Justin's pov
Kylie memberiku sebuah surat yang ia temukan di lantai rumah Kendall. ku ambil surat itu dan memasukkannya ke dalam kantong celanaku lalu kami -aku dan Kylie- pamit. jarak rumah Kendall dan Kylie tidak terlalu jauh hanya membutuhkan 5menit untuk sampai di rumahnya.
"bye.. see you soon babe" aku meninggalkan sebuah kecupan lembut di kening Kylie dan ia lalu pergi. sedangkan aku duduk di dalam mobil masih berada di depan rumah Kylie.
perasaanku sudah tidak enak sejak mimpi itu dan kini di tambah lagi dengan surat untukku yang di kirimkan di rumah Kendall. rasanya sangat aneh surat untukku di kirimkan di rumah Kendall. ini sangat tidak masuk akal. aku mengambil surat itu dari saku celanaku dan membacanya.
'bagaimana pagimu bersama gadis tercintamu? indah bukan? oh dan juga ternyata tubuh gadis yang kau cintai itu lebih seksi dari yang ku kira. dan kurasa kau lebih baik menjaganya, aku bisa saja datang kapanpun aku mau. dengan kau membunuh semua anak buahku tak membuatku menyerah. I'm here for the revenge, Bieber'
aku menggerang kesal, meremas kertas itu erat dan memukul stir mobilku kuat. pria itu sudah benar-benar sangat keterlaluan, bahkan ia sudah lebih dulu melihat tubuh Kylie daripada ku. ini gila, benar-benar gila. ku raih ponselku untuk menelefon Kylie. apa aku harus membawanya bersamaku, untuk memastikan ia benar-benar aman?
semuanya kini terasa jelas, mimpi itu juga surat ini. ini semua tidak adil untukku dan untuk Kylie.
"you okay?" tanyaku ketika aku mendengar suara Kylie.
"I'm fine, Justin. kenapa kau tiba-tiba menelefonku padahal kami baru ketemu" aku mendesah panjang. apa aku harus memberitahu ini kepadanya? tidak. tidak.
aku menaiki tangga darurat dan mengetuk pintu jendelanya. setelah Kylie membukanya, aku langsung masuk. hatiku merasa lebih tenang ketika aku melihatnya tersenyum. she's the most beautiful girl on earth.
aku memeluknya erat tidak ingin melepaskannya. mungkin aku akan berada disini hingga malam dan jika sudah malam, aku akan menyuruhnya untuk pindah ke kamar sebelah atau jika itu memungkinkan, aku akan menyuruhnya untuk tinggal denganku.
***
school, school and school!
aku berjalan menelusuri gedung sekolah mencari gadis yang sangat ku cintai. udara pagi yang segar membuat suasana hatiku sedikit lebih tenang. dan saat aku berjalan menuju lapangan sekolah, aku melihatnya sedang bersama Chris. aku ga suka ia dekat-dekat dengan Kylie.
"hey..." aku memeluknya dan mengecup rambutnya cepat tidak peduli dengan kehadiran Chris disini.
"sepertinya aku harus pergi sekarang. see you later Lizzy" ujar Chris melirikku sekilas. do I even care?
"pulang sekolah, aku jemput ya babe" aku masih merangkulnya sambil berjalan ke kelas Kylie. gadis itu mengangguk. aku mau mengajaknya ke rumahku agar aku bisa terus menjaganya.
***
ku lempar kunci mobilku asal di nightstand yang ada di kamarku. kami sudah sampai di rumahku. Kylie terus bertanya kenapa, kenapa dan kenapa. aku lelah menjawabnya dan tidak sengaja membentaknya dan hingga kini, kami tidak berbicara sama sekali.
"tunggu disini" tukasku dingin. ia tidak menjawabku sama sekali. ku tinggalkan dia sendiri untuk melakukan meeting mendadak. mereka harus tau ini, pikirku.
"Lautner! Nash! Cam! Josh!" teriakku memanggil mereka. setelah itu kami berjalan menuju basement, ruang meeting kita.
aku melempar kertas itu frustasi sambil mengacak-acak rambutku. surat itu di ambil oleh Lautner hanya untuk sekedar membacanya. pikiranku sangat kacau sekarang. Nash, Cam dan Josh juga penasaran dan membacanya. semuanya melihat ke arahku.
"jangan melihatku seperti itu. lebih baik kalian memberitauku apa yang harus ku lakukan" ujarku sambil memutar kedua bola mataku kesal.
"aku akan membunuh pria itu malam ini juga, ada atau tanpa kalian" tegasku karena mereka masih diam lalu pergi. saat aku keluar dari ruang meeting, Kylie sudah berdiri di depan pintu sambil menahan airmatanya untuk tidak mengalir. jangan bilang ia menguping pembicaraan daritadi.
"apa yang kau lakukan disini? aku sudah menyuruhmu untuk tunggu di kamar! cewek dilarang memasuki wilayah ini" bentakku sambil menunjuk sebuah sticker yang tertempel di depan pintu.
"kenapa? kenapa kau tidak pernah jujur padaku kalau pria itu masih mengikutiku?" kini airmatanya sudah mengalir.
"itu urusanku, bukan urusanmu!" Kylie menggeleng pelan masih menangis.
"jadi, hubungan kita selama ini apa? ku pikir dengan aku menjadi pacarmu, kau bisa terbuka padaku, tapi aku salah! mulai sekarang berhenti mikirin aku.." ujarnya lalu pergi. saat itu juga aku sadar, aku salah. ini ada kaitannya dengannya, seharusnya aku memberitaunya.
"Kylie,... wait" teriakku berusaha untuk mengejarnya tapi ia sudah keluar dari rumahku.
"Kylie... ku mohon, maafkan aku..." teriakku melihat ia sedang berdiri di tengah jalan untuk menyebrang. tiba-tiba sebuah mobil melaju dengan kencang ke arah Kylie.
"KYLIE" mobil hitam itu menabrak Kylie hingga berlumuran darah dan pergi. sebuah pandangan tertangkap olehku. itu Shawn. dia yang dengan sengaja menabrak Kylie. ku keluarkan pistol yang ada di saku celanaku dan menembaknya. setelah memastikan dia terluka, aku berlari ke arah Kylie.
hatiku sakit seperti di tusuk ribuan jarum melihatnya seperti ini. rasanya duniaku sudah hancur.
"Kylie... please stay... you're a strong girl. I love you so much baby..." bisikku sambil mengangkatnya ke mobilku dan membawanya ke rumah sakit.
semua sahabatku menyaksikan kejadian itu. sebagian membantuku, dan sebagian mengejar Shawn. Josh yang menyetir.
"Jus...t..in" ujar Kylie lemah. Lautner mengobati luka yang ada di kepala Kylie untuk menghentikan pendarahan sedangkan aku memangkunya.
"please stay.. don't leave me alone. you know I can't live without you.." baru kali ini aku menangis setelah beberapa tahun lamanya. aku ga peduli jika mereka mengejekku.
"I'm s-" belum sempat ia berbicara, Kylie sudah pingsan dan untungnya, kami sudah sampai di rumah sakit. aku menggendong Kylie sambil berteriak memanggil suster. 2orang datang dengan kasur berjalan ke arahku, aku meletakkan tubuh Kylie disana dan ikut dengan mereka hingga sampai di depan UGD.
aku memberontak saat mereka tidak membiarkanku masuk tapi saat aku berpikir itu hanya akan memperlambat kerja mereka. aku pun pasrah dan duduk di lantai. tidak lama kemudian Lautner datang. perasaanku sungguh tidak enak.
Kylie's pov
aku membuka mataku perlahan dan mendapati diriku sedang berada di sebuah ruangan serba putih. tapi tiba-tiba aku teringat dengan Justin. walaupun aku lupa dengan apa yang baru saja terjadi, tapi nama itu terus muncul di pikiranku.
"Justin!" teriakku memanggilnya. aku memejamkan mataku beberapa kali dan menemukanku di sebuah ruangan yang penuh dengan alat medis juga dokter dan suster.
"Justin...Justin" lirihku pelan. kepalaku sakit sekali. ingin rasanya aku membenturkannya di dinding.
"siapa Justin? mungkin kita harus memanggil pria itu" ujar seseorang samar-samar.
beberapa menit kemudian, Justin datang dengan mata merah dan mengambil tanganku lembut.
"Kylie..." panggil seorang pria cemas. aku melihatnya singkat dan kembali tertidur lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
bad boy
FanfictionKylie akhirnya bertemu dengan sahabat kecilnya lagi tidak mengetahui kalau semuanya telah berubah. gadis itu tidak mengetahui kalau sahabatnya, Justin merupakan seorang kriminal. dan diam-diam gadis itu ternyata menyimpan sebuah perasaan yang lebih...