Part 42 - he's coming
Kylie's POV
Setelah seminggu berlalu, aku memutuskan untuk pergi ke sekolah lagi. Orang-orang melihatku dengan tatapan kasihan saat aku berjalan melewati mereka. Aku benci itu.
Mr. Greg yang berjalan berpapasan denganku, mengatakan kalau kepala sekolah memintaku untuk menemuinya di kantornya sebelum kelas di mulai.
Aku berjalan ke loker untuk meletakkan buku-buku dan tidak sengaja bertemu dengan Kendall. Bunyi bel sekolah terdengar olehku menandakan kelas akan segera dimulai.
"Bilang ke Ms. Ivany kalau aku akan telat masuk kelasnya" Kendall mengangguk lalu pergi.
Aku melanjutkan langkahku menuju ruang kepala sekolah melewati kelas-kelas juga laboratorium.
Begitu sampai di depan ruang kepala sekolah, aku mengetuk pintunya lalu memasuki ruangannya dengan gugup. Apa ia akan memarahiku atau bahkan meng-skorsku karena aku sudah bolos sekolah selama seminggu? Aku menggeleng cepat, mengambil nafas dalam-dalam dan berjalan menuju meja besar milik kepala sekolah.
"Ms. Jones... silahkan duduk" ujar kepala sekolah santai. Ia lalu menuju sofa yang terletak tidak jauh dari meja kerjanya. Aku mengikutinya dan duduk di hadapannya.
"Saya sudah mendengar beberapa informasi mengenai kejadian minggu lalu, and I'm sorry to hear that.. tapi, Nathan sudah kami keluarkan dari sekolah ini.. Anda juga tidak perlu takut lagi ke sekolah" lanjut sang kepala sekolah tersenyum. Syukurlah. Ku pikir aku akan di keluarkan juga.
Aku tersenyum tipis dan mengangguk. "saya juga senang bisa kembali bersekolah lagi, Pak"
"Tapi... beberapa polisi akan datang hari ini dan memberimu beberapa pertanyaan tentang kejadian itu. Apa anda siap?" Apakah aku harus bertemu dengan polisi dan menjawab pertanyaan mereka? Aku terdiam sejenak lalu mengangguk pelan.
"Baik. Mereka akan datang di jam istirahat nanti. Anda bisa kembali ke kelas sekarang."
Aku mengangguk pelan dan mengucapkan permisi lalu pergi ke kelas bahasa inggris.
Setika itu juga, ponselku bergetar.
'Kau tidak akan pernah bertemu dengan pacarmu lagi jika kau memberitau semuanya kepada mereka.'
Begitulah isi pesannya.
Justin. Aku segera meneleponnya beberapa kali, tapi tidak di angkatnya sama sekali. Kamu dimana, Justin?
****
Ibuku tiba-tiba memberitauku lewat pesan singkat kalau ia akan datang dan menemaniku saat aku di wawancara oleh beberapa polisi. Jam istirahat sudah tiba, tapi aku masih berdiam diri di kelas bahasa inggris. Apakah aku siap menceritakan semuanya? Tapi aku tidak bisa ambil resiko atas apa yang akan terjadi oleh Justin. Aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi.
Kendall lalu menghampiriku dan bilang kalau kepala sekolah memanggilku ke ruangannya, yang artinya polisi sudah datang. Aku menghela nafas dan berjalan pelan menuju ruang kepsek.
Begitu aku tiba disana, Mom dan 2 orang polisi juga kepala sekolah sudah berada disana. Ponselku bergetar lagi. Sebuah pesan singkat masuk tapi aku menghiraukannya.
Aku lalu duduk di samping mom. Kedua polisi yang sedang duduk di hadapanku memperkenalkan dirinya.
"Kylie, sebelum kejadian itu terjadi, dimana kau berada pada saat itu?" Tanya seorang polisi wanita yang bernama Emily sambil memegang agenda kecil dan pulpen.
"A-aku s-sedang...berada..di rumah..J-Justin" ujarku terputus-putus. Justin. Apakah ia tau aku di wawancara oleh polisi? Batinku. Fokus, Kylie.. fokus.
Emily menuliskan beberapa kata di agendanya kemudian memberikan pertanyaan selanjutnya. "Baiklah. Apakah ada orang lain di sekitarmu ketika kau di culik?" Aku menggeleng pelan. Aku hanya sendiri, dan sedang sakit pada saat itu.
