dan Cam memegangku erat sedangkan Jason meringis kesakitan di bantu oleh Lautner. sepasang lengan memelukku erat sambil menangis. emosiku mulai menurun and thanks to Kylie. aku memeluknya dan menarik tangannya mengajaknya pergi.
"fucking talk about her again, I'll kill your ass off! I warned you!" aku menarik kerah bajunya dan mendorongnya kuat ke dinding lalu pergi dengan Kylie.
ku hidup kan mesin mobilku dan membawa kami pergi. Kylie masih menangis dari tadi dan itu membuatku kesal. aku sedang emosi dan ia menangis? oh god.
"stop crying" ujarku dingin. ia tidak berhenti juga.
"god damn it Kylie! stop crying" aku membawanya ke pelukanku. I just can't see her cry. it hurts me.
"what's wrong Key?" aku mendesah pelan. tangisannya mulai mereda.
"nothing..." jawabnya melepaskan pelukanku dan melihat ke arah jalan. aku menjalankan mobilnya menuju rumahnya.
"what's wrong?" tanyaku lagi karena aku merasa ia menyembunyikan sesuatu dariku. ia tidak mungkin turun mencariku tanpa alasan.
"no-"
"Key..." she sighed.
"orangtua ku balik hari ini... aku gatau apa yang akan terjadi nanti...." bisiknya pelan. haruskah aku yang menjelaskan kepada orangtuanya?
"aku akan membantumu untuk menjelaskan kepada mereka.. everythings gonna be alright Key..." ia menggeleng cepat.
"no. its not.. everythings not alright"
Kylie's Pov
orangtuaku balik sehari lebih cepat mungkin karena mereka menemukanku dengan Justin di Vegas. apa yang harus ku ceritakan kepada mereka? kalau anak mereka sedang tidak aman dan Justin hanya ingin melindunginya? hell no. aku tidak mungkin menceritakan kepada mereka yang sebenarnya.
bel rumah berbunyi. aku yakin, itu pasti orangtuaku. Justin masih berada di sampingku membantuku berpikir. bibi yang membukakan pintu. I sighed and calm myself down lalu menemui mereka.
"hey mom, dad" aku memeluk mereka sambil tersenyum berharap mereka akan lupa dengan kejadian semalam.
"we need your explaination Kylie Jones" ujar dad duduk di sofa begitu juga mom.
"ugh... itu perintah sekolah mom, dad. kami pergi selama 3 hari 2 malam" aku berusaha untuk tidak gugup sedikit pun.
"lalu kenapa kau tidak memberitau kami? dan siapa pria yang bersamamu kemarin itu?" tanya mom.
"itu wajib mom jadi ku pikir sama aja jika aku tidak memberitau kalian. I'm sorry... he's my friend" aku tersenyum paksa. mereka mengangguk pelan. that's it? mereka tidak marah kepadaku.
"you're grounded for a week Kylie. you should have told us if you're going somewhere. we raise you better than this" ujar mom dingin.
"but mom..."
"no phone!" tambah dad menjulurkan tangannya meminta ponselku. untungnya aku memberinya password sebelumnya. aku mendesah panjang memberikan ponsel kesayanganku kepadanya lalu pergi ke kamarku dengan wajah lesu.
"I can buy you another phone Key don't worry about that" jawab Justin langsung begitu aku sampai di kamar sambil memelukku dari samping. aku menggeleng pelan. no, not because of the phone. aku ga suka di kurung di rumah.
"Justin, bisakah kau membawaku pergi dari sini?" tanyaku. Justin menggeleng cepat.
"you need to respect them. they're still your parents Key and they have a reason why they punish you.. but we can go wherenever you want" pria itu... Justin, ia sangat baik. biasanya jika aku mengajak seorang pria untuk membawaku pergi, dia pasti mau tapi ia tidak. bukan berarti aku jalang, sebelum bertemu dengan Justin, aku punya beberapa teman cowok dan ketika aku mengajak mereka untuk membawaku pergi, mereka langsung mengangguk setuju.
"maaf, aku sudah membuatmu di hukum..." aku tak menjawabnya.
"nanti cantiknya hilang Kylie... senyum" ia menggunakan kedua tangannya menaikkan ujung bibirku membuatku tersenyum. I can't stay mad at him, I don't know why... aku tertawa pelan padahal aku sedang kesal dengannya.
"I gotta go... don't try to sneak out okay? or I'll ground you too. listen to your parents... take care..." ia mengecup keningku lembut dan memelukku hangat. I'm gonna miss this hug so much...
————————————————————
kayaknya semakin kesini ceritanya semakin gaje ya.. makasih yang sudah mau baca. vote and comment please. and please let me know what do you think about this story..
thankyou ❤
![](https://img.wattpad.com/cover/21985257-288-k631902.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
bad boy
FanfictieKylie akhirnya bertemu dengan sahabat kecilnya lagi tidak mengetahui kalau semuanya telah berubah. gadis itu tidak mengetahui kalau sahabatnya, Justin merupakan seorang kriminal. dan diam-diam gadis itu ternyata menyimpan sebuah perasaan yang lebih...