Calvin terus memaksa Justin untuk pergi ke Italy. tak ada yang memaksanya selain dia karena semua rekan-rekannya tau kalau Kylie sedang kritis di rumah sakit sejak beberapa hari yang lalu. gadis itu memang mempunyai tempat yang sangat special di hati Justin.
pria itu kini sedang berada di rumah sakit seperti biasa. namun ia tidak masuk menemui kekasihnya. ia bingung tapi mau tidak mau ia harus pergi dan itu perintah. tapi jika ia bisa pilih, ia lebih memilih untuk tidak pergi. Lautner datang menemaninya di rumah sakit. memang Justin sedang membutuhkan nasehatnya sekarang.
"aku ga mungkin meninggalkannya disini. pacar macem apa aku, tidak bisa menemani pacarnya yang sedang sakit..." gumam Justin menarik rambutnya pelan.
"aku takkan memaksamu untuk pergi Justin. tapi Calvin benar, kita butuh leader disana. aku yakin, Kylie takkan suka melihatmu berdiam disini terus. ia pasti ingin kau menjalankan hari-harimu. lagipula masih ada Kendall yang bisa menjaganya.." Lautner tersenyum tipis berusaha untuk meyakini Justin.
"berapa lama kita akan disana? aku tak bisa berlama-lama" Lautner tersenyum mendengar kata-kata yang di lontarkan Justin. sedangkan Justin memutar bola matanya malas dan kesal.
"aku ga tau.. semuanya tergantung kita..." Justin mengangguk pelan.
"kapan kita berangkat?"
"malam ini" mata Justin membulat terkejut.
"what?!"
"lebih cepat, lebih baik Justin.."
Justin memasuki ruangan Kylie. kalau saja Kylie tidak disini, pria itu takkan menginjakkan kakinya di rumah sakit. ia benci dengan rumah sakit karena ia pernah di rawat di rumah sakit ini sebelumnya.
"Babe...maafkan aku... aku tidak bisa datang dan menjagamu malam ini juga beberapa hari ke depan. aku harus pergi ke Italy selama beberapa hari. tapi aku janji, aku akan pulang secepatnya dan membawa oleh-oleh untukmu. I love you so much Kylie..." Justin mengecup kening pacarnya dan duduk disana sampai ia benar-benar harus pulang untuk packing.
***
Justin's pov
{Rome, Italy}
aku sudah 5hari disini. pikiranku masih saja tertuju kepada Kylie. bagaimana keadaannya sekarang? apa dia sudah sadar? jika iya, apa ia merindukanku? aku kangen dengannya, sangat kangen.
setelah mendapat informasi yang cukup, kami pergi mencari Brandon Simpson dan membawanya untuk menemui Calvin di New York. saat sedang dalam perjalanan menuju apartement Brandon, aku melewati sebuah toko yang menjual perhiasan.
'mungkin perhiasan cocok untuk Kylie...' pikirku.
"aku mau membeli sesuatu dulu. nanti aku menyusul" ujarku datar dan memasuki toko perhiasan itu.
pandanganku tertuju pada sebuah kalung berlian mewah... tapi aku tidak terlalu suka sama liontinnya. jadi aku meminta mereka untuk membuatkan liontin yang bertuliskan KJ tapi di gabung. aku tak peduli harganya kalau untuk Kylie. berapa pun akan ku kasih bahkan jika harus mengorbankan nyawaku sendiri.
Brandon Simpson sudah bersama kami. kami tak perlu memukulnya atau menyiksanya karena begitu ku sebut nama Calvin, ia langsung mengangguk dan mengikuti kami. aku menggulum sebuah senyuman mengingat kalau besok aku sudah bisa pulang.
Kylie aku datang, aku sangat merindukanmu...
Kylie's pov
hari ini aku keluar dari rumah sakit di antar oleh kedua orangtuaku juga sahabatku, Kendall. aku sudah sadar sejak semalam dan menunggu Justin yang tak kunjung datang dari semalam. biasanya kalau aku sakit sedikit saja, ia pasti sudah datang. Justin dimana? kenapa ia tidak mengantarku pulang? apa dia marah denganku? aku sangat merindukannya..
KAMU SEDANG MEMBACA
bad boy
Hayran KurguKylie akhirnya bertemu dengan sahabat kecilnya lagi tidak mengetahui kalau semuanya telah berubah. gadis itu tidak mengetahui kalau sahabatnya, Justin merupakan seorang kriminal. dan diam-diam gadis itu ternyata menyimpan sebuah perasaan yang lebih...