"Kau tau, dimana kau di bawa siang itu?" Tanya seseorang polisi yang ku duga bernama Reece. Aku menutup kedua mataku. Bayangan wajah Justin yang sedang tersenyum muncul di pikiranku. Detik berikutnya, airmataku sudah membasahi kedua pipiku.
"A-Aku tidak bisa melanjutkan ini. Maaf" ujarku lalu keluar dari ruang kepala sekolah. Aku berlari cepat melewati orang-orang yang sedang berada di kantin menuju halaman sekolah.
"Kylie!" Teriak mom berjalan cepat ke arahku. Aku melihat ke arahnya dan menghapus airmataku cepat. Merasa ada orang yang sedang melihatku dari luar sekolah, aku pun langsung melihat ke seluruh halaman sekolah.
Dia.. Dia ada disini!
Suara langkah kaki seseorang semakin mendekat. Aku membeku terkejut dan pandanganku gelap seketika.
****
"Justin!" Teriakku membuka kedua mataku. Sepasang lengan memelukku erat. Aku menutup kedua mataku menghirup aroma khasnya dan merasa tenang seketika.
"Kylie, ada apa?" Tanya Justin khawatir. Aku melihat sekelilingku. Aku dimana? Tempat ini terasa asing bagiku.
"Aku ingin pulang. Ku mohon. Aku mau pulang" aku melihat ke sekitar lagi untuk kedua kalinya. Rasa takut itu datang menghampiriku lagi.
"Kita di klinik sekolah. kamu aman disini" klinik? Apa yang terjadi denganku dan kenapa Justin ada disini? Dimana ibuku?
"He's c-coming.. ia akan datang dan mem...bawaku pergi lagi" lagi-lagi rasa takut itu datang lagi. Justin mengeratkan pelukannya.
"Ia tidak akan pernah membawamu pergi, dan aku tidak akan membiarkannya. Aku janji" Justin mengecup keningku lembut.
"Kita pulang ya" ujarnya ketika kondisiku sudah agak stabil. Aku mengangguk pelan. Justin mengambil tas sekolahku dan merangkul bahuku erat berjalan keluar dari klinik.
Orang-orang datang melihatku. Sebagian menatapku dengan kasihan dan khawatir, sebagian lagi melemparku dengan tatapan benci dan iri. Justin mengecup pipi kiriku yang berhasil membuat para gadis terkejut.
"Mom masih berbicara dengan kepala sekolah juga polisi, ia akan segera pulang" Justin menjelaskan. Ia membukakan pintu untukku dan menutupnya setelah aku masuk lalu berjalan ke arah pengemudi dan menjalankan mobilnya.
Aku memejamkan mataku sejenak hingga aku merasakan mobil ini berhenti. Ku buka mataku pelan dan membuka pintu mobilnya menuju rumahku. Justin mengikutiku dari belakang.
"Kylie, bibi masakin bubur ya?" Ujar bibi. Aku menggeleng pelan menjawab tidak mau. Aku belum makan apa pun dari pagi, tapi aku juga tidak lapar sama sekali. Ku lanjutkan langkahku menuju kamarku.
Justin lalu datang dan meletakkan tas sekolahku di meja belajar. Ia lalu memberiku ponselku.
"Aku sudah mengganti nomormu. Ia tidak akan pernah menganggumu lagi" aku mengangguk pelan. Berarti ia sudah baca pesan itu?
Ponselku bergetar lagi untuk kesekian kalinya hari ini. Sebuah pesan singkat masuk lagi.
'Another new number? -x'
Justin mengepal tangannya erat menahan emosinya. Bagaimana ia tau ini nomor baruku? Sebenarnya ia siapa?
to be continue...
please comment and click the star for me if u like this story. it means alot. thankyou

KAMU SEDANG MEMBACA
bad boy
Fiksi PenggemarKylie akhirnya bertemu dengan sahabat kecilnya lagi tidak mengetahui kalau semuanya telah berubah. gadis itu tidak mengetahui kalau sahabatnya, Justin merupakan seorang kriminal. dan diam-diam gadis itu ternyata menyimpan sebuah perasaan yang lebih